PENGENALAN HOMECARE
A.
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-1
ini, Anda diharapkan akan mampu memahami pengenalan
homecare.
B.
Tujuan Pembelajaran
Khusus
Setelah selesai
mempelajari materi
pembelajaran ini, Anda diharapkan akan
dapat :
1.
Menjelaskan Pengertian homecare
2.
Menjelaskan Teori keperawatan yang mendukung homecare
3.
Menjelaskan Tujuan home care
4.
Menjelaskan Landasan Hukum Homecare
5.
Menjelaskan Lingkup Pelayanan home care
6.
Menjelaskan Prinsip Homecare
7.
Menjelaskan Jenis Institusi Pemberi Layanan Homecare
8.
Menjelaskan Klasifikasi Perawat Home Health Care
C.
Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar-1 ini adalah:
1.
Pengertian homecare
2.
Teori keperawatan yang mendukung homecare
3.
Tujuan home care
4.
Landasan Hukum Homecare
5.
Lingkup Pelayanan home care
6.
Prinsip Homecare
7.
Jenis Institusi Pemberi Layanan Homecare
8.
Klasifikasi Perawat Home Health Care
D.
Uraian Materi
Pembelajaran
1.
Pengertian homecare
Home Care
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien setelah dirawat di
rumah sakit serta masyarakat umum yang dilakukan di rumah.Home Care juga
diartikan pelayanan keperawatan dan pengobatan yang dilaksanakan di rumah bagi
pasien yang oleh karena keadaan fisiknya tidak memungkinkan datang ke rumah
sakit.
Home Care
adalah suatu komponen rentang pelayanan kesehatan berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal
mereka. Menurut Waroka dalam Smith dan Maurier (1995, hal 778), Home Care
adalah pelayanan yang diberikan sesuai kebutuhan klien dan keluarga yang
direncanakan. Disediakan dan dikoordinir oleh pemberi pelayanan yang mempunyai
kewenangan untuk memberikan keperawatan di rumah, melalui staf yang
dipekerjakan, pengaturan berdasarkan kontrak yang disepakati atau kombinasi
keduanya.
Home Care
mencakup pelayanan yang diberikan oleh perawat-perawat dan pembantu perawat
terhadap individu sakit atau tidak mampu, juga mencakup terapi fisik, nutrisionis,
dokter. Asuhan kesehatan pasien dapat dikoordinasikan oleh dokter atau perawat
(Ringsuen M.K dan Joroenby BM,1998,hal 64). Sedangkan menurut Care Givers dalam
ANA (1992) Home Care merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan
ketrampilan teknikal tertentu berasal dari berbagai spesialis keperawatan.
Melibatkan sasaran atau agresif keperawatan mencakup prevensi, primer,
sekunder, tersier fokus pada asuhan individu dengan melibatkan keluarga atau
pemberi pelayanan/asuhan yang lain.
Home Health
care merupakan sistem pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di
rumah kepada orang cacat atau yang tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya
(Neis dan Mc Ewen,2001).
Home Health
Care juga diartikan sebagai komponen rentang pelayanan kesehatan dimana
pelayanan diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggalnya (US Dept.
Of Comercee and International Trade Administration, 1990 dalam Ewen, 1998).
Home Health
Care berbentuk pelayanan kesehatan yang ebrkesinambungan dan komprehensif yang
diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka (DEPKES,2002)
Home Health
Care merupakan ketentuan tentang pelayanan profesional dan para profesional,
dan peralatan yang berhubungan secara medis untuk klien dan keluarga di tempat
tinggalnya untuk memelihara kesehatan, pendidikan, pencegahan penyakit,
diagnosa dan pengobatan penyakit, paliasi dan rehabilitasi. (Potter &
Perry, 2005).
2.
Teori keperawatan yang mendukung homecare
Terdapat
beberapa model/ teori keperawatan yang mendukung Home care diantaranya:
a.
Transkultural Nursing (Leininger)
Model/ teori keperawatan transkultural nursing
memfokuskan pada penanganan harus memperhatikan budaya pasien. Adapun
konsep model/ teori keperawatan ini berorientasi pada culture, cultural
care diversity, cultural care universality, nursing, worldview, dimensi
struktur budaya dan social, konteks lingkungan, ethnohistory, generic (
folk or lay) care system, sistem perawatan profesional, kesehatan,care/caring,
culture care preservation, accomodation dan repatterning.
Teori Leininger dan paradigma keperawatan Leininger mengkritisi empat konsep
keperawatan yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Definisi
konseptual menurut asumsi dan teori dari Madeleine Leininger yaitu:
1)
Manusia seseorang yang diberi perawatan dan
harus diperhatikan kebutuhannya.
2)
Kesehatan yaitu konsep yang penting dalam
perawatan transkultural.
3)
Lingkungan tidak didefinisikan secara khusus,
namun jika dilihat bahwa telah terwakili dalam kebudayaan, maka lingkungan adalah
inti utama dari teori M. Leininger.
4)
Keperawatan menyajikan 3 tindakan yang sebangun
dengan kebudayaan klien yaitu cultural care preservation, accomodation dan repatterning.
b.
Teori Self Care ( Dorothea
Orem )
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan
ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan
mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Orem mengklasifikasikan dalam 3
kebutuhan, yaitu:
1)
Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal)
Kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia
selama siklus kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial
termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas, istirahat,
sosial, dan pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk perkembangan
dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan lainnya yang berguna bagi
kelangsungan hidupnya.
2)
Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan)
Kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan
manusia dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama
variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi prematur dan kehamilan) dan
kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan. Hal ini berguna
untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.
3)
Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan
kesehatan)
Kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau
keturunan, kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpanngan cara,
struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa
medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang
dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care.
Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh
beberapa asumsi, yaitu:
1)
Human being (Kehidupan manusia): oleh alam,
memiliki kebutuhan umum akan pemenuhan beberapa zat (udara, air, dan makanan)
dan untuk mengelola kondisi kehidupan yang menyokong proses hidup, pembentukan
dan pemeliharaan integritas structural, serta pemeliharaan dan peningkatan
integritas fungsional.
2)
Perkembangan manusia: dari kehidupan di dalam
rahim hingga pematangan ke dewasaan memerlukan pembentukan dan pemeliharaan
kondisi yang meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan di setiap periode
dalam daur hidup.
3)
Kerusakan genetik maupun perkembangan dan
penyimpangan dari struktur normal dan integritas fungsional serta kesehatan
menimbulkan beberapa persyaratan/permintaan untuk pencegahan, tindakan
pengaturan untuk mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya.
4)
Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan
memperhatikan tingkat ketergantuangan atau kebutuhan klien dan kemampuan klien.
Oleh karena itu ada 3 tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu:
a)
Perawat memberi keperawatan total ketika
pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan klien
yang tinggi (sistem pengganti keseluruhan).
b)
Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam
tindakan keperawatan (sistem pengganti sebagian).
c)
Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan
perawat (sistem dukungan/pendidikan).
c.
Teori Lingkungan (Florence Nihgtingale)
Teori / model konsep Florence Nightingale
memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak
perlu memahami seluruh proses penyakit, model dan konsep ini dalam upaya memisahkan
antara profesi keperawatan dangan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan
keperawatan / tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara,
lampu, kenyamanan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adequate, dengan
dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata,
upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan
mandiri tanpa bergantung pada profesi lain.
Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam
perkembangan praktik keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas,
paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan
lingkungan kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses
perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan.
d.
Manusia Sebagai Unit (Rogers)
Berdasarkan teori Rogers sakit timbul akibat
ketidakseimbangan energi penanganan dengan metode terapi modalitas/
komplementer. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip –
prinsip kreativitas, seni dan imaginasi. Aktivitas keperawatan dinyatakan
Rogers merupakan aktivitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak,
pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan
adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan,
dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, dan
pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia /
individu seutuhnya.
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal
usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi,
perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan
manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia,
alam dan perkembangan manusia secara langsung.
Berdasarkan pada kerangka konsep yang
dikembangkan oleh Roger ada 5 asumsi mengenai manusia, yaitu :
1)
Manusia merupakan makhluk yang memiliki
kepribadian unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara
signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara
bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila
seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan
terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
2)
Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling
tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa individu
mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan
merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
3)
Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal
yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus
menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi
seperti yang diharapkan semula.
4)
Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk
kesatuan yang inovatif.
5)
Manusia bercirikan mempunyai kemampuan untuk
abstrak, membayangkan, bertutur bahasa dan berfikir, sensasi dan emosi. Dari
seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu berfikir dan
menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Martha E. Roger mengemukakan empat konsep
besar. Beliau menghadirkan lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan
sebagai suatu yang individu utuh. Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar
energi. Proses yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan
berhubungan satu sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan
pola kehidupan. Pada akhirnya seseorang mampu berbicara, berfikir, merasakan,
emosi, membayangkan dan memisahkan. Manusia mempunyai empat dimensi, medan
energi negentropik dapat diketahui dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan
ciri-ciri dan tingkah laku yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga
dengan ilmu pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan.
e.
Human Caring (Watson)
Perawat harus memperhatikan sisi humanistik
sebagai moral ideal ke pasien dan keluarga. Keperawatan sebagai sains tentang
human care didasarkam pada asumsi bahwa human science and human care merupakan
domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science
keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika,
humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care
fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti
yang dinyatakan oleh Watson (1985) “human care is the heart of
nursing”. Pandangan tentang keperawatan sebagai science tentang human care
adalah komprehensif.
Nilai-nilai yang mendasari konsep caring
menurut Jean Watson meliputi konsep tentang manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan.
Adapun keempat konsep tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari
diri yang terintegrasi (ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami
dan dibantu). Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan
sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau
masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
2)
Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan
pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan
adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson
menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
3)
Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan
nursing merupakan konstanta dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring
tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut
diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme
koping terhadap lingkungan tertentu.
4)
Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan,
pencegahan penyakit dan caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit
maupun sehat.
f.
Model Konsep Adaptasi Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan
oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu
dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi
Roy adalah :
1)
Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi
dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2)
Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk
mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial.
3)
Setiap orang memahami bagaimana individu
mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan
respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4)
Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif
maupun negatif.
5)
Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang
tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
Empat elemen penting yang termasuk dalam Model
Adaptasi Keperawatan adalah 1) manusia; 2) lingkungan; 3) sehat; 4)
keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan
dan aktivitas keperawatan. Juga termasuk dalam elemen penting pada konsep
adaptasi.
1)
Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan
balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan
cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem
adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi
dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia
dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat
mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif
manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat
sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau
stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat
dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai
tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan.
Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator
dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor
atau cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependen.
2)
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam
dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai
sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus internal dan
eksternal. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus
yaitu : fokal, kontekstual dan residual.
a)
Stimulus fokal yaitu rangsangan yang
berhubungan langsung dengan perubahan lingkungan misalnya polusi udara dapat
menyebabkan infeksi paru, kehilangan suhu pada bayi yang baru lahir.
b)
Stimulus kontekstual yaitu : stimulus yang
menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) keadaan tidak sehat. Keadaan
ini tidak terlihat langsung pada saat ini. Misalnya : daya tahan tubuh yang
menurun, lingkungan yang tidak sehat.
c)
Stimulus residual yaitu : sikap, keyakinan dan
pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat atau
disebut dengan faktor presdiposisi sehingga terjadi kondisi fokal. Misalnya :
persepsi klien tentang penyakit, gaya hidup dan fungsi peran.
Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan
sebagai segala kondisi, keadaan di sekitar yang mempengaruhi keadaan,
perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau kelompok.
3)
Sehat
Menurut Roy,
kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh
dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan
secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu
kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi
manusia. Jadi integrasi adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada
integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya
sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.
Dalam model
adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi
yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespons
terhadap stimulus yang lain. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model
adaptasi keperawatan. Di dalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif.
Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari
dua proses.
Bagian pertama
dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal yang membutuhkan sebuah respons. Perubahan- perubahan itu adalah
stresor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor- faktor kontekstual dan
residual. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk
menghasilkan respons adaptif atau inefektif. Produk adaptasi adalah hasil dari
proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan
tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan,
reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah
kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan
penurunan respons. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi,
sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi.
Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia
sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat
yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat.
3.
Tujuan home care
a.
Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
b.
Tujuan Khusus:
1)
Terpenuhi kebutuhan
dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara mandiri.
2)
Meningkatkan
kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
3)
Meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan kesehatan di rumah
4)
Membantu klien
memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya,
5)
Meningkatkan
keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah
kesehatan dan kecacatan,
6)
Menguatkan fungsi
keluarga dan kedekatan antar keluarga,
7)
Membantu klien tinggal
atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang diperlukan, rehabilitasi
atau perawatan paliatif,
8)
Biaya kesehatan akan
lebih terkendali.
4.
Landasan Hukum Homecare
Unit home care yang merupakan bagian dari institusi pelayanan
pemerintah dan swasta, tidak perlu izin khusus, hanya melapor dan melakukan
pelaporan kasus yang ditangani Fungsi hukum dalam praktik perawat antara lain
adalah sebagai berikut :
a.
Memberikan kerangka
untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum .
b.
Membedakan tanggung
jawab perawat dengan profesi lain.
c.
Membantu menentukan
batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
d.
Membantu mempertahankan
standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki
akuntabilitas dibawah hukum.
Landasan Hukum Home Care diantaranyaadalah sebagai berikut:
a.
UU Kes.No. 36 tahun
2009 tentang kesehatan.
b.
PP No. 25 tahun 2000
tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
c.
UU No. 32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah.
d.
UU No. 29 tahun 2004
tentang praktik kedokteran.
e.
Kepmenkes No. 1239
tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat.
f.
Kepmenkes No. 128 tahun
2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
g.
Kepmenkes No. 279 tahun
2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
h.
SK Menpan No. 94/KEP/M.
PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
i.
PP No. 32 tahun 1996
tentang tenaga kesehatan.
j.
Permenkes No. 920 tahun
1986 tentang pelayan medik swasta.
k.
Permenkes RI No.
HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Perawat.
5.
Lingkup Pelayanan home care
Lingkup praktik
keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan
neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan
keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Keperawatan yang dapat
dilakukan dengan :
a.
Melakukan keperawatan
langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio- spiritual
dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara
langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan
tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan
atau tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan
penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.
b.
Mendokumentasikan
setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini
diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum
dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
c.
Melakukan koordinasi
dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
d.
Sebagai
pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan
klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan
memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan
terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.
e.
Menentukan frekwensi
dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencangkup berapa sering
dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
Secara umum lingkup
pelayanan dalam perawatan kesehatan di rumah (home care ) dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Pelayanan medik dan
asuhan keperawatan
b.
Pelayanan sosial dan
upaya menciptakan lingkungan terapeutik
c.
Pelayanan rehabilitasi
medik dan keterapian fisik
d.
Pelayanan informasi dan
rujukan
e.
Pendidikan, pelatihan
dan penyuluhan kesehatan
f.
Higiene dan sanitasi
perorangan serta lingkungan
g.
Pelayanan perbantuan
untuk kegiatan social
Menurut Rice R (2001)
jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di rumah meliputi
kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus
yang di jumpai di komunitas.Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah
sakit adalah:
a.
Klien dengan penyakit
gagal jantung,
b.
Klien dengan gangguan
oksigenasi,
c.
Klien dengan perlukaan
kronis,
d.
Klien dengan diabetes,
e.
Klien dengan gangguan
fungsi perkemihan,
f.
Klien dengan kondisi
pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
g.
Klien dengan terapi
cairan infus di rumah,
h.
Klien dengan gangguan
fungsi persyarafan,
i.
Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan
kondisi khusus, meliputi :
a.
Klien dengan post
partum,
b.
Klien dengan gangguan
kesehatan mental,
c.
Klien dengan kondisi
usia lanjut,
d.
Klien dengan kondisi
terminal.
e.
Klien dengan penyakit
obstruktif paru kronis,
6.
Prinsip Homecare
a.
Pengelolaan home care
dilaksanaka oleh perawat/ tim
b.
Mengaplikasikan konsep
sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
c.
Mengumpulan data secara
sistematis, akurat dan komrehensif.
d.
Menggunakan data hasil
pengkajian dalam menetakan diagnosa keperawatan.
e.
Mengembangkan rencana
keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan.
f.
Memberi pelayanan
prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
g.
Mengevaluasi respon
pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan
h.
Bertanggung jawab
terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus.
i.
Memelihara dan menjamin
hubungan baik diantara anggota tim.
j.
Mengembankan kemampuan
profesional.
k.
Berpartisifasi pada
kegiatan riset untuk pengembangan home care.
l.
Menggunakan kode etik
keperawatan daam melaksanakan praktik keperawatan
7.
Jenis Institusi Pemberi Layanan Homecare
Ada beberapa jenis institusi yang dapat
memberikan layanan Home Care (HC), antara lain:
a.
Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC)
yang telah lama berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan
kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien
yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di
Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
b.
Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home
Care (HC) dengan sukarela dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan
oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur,
misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang
membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.
c.
Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home
Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang
menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik secara langsung
dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana
layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit
service”
d.
Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital
Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang
telah dirawat dirumah sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan
keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis program ini
selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas,
adalah:
1)
Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari
rawat, sehingga kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang
(misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga untuk
mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali pusat bayi,
memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum, dll) belum
dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih kurang.
2)
Menghindari resiko infeksi nosokomial yang
dapat terjadi pada klien yang dirawat dirumah sakit.
3)
Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila
dirawat di RS tentu memerlukan biaya yang besar
4)
Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah
sakit ke rumah, sehingga akan meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil
penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ.
Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen RSHS cenderung
menerima program HHC (Hospital Home Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak
merepotkan, menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali
kekeluargaan (Suharyati, 1998).
8.
Klasifikasi Perawat Home Health Care (Ana, 1986)
a.
Perawat generalis (S1)
Tugas:
1)
Memberikan askep kepada individu atau keluarga
2)
Berpartisipasi dalam program menjaga mutu
pelayanan
Ketrampilan yang harus dimiliki:
Ketrampilan yang harus dimiliki:
3)
Pengkajian kesehatan, mendiagnosa masalah
bio-psiko-sosio-kultural, pendidikan kesehatan, konseling, merujuk kepada tim
kesehatan lain.
4)
Teknologi keperawatn yang tinggi
b.
Perawat spesialis Home Health Nursing
Tugas:
1)
Kontribusi keahlian dalam pelayanan (HHC)
2)
Membuat kebijakan kesehatan dan sosial,
implementasi dan evaluasi program kesehatan
E.
Rangkuman
Home Care
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien setelah dirawat di
rumah sakit serta masyarakat umum yang dilakukan di rumah.Home Care juga
diartikan pelayanan keperawatan dan pengobatan yang dilaksanakan di rumah bagi
pasien yang oleh karena keadaan fisiknya tidak memungkinkan datang ke rumah
sakit. Home Care bertujuan untuk : meningkatkan, yang maksimal dan meminimalkan
akibat dari penyakit. Untuk mempertahankan (promoting), memperbaiki (restoring)
kesehatan. Memaksimalkan kemandirian, meminimalkan efek samping kecatatan dan
penyakitnya termasuk penyakit terminal. Meningkatkan, mempertahankan/
memulihkan kesehatan. Memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit. Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal,
asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan
dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan
sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar