Kamis, 07 Januari 2016

PERAWATAN KLIEN FRAKTUR DI RUMAH



PERAWATAN KLIEN FRAKTUR DI RUMAH

A.      Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-12 ini, Anda  diharapkan akan mampu memahami perawatan klien fraktur di rumah.

B.       Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran ini, Anda  diharapkan akan dapat :
1.         Menjelaskan Pengertian Fraktur
2.         Menjelaskan Etiologi fraktur
3.         Menjelaskan Tanda dan gejala Fraktur
4.         Menjelaskan Diagnosa Fraktur
5.         Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur
6.         Menjelaskan Kebutuhan Perawatan Fraktur di Rumah
7.         Menjelaskan Tugas Perawat Homecare pada pasien fraktur

C.      Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar-12 ini adalah:
1.         Pengertian Fraktur
2.         Etiologi fraktur
3.         Tanda dan gejala Fraktur
4.         Diagnosa Fraktur
5.         Penatalaksanaan Fraktur
6.         Kebutuhan Perawatan Fraktur di Rumah
7.         Tugas Perawat Homecare pada pasien fraktur

D.      Uraian Materi Pembelajaran
1.         Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
2.         Klasifikasi Fraktur
a.         Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
b.        Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
1)         Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).
2)        Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
c.         Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
1)        Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2)        Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3)        Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
d.        Berdasarkan posisi fragmen :
1)        Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2)        Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen
e.         Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1)        Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a)         Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b)        Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c)         Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
d)        Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement.
2)        Fraktur Terbuka (Open/Compound),  bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
a)         Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
b)        Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
c)         Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
f.         Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
1)        Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2)        Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
3)        Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
4)        Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5)        Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang..
g.        Berdasarkan kedudukan tulangnya :
1)        Tidak adanya dislokasi.
2)        Adanya dislokasi
a)         At axim : membentuk sudut.
b)         At lotus : fragmen tulang berjauhan.
c)          At longitudinal : berjauhan memanjang.
d)         At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
h.        Berdasarkan posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1)        1/3 proksimal
2)        1/3 medial
3)        1/3 distal
i.          Fraktur Kelelahan       : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
j.          Fraktur Patologis        : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
3.         Etiologi fraktur
a.         Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
b.        Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
c.         Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
d.        Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
4.         Tanda dan gejala Fraktur
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a.         Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b.        Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
c.         Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d.        Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
e.         Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.
5.         Penatalaksanaan Fraktur
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
a.         Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
1)        Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
2)        Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
a)         Immobilisasi dan penyangga fraktur
b)        Istirahatkan dan stabilisasi
c)         Koreksi deformitas
d)        Mengurangi aktifitas
e)         Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
a)         Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
b)        Gips patah tidak bisa digunakan
c)         Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
d)        Jangan merusak / menekan gips
e)         Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
f)         Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
b.        Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
1)        Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
a)         Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
b)        Traksi mekanik, ada 2 macam :
-            Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
-            Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
a)         Mengurangi nyeri akibat spasme otot
b)        Memperbaiki & mencegah deformitas
c)         Immobilisasi
d)        Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
e)         Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
a)         Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
b)        Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
c)         Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
d)        Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
e)         Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
2)        Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
a)         Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
b)        Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
c)         Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
d)        Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
e)         Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan
-            Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.
-            Fiksasi Eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.
c.         Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
d.        Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.
6.         Kebutuhan Perawatan Fraktur di Rumah
a.         Perawatan luka post op ORIF 2 hari sekali
b.        Mobilitas fisik : ROM setiap hari
c.         Personal hygiene
d.        Penkes tentang perawatan selama di rumah, melakukan latihan gerak aktif dan pasif setiap hari serta nutrisi yang diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka post operasi.
Perawat memberikan inform consent kepada keluarga mengenai hal-hal yang perlu dilakukan di rumah dalam perawatan . Keluarga menyetujui untuk dilakukan perawatan luka post op, dilakukan latihan ROM dan pendidikan kesehatan mengenai perawatan di rumah. Namun dalam hal personal hygiene keluarga mengatakan masih bisa untuk melakukan dan memfasilitasinya sendiri.
7.         Tugas Perawat Homecare pada pasien fraktur
a.         Mengkaji keluhan yang dirasakan saat ini
b.        Menjelaskan mengenai tujuan serta prosedur tindakan yang akan dilakukan
c.         Melakukan tindakan perawatan kepada klien:
1)        Melakukan perawatan luka post op ORIF kepada klien
2)        Melakukan latihan gerak ROM aktif dan pasif kepada klien
3)        Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien mengenai perawatan yang perlu dilakukan di rumah: melakukan perawatan luka post op ORIF dan nutrisi yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan luka post operasi.
d.        Mengevaluasi keluarga terhadap tindakan yang telah dilakukan
e.         Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
f.         Mendiskusikan mengenai rencana perawatan selanjutnya yang akan dilakukan:
g.        Keluarga melakukan perawatan luka dengan bimbingan perawat
h.        Keluarga melakukan latihan gerak aktif dan pasif setiap hari kepada klien dengan mandiri tanpa bantuan perawat

E.       Rangkuman
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
Perawat memberikan inform consent kepada keluarga mengenai hal-hal yang perlu dilakukan di rumah dalam perawatan . Keluarga menyetujui untuk dilakukan perawatan luka post op, dilakukan latihan ROM dan pendidikan kesehatan mengenai perawatan di rumah. Namun dalam hal personal hygiene keluarga mengatakan masih bisa untuk melakukan dan memfasilitasinya sendiri.

F.       Tes Formatif
a.         Langkah – langkah
Berikut ini diberikan soal formatif, Anda diminta mengerjakan di lembar kertas tersendiri (tidak didalam modul). Apabila semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, Anda dipersilahkan untuk melihat kunci jawaban dan membandingkan jawaban Anda dengan jawaban yang ada dikunci jawaban.
Periksalah hasil pekerjaan Anda.kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar, gunakan rumus yang ada pada bagian pendahuluan. Apabila Anda berhasil menyelesaikan (menjawab) soal formatif dengan 80% benar, maka Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar berikutnya.
b.         Soal Formatif
Perawat S melakukan kunjungan ke rumah Tn. B untuk melakukan homecare pada pasien fraktur cruris 1/3 distal dengan post operasi ORIF (open reduction internal fixation) hari ke-8. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan kakinya sudah tidak terasa sakit, hanya saja ia mengatakan masih belum berani untuk berjalan karena takut kakinya patah lagi, jadi ia hanya tidur di tempat tidur. Tn. B juga mengatakan bahwa dia tidak berani makan telur, ayam, daging, dan ikan karena takut kalau luka di kakinya tidak sembuh-sembuh. Tn. B juga mengatakan bingung karena tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mempercepat proses kesembuhan kakinya. Sementara hasil pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa luka operasi sudah membaik, luka bersih dan tidak ada pus.
1.        Sesuai dengan kasus Tn. B, permasalahan utama yang dihadapi oleh Tn. B adalah………
a.         Kecemasan
b.         Kurang pengetahuan
c.         Intoleransi aktifitas
d.        Resiko infeksi
e.         Nyeri
2.        Tujuan utama dari penatalaksanaan keperawatan yang diberikan kepada Tn B adalah……..
1)        Mencegah atrofi
2)        Mencegah striktur
3)        Mempertahankan fungsi tubuh
4)        Mempertahankan kontraktur
3.        Untuk mencegah terjadinya kekakuan pada sendi dan untuk mempertahankan fungsi dari tubuh, maka hendaknya dilakukan range of motion. Gerakan ROM yang tidak sesuai untuk kasus diatas adalah….
1)        Fleksi
2)        Oposisi
3)        Abduksi
4)        Sirkumsisi
4.        Untuk mempercepat proses penyembuhan tulang maka perlu asupan gizi yang cukup bagi klien. Asupan nutrisi yang tepat untuk mempercepat proses penyembuhan tulang adalah….
1)        Nutrisi yang banyak mengandung kalsium
2)        Nutrisi yang banyak mengandung vitamin D
3)        Nutrisi yang banyak mengandung protein
4)        Nutrisi yang banyak mengandung vitamin E
5.        Tindakan rehabilitatif yang dapat diberikan pada Tn. B sesuai dengan kasus diatas adalah……….
1)        Fisioterapi
2)        Electrical therapy
3)        Physical therapy
4)        Isometric exercise

G.      Tugas Mandiri
Jelaskan apa yang harus dilakukan perawat homecare untuk melakukan perawatan pasien fraktur di rumah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar