PERAWATAN KLIEN FRAKTUR DI RUMAH
A.
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-12
ini, Anda diharapkan akan mampu memahami perawatan klien
fraktur di rumah.
B.
Tujuan Pembelajaran
Khusus
Setelah selesai
mempelajari materi
pembelajaran ini, Anda diharapkan akan
dapat :
1.
Menjelaskan Pengertian
Fraktur
2.
Menjelaskan Etiologi
fraktur
3.
Menjelaskan Tanda dan
gejala Fraktur
4.
Menjelaskan Diagnosa
Fraktur
5.
Menjelaskan
Penatalaksanaan Fraktur
6.
Menjelaskan Kebutuhan
Perawatan Fraktur di Rumah
7.
Menjelaskan Tugas Perawat
Homecare pada pasien fraktur
C.
Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan
belajar-12 ini adalah:
1.
Pengertian Fraktur
2.
Etiologi fraktur
3.
Tanda dan gejala Fraktur
4.
Diagnosa Fraktur
5.
Penatalaksanaan Fraktur
6.
Kebutuhan Perawatan
Fraktur di Rumah
7.
Tugas Perawat Homecare
pada pasien fraktur
D.
Uraian Materi
Pembelajaran
1.
Pengertian Fraktur
Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth,
2002).
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat
kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat,
2005).
Fraktur adalah
setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan
oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
2.
Klasifikasi Fraktur
a.
Berdasarkan tempat
(Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
b.
Berdasarkan komplit atau
ketidakklomplitan fraktur:
1)
Fraktur komplit
(garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang).
2)
Fraktur tidak komplit
(bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
c.
Berdasarkan bentuk dan
jumlah garis patah :
1)
Fraktur Komunitif: fraktur
dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2)
Fraktur Segmental: fraktur
dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3)
Fraktur Multiple: fraktur
dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
d.
Berdasarkan posisi fragmen :
1)
Fraktur Undisplaced (tidak
bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan
periosteum masih utuh.
2)
Fraktur Displaced (bergeser):
terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen
e.
Berdasarkan sifat fraktur
(luka yang ditimbulkan).
1)
Faktur Tertutup (Closed),
bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut
juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi
tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a)
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau
tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b)
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau
memar kulit dan jaringan subkutan.
c)
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan
kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
d)
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan
jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement.
2)
Fraktur Terbuka (Open/Compound),
bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
a)
Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1
cm.
b)
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan
jaringan lunak yang ekstensif.
c)
Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami
kerusakan jaringan lunak ekstensif.
f.
Berdasar bentuk garis
fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
1)
Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya
melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2)
Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya
membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
3)
Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis
patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
4)
Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena
trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5)
Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena
trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang..
g.
Berdasarkan kedudukan tulangnya :
1)
Tidak adanya dislokasi.
2)
Adanya dislokasi
a)
At axim : membentuk sudut.
b)
At lotus : fragmen tulang berjauhan.
c)
At longitudinal : berjauhan memanjang.
d)
At lotus cum contractiosnum : berjauhan
dan memendek.
h.
Berdasarkan posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi
tiga bagian :
1)
1/3 proksimal
2)
1/3 medial
3)
1/3 distal
i.
Fraktur
Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang
berulang-ulang.
j.
Fraktur
Patologis : Fraktur yang
diakibatkan karena proses patologis tulang.
3.
Etiologi fraktur
a.
Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana
bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang).
b.
Trauma yang tak langsung/ indirect
trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam
keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
c.
Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya
fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya
penyakit yang mendasari dan
hal ini disebut dengan fraktur patologis.
d.
Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
4.
Tanda dan gejala Fraktur
Manifestasi
klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan
secara rinci sebagai berikut:
a.
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya
sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
b.
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak
dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa).
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya
dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
c.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang
yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm
(1 sampai 2 inci).
d.
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan,
teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara
fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat.
e.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada
kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Tidak semua
tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak
ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan
saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala,
tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan
mengalami cedera pada daerah tersebut.
5.
Penatalaksanaan Fraktur
Empat tujuan
utama dari penanganan fraktur adalah :
a.
Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena
frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah
tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa
nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang
fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau
gips.
1)
Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di
daerah sekeliling tulang.
2)
Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di
sekitar tulang yang patah. Gips yang ideal adalah
yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan
gips adalah :
a)
Immobilisasi dan penyangga
fraktur
b)
Istirahatkan dan
stabilisasi
c)
Koreksi deformitas
d)
Mengurangi aktifitas
e)
Membuat cetakan tubuh
orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
a)
Gips yang pas tidak akan
menimbulkan perlukaan
b)
Gips patah tidak bisa
digunakan
c)
Gips yang terlalu kecil
atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
d)
Jangan merusak / menekan
gips
e)
Jangan pernah memasukkan
benda asing ke dalam gips / menggaruk
f)
Jangan meletakkan gips
lebih rendah dari tubuh terlalu lama
b.
Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang
ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan
posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih
mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi
internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
1)
Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi
dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat
tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
a)
Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan
dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
b)
Traksi mekanik, ada 2
macam :
-
Traksi kulit (skin
traction)
Dipasang pada dasar sistem
skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu
dan beban < 5 kg.
-
Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif
pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk
menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang /
jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
a)
Mengurangi nyeri akibat
spasme otot
b)
Memperbaiki & mencegah
deformitas
c)
Immobilisasi
d)
Difraksi penyakit (dengan
penekanan untuk nyeri tulang sendi)
e)
Mengencangkan pada
perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
a)
Tali utama dipasang di pin
rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
b)
Berat ekstremitas dengan
alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
c)
Pada tulang-tulang yang
menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
d)
Traksi dapat bergerak
bebas dengan katrol
e)
Pemberat harus cukup
tinggi di atas permukaan lantai
2)
Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan
atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya
mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan
reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami
cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami
fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi
dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi
yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini
dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
a)
Ketelitian reposisi
fragmen tulang yang patah
b)
Kesempatan untuk memeriksa
pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
c)
Dapat mencapai stabilitas
fiksasi yang cukup memadai
d)
Tidak perlu memasang gips
dan alat-alat stabilisasi yang lain
e)
Perawatan di RS dapat
ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan
dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal
selama penatalaksanaan dijalankan
-
Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi
untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan
terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup
kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil
pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi
di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah
dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat
penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam
waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah
tambahan dan risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat
dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal
tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat
dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan
rotasi.
-
Fiksasi Eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil
dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu
ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur
dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi
yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.
c.
Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu
dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.
Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan
graft tulang.
d.
Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi
secepat mungkin.
6.
Kebutuhan Perawatan
Fraktur di Rumah
a.
Perawatan luka post op ORIF 2 hari sekali
b.
Mobilitas fisik : ROM setiap hari
c.
Personal hygiene
d.
Penkes tentang perawatan selama di rumah,
melakukan latihan gerak aktif dan pasif setiap hari serta nutrisi yang
diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka post operasi.
Perawat memberikan inform consent kepada
keluarga mengenai hal-hal yang perlu dilakukan di rumah dalam perawatan .
Keluarga menyetujui untuk dilakukan perawatan luka post op, dilakukan latihan
ROM dan pendidikan kesehatan mengenai perawatan di rumah. Namun dalam hal
personal hygiene keluarga mengatakan masih bisa untuk melakukan dan
memfasilitasinya sendiri.
7.
Tugas Perawat Homecare
pada pasien fraktur
a.
Mengkaji keluhan yang dirasakan saat ini
b.
Menjelaskan mengenai tujuan serta prosedur
tindakan yang akan dilakukan
c.
Melakukan tindakan perawatan kepada klien:
1)
Melakukan perawatan luka post op ORIF kepada
klien
2)
Melakukan latihan gerak ROM aktif dan pasif
kepada klien
3)
Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien
mengenai perawatan yang perlu dilakukan di rumah: melakukan perawatan luka post
op ORIF dan nutrisi yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan luka
post operasi.
d.
Mengevaluasi keluarga terhadap tindakan yang
telah dilakukan
e.
Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang
sudah dilakukan
f.
Mendiskusikan mengenai rencana perawatan
selanjutnya yang akan dilakukan:
g.
Keluarga melakukan perawatan luka dengan
bimbingan perawat
h.
Keluarga melakukan latihan gerak aktif dan
pasif setiap hari kepada klien dengan mandiri tanpa bantuan perawat
E.
Rangkuman
Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem
Manifestasi
klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
Perawat
memberikan inform consent kepada keluarga mengenai hal-hal yang perlu dilakukan
di rumah dalam perawatan . Keluarga menyetujui untuk dilakukan perawatan luka
post op, dilakukan latihan ROM dan pendidikan kesehatan mengenai perawatan di
rumah. Namun dalam hal personal hygiene keluarga mengatakan masih bisa untuk
melakukan dan memfasilitasinya sendiri.
F.
Tes Formatif
a.
Langkah
– langkah
Berikut ini diberikan soal formatif, Anda diminta mengerjakan di
lembar kertas tersendiri (tidak didalam modul). Apabila semua soal tugas sudah
selesai Anda kerjakan, Anda dipersilahkan untuk melihat kunci jawaban dan
membandingkan jawaban Anda dengan jawaban yang ada dikunci jawaban.
Periksalah hasil pekerjaan Anda.kemudian hitunglah jawaban Anda
yang benar, gunakan rumus yang ada pada bagian pendahuluan. Apabila Anda
berhasil menyelesaikan (menjawab) soal formatif dengan 80% benar, maka Anda
diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari pembelajaran yang diuraikan pada
kegiatan belajar berikutnya.
b.
Soal
Formatif
Perawat S melakukan kunjungan ke rumah Tn. B
untuk melakukan homecare pada pasien fraktur cruris 1/3 distal dengan post
operasi ORIF (open reduction internal fixation) hari ke-8. Saat dilakukan
pengkajian pasien mengatakan kakinya sudah tidak terasa sakit, hanya saja ia
mengatakan masih belum berani untuk berjalan karena takut kakinya patah lagi,
jadi ia hanya tidur di tempat tidur. Tn. B juga mengatakan bahwa dia tidak
berani makan telur, ayam, daging, dan ikan karena takut kalau luka di kakinya
tidak sembuh-sembuh. Tn. B juga mengatakan bingung karena tidak tahu apa yang
harus dilakukan untuk mempercepat proses kesembuhan kakinya. Sementara hasil
pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa luka operasi sudah membaik, luka bersih
dan tidak ada pus.
1.
Sesuai dengan kasus
Tn. B, permasalahan utama yang dihadapi oleh Tn. B adalah………
a.
Kecemasan
b.
Kurang pengetahuan
c.
Intoleransi aktifitas
d.
Resiko infeksi
e.
Nyeri
2.
Tujuan utama dari penatalaksanaan keperawatan yang diberikan kepada Tn B adalah……..
1)
Mencegah atrofi
2)
Mencegah striktur
3)
Mempertahankan fungsi tubuh
4)
Mempertahankan kontraktur
3.
Untuk mencegah terjadinya kekakuan pada sendi dan untuk
mempertahankan fungsi dari tubuh, maka hendaknya dilakukan range of motion.
Gerakan ROM yang tidak sesuai untuk kasus diatas adalah….
1)
Fleksi
2)
Oposisi
3)
Abduksi
4)
Sirkumsisi
4.
Untuk mempercepat proses penyembuhan tulang maka perlu asupan gizi
yang cukup bagi klien. Asupan nutrisi yang tepat untuk mempercepat proses
penyembuhan tulang adalah….
1)
Nutrisi yang banyak mengandung kalsium
2)
Nutrisi yang banyak mengandung vitamin D
3)
Nutrisi yang banyak mengandung protein
4)
Nutrisi yang banyak mengandung vitamin E
5.
Tindakan rehabilitatif yang dapat diberikan pada Tn. B sesuai
dengan kasus diatas adalah……….
1)
Fisioterapi
2)
Electrical therapy
3)
Physical therapy
4)
Isometric exercise
G.
Tugas Mandiri
Jelaskan apa yang harus dilakukan perawat
homecare untuk melakukan perawatan pasien fraktur di rumah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar