Selasa, 05 Januari 2016

PENGENALAN HOMECARE





PENGENALAN HOMECARE

A.      Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-1 ini, Anda  diharapkan akan mampu memahami pengenalan homecare.

B.       Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran ini, Anda  diharapkan akan dapat :
1.         Menjelaskan Pengertian homecare
2.         Menjelaskan Teori keperawatan yang mendukung homecare
3.         Menjelaskan Tujuan home care
4.         Menjelaskan Landasan Hukum Homecare
5.         Menjelaskan Lingkup Pelayanan home care
6.         Menjelaskan Prinsip Homecare
7.         Menjelaskan Jenis Institusi Pemberi Layanan Homecare
8.         Menjelaskan Klasifikasi Perawat Home Health Care

C.      Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar-1 ini adalah:
1.         Pengertian homecare
2.         Teori keperawatan yang mendukung homecare
3.         Tujuan home care
4.         Landasan Hukum Homecare
5.         Lingkup Pelayanan home care
6.         Prinsip Homecare
7.         Jenis Institusi Pemberi Layanan Homecare
8.         Klasifikasi Perawat Home Health Care

D.      Uraian Materi Pembelajaran
1.         Pengertian homecare
Home Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien setelah dirawat di rumah sakit serta masyarakat umum yang dilakukan di rumah.Home Care juga diartikan pelayanan keperawatan dan pengobatan yang dilaksanakan di rumah bagi pasien yang oleh karena keadaan fisiknya tidak memungkinkan datang ke rumah sakit.
Home Care adalah suatu komponen rentang pelayanan kesehatan berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka. Menurut Waroka dalam Smith dan Maurier (1995, hal 778), Home Care adalah pelayanan yang diberikan sesuai kebutuhan klien dan keluarga yang direncanakan. Disediakan dan dikoordinir oleh pemberi pelayanan yang mempunyai kewenangan untuk memberikan keperawatan di rumah, melalui staf yang dipekerjakan, pengaturan berdasarkan kontrak yang disepakati atau kombinasi keduanya.
Home Care mencakup pelayanan yang diberikan oleh perawat-perawat dan pembantu perawat terhadap individu sakit atau tidak mampu, juga mencakup terapi fisik, nutrisionis, dokter. Asuhan kesehatan pasien dapat dikoordinasikan oleh dokter atau perawat (Ringsuen M.K dan Joroenby BM,1998,hal 64). Sedangkan menurut Care Givers dalam ANA (1992) Home Care merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan ketrampilan teknikal tertentu berasal dari berbagai spesialis keperawatan. Melibatkan sasaran atau agresif keperawatan mencakup prevensi, primer, sekunder, tersier fokus pada asuhan individu dengan melibatkan keluarga atau pemberi pelayanan/asuhan yang lain.
Home Health care merupakan sistem pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang cacat atau yang tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya (Neis dan Mc Ewen,2001).
Home Health Care juga diartikan sebagai komponen rentang pelayanan kesehatan dimana pelayanan diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggalnya (US Dept. Of Comercee and International Trade Administration, 1990 dalam Ewen, 1998).
Home Health Care berbentuk pelayanan kesehatan yang ebrkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka (DEPKES,2002)
Home Health Care merupakan ketentuan tentang pelayanan profesional dan para profesional, dan peralatan yang berhubungan secara medis untuk klien dan keluarga di tempat tinggalnya untuk memelihara kesehatan, pendidikan, pencegahan penyakit, diagnosa dan pengobatan penyakit, paliasi dan rehabilitasi. (Potter & Perry, 2005).
2.         Teori keperawatan yang mendukung homecare
Terdapat beberapa model/ teori keperawatan yang mendukung Home care diantaranya:
a.         Transkultural Nursing (Leininger)
Model/ teori keperawatan transkultural nursing memfokuskan pada  penanganan harus memperhatikan budaya pasien. Adapun konsep model/ teori keperawatan ini berorientasi pada culturecultural care diversitycultural care universality, nursing, worldview, dimensi struktur budaya dan social, konteks lingkungan, ethnohistory, generic ( folk or lay) care system, sistem perawatan profesional, kesehatan,care/caring, culture care preservation, accomodation dan repatterning. Teori Leininger dan paradigma keperawatan Leininger mengkritisi empat konsep keperawatan yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Definisi konseptual menurut asumsi dan teori dari Madeleine Leininger yaitu:
1)        Manusia seseorang yang diberi perawatan dan harus diperhatikan kebutuhannya.
2)        Kesehatan yaitu konsep yang penting dalam perawatan transkultural.
3)        Lingkungan tidak didefinisikan secara khusus, namun jika dilihat bahwa telah terwakili dalam kebudayaan, maka lingkungan adalah inti utama dari teori M. Leininger.
4)        Keperawatan menyajikan 3 tindakan yang sebangun dengan kebudayaan klien yaitu cultural care preservationaccomodation dan repatterning.
b.        Teori Self Care ( Dorothea Orem )
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu:
1)        Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal)
Kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial, dan pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.
2)        Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan)
Kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi prematur dan kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.
3)        Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan)
Kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau keturunan, kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpanngan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care.
Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa asumsi, yaitu:
1)        Human being (Kehidupan manusia): oleh alam, memiliki kebutuhan umum akan pemenuhan beberapa zat (udara, air, dan makanan) dan untuk mengelola kondisi kehidupan yang menyokong proses hidup, pembentukan dan pemeliharaan integritas structural, serta pemeliharaan dan peningkatan integritas fungsional.
2)        Perkembangan manusia: dari kehidupan di dalam rahim hingga pematangan ke dewasaan memerlukan pembentukan dan pemeliharaan kondisi yang meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan di setiap periode dalam daur hidup.
3)        Kerusakan genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari struktur normal dan integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan beberapa persyaratan/permintaan untuk pencegahan, tindakan pengaturan untuk mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya.
4)        Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantuangan atau kebutuhan klien dan kemampuan klien. Oleh karena itu ada 3 tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu:
a)         Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan klien yang tinggi (sistem pengganti keseluruhan).
b)        Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (sistem pengganti sebagian).
c)         Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan).
c.         Teori Lingkungan (Florence Nihgtingale)
Teori / model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit, model dan konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dangan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan / tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa bergantung pada profesi lain.
Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan.
d.        Manusia Sebagai Unit (Rogers)
Berdasarkan teori Rogers sakit timbul akibat ketidakseimbangan energi penanganan dengan metode terapi modalitas/ komplementer. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip – prinsip kreativitas, seni dan imaginasi. Aktivitas keperawatan dinyatakan Rogers merupakan aktivitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia / individu seutuhnya.
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung.
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Roger ada 5 asumsi mengenai manusia, yaitu :
1)        Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
2)        Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
3)        Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
4)        Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.
5)        Manusia bercirikan mempunyai kemampuan untuk abstrak, membayangkan, bertutur bahasa dan berfikir, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar. Beliau menghadirkan lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan sebagai suatu yang individu utuh. Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar energi. Proses yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan berhubungan satu sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan pola kehidupan. Pada akhirnya seseorang mampu berbicara, berfikir, merasakan, emosi, membayangkan dan memisahkan. Manusia mempunyai empat dimensi, medan energi negentropik dapat diketahui dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan ciri-ciri dan tingkah laku yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga dengan ilmu pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan.
e.         Human Caring (Watson)
Perawat harus memperhatikan sisi humanistik sebagai moral ideal ke pasien dan keluarga. Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkam pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika, humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan oleh Watson (1985) “human care is the heart of nursing”. Pandangan tentang keperawatan sebagai science tentang human care adalah komprehensif.
Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi konsep tentang manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
Adapun keempat konsep tersebut adalah sebagai berikut:
1)        Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu). Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
2)        Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
3)        Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.
4)        Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.


f.         Model Konsep Adaptasi Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1)        Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2)        Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial.
3)        Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4)        Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5)        Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
Empat elemen penting yang termasuk dalam Model Adaptasi Keperawatan adalah 1) manusia; 2) lingkungan; 3) sehat; 4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Juga termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.
1)        Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan.
Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
2)        Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus internal dan eksternal. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, kontekstual dan residual.
a)         Stimulus fokal yaitu rangsangan yang berhubungan langsung dengan perubahan lingkungan misalnya polusi udara dapat menyebabkan infeksi paru, kehilangan suhu pada bayi yang baru lahir.
b)        Stimulus kontekstual yaitu : stimulus yang menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini. Misalnya : daya tahan tubuh yang menurun, lingkungan yang tidak sehat.
c)         Stimulus residual yaitu : sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat atau disebut dengan faktor presdiposisi sehingga terjadi kondisi fokal. Misalnya : persepsi klien tentang penyakit, gaya hidup dan fungsi peran.
Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan di sekitar yang mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau kelompok.
3)        Sehat
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi integrasi adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.
Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespons terhadap stimulus yang lain. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model adaptasi keperawatan. Di dalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses.
Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respons. Perubahan- perubahan itu adalah stresor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor- faktor kontekstual dan residual. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau inefektif. Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respons. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat.
3.         Tujuan home care
a.         Tujuan Umum : Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
b.        Tujuan Khusus:
1)        Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara mandiri.
2)        Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
3)        Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah
4)        Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya,
5)        Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan,
6)        Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,
7)        Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,
8)        Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
4.         Landasan Hukum Homecare
Unit home care yang merupakan bagian dari institusi pelayanan pemerintah dan swasta, tidak perlu izin khusus, hanya melapor dan melakukan pelaporan kasus yang ditangani Fungsi hukum dalam praktik perawat antara lain adalah sebagai berikut :
a.         Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum .
b.         Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
c.          Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
d.         Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
Landasan Hukum Home Care diantaranyaadalah sebagai berikut:
a.         UU Kes.No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
b.         PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
c.          UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
d.         UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.
e.          Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat.
f.          Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
g.          Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
h.         SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
i.           PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
j.           Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.
k.         Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Perawat.
5.         Lingkup Pelayanan home care
Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
a.         Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio- spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.
b.         Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
c.          Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
d.         Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.
e.          Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
Secara umum lingkup pelayanan dalam perawatan kesehatan di rumah (home care ) dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.         Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
b.         Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
c.          Pelayanan rehabilitasi medik dan keterapian fisik
d.         Pelayanan informasi dan rujukan
e.          Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
f.          Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
g.          Pelayanan perbantuan untuk kegiatan social
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
a.         Klien dengan penyakit gagal jantung,
b.         Klien dengan gangguan oksigenasi,
c.          Klien dengan perlukaan kronis,
d.         Klien dengan diabetes,
e.          Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
f.          Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
g.          Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
h.         Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
i.           Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
a.         Klien dengan post partum,
b.         Klien dengan gangguan kesehatan mental,
c.          Klien dengan kondisi usia lanjut,
d.         Klien dengan kondisi terminal.
e.          Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
6.         Prinsip Homecare
a.         Pengelolaan home care dilaksanaka oleh perawat/ tim
b.        Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
c.         Mengumpulan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
d.        Menggunakan data hasil pengkajian dalam menetakan diagnosa keperawatan.
e.         Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan.
f.         Memberi pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
g.        Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan
h.        Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus.
i.          Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
j.          Mengembankan kemampuan profesional.
k.        Berpartisifasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
l.          Menggunakan kode etik keperawatan daam melaksanakan praktik keperawatan
7.         Jenis Institusi Pemberi Layanan Homecare
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC), antara lain:
a.         Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
b.        Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.
c.         Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit service”
d.        Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas, adalah:
1)        Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih kurang.
2)        Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang dirawat dirumah sakit.
3)        Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu memerlukan biaya yang besar
4)        Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah, sehingga akan meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali kekeluargaan (Suharyati, 1998).
8.         Klasifikasi Perawat Home Health Care (Ana, 1986)
a.         Perawat generalis (S1)
Tugas:
1)        Memberikan askep kepada individu atau keluarga
2)        Berpartisipasi dalam program menjaga mutu pelayanan
Ketrampilan yang harus dimiliki:
3)        Pengkajian kesehatan, mendiagnosa masalah bio-psiko-sosio-kultural, pendidikan kesehatan, konseling, merujuk kepada tim kesehatan lain.
4)        Teknologi keperawatn yang tinggi
b.        Perawat spesialis Home Health Nursing
Tugas:
1)        Kontribusi keahlian dalam pelayanan (HHC)
2)        Membuat kebijakan kesehatan dan sosial, implementasi dan evaluasi program kesehatan

E.       Rangkuman
Home Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien setelah dirawat di rumah sakit serta masyarakat umum yang dilakukan di rumah.Home Care juga diartikan pelayanan keperawatan dan pengobatan yang dilaksanakan di rumah bagi pasien yang oleh karena keadaan fisiknya tidak memungkinkan datang ke rumah sakit. Home Care bertujuan untuk : meningkatkan, yang maksimal dan meminimalkan akibat dari penyakit. Untuk mempertahankan (promoting), memperbaiki (restoring) kesehatan. Memaksimalkan kemandirian, meminimalkan efek samping kecatatan dan penyakitnya termasuk penyakit terminal. Meningkatkan, mempertahankan/ memulihkan kesehatan. Memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar