PERAWATAN BAYI PREMATUR DI RUMAH
A.
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-3 ini, Anda diharapkan akan mampu memahami perawatan bayi premature dan BBLR di
rumah.
B.
Tujuan Pembelajaran
Khusus
Setelah selesai
mempelajari materi pembelajaran
ini, Anda diharapkan akan dapat :
1.
Menjelaskan Pengertian Bayi Prematur
2.
Menjelaskan Etiologi Bayi Prematur
3.
Menjelaskan Masalah pada Bayi Prematur
4.
Menjelaskan Tanda – Tanda Bayi Prematur
5.
Menjelaskan Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit
6.
Menjelaskan Perawatan Lanjutan Bayi Prematur di
Rumah
7.
Menjelaskan Hal – hal yang Harus diwaspadai Orang
Tua
8.
Menjelaskan Pencegahan Persalinan Prematur
C.
Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan
belajar-3 ini adalah:
1.
Pengertian Bayi Prematur
2.
Etiologi Bayi Prematur
3.
Masalah pada Bayi Prematur
4.
Tanda – Tanda Bayi Prematur
5.
Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit
6.
Perawatan Lanjutan Bayi Prematur di Rumah
7.
Hal – hal yang Harus diwaspadai Orang Tua
8.
Pencegahan Persalinan Prematur
D.
Uraian Materi
Pembelajaran
1.
Pengertian Bayi Prematur
Menurut definisi WHO, bayi
prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung
dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah
bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian
besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi,
Handayani & Kusuma, 2003, hlm. 31).
2.
Etiologi Bayi Prematur
Faktor predisposisi terjadinya
kelahiran prematur diantaranya:
a.
Faktor ibu, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidromion, penyakit jantung /
penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma,
kebiasaan, yaitu pekerjaan yang melelahkan, merokok;
b.
Faktor janin, cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramion,
ketuban pecah dini;
c.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah (Prawirohardjo, 2006, hlm.
775). Resiko persalinan prematur pada ibu dengan riwayat KPD (Ketuban Pecah
Dini) saat kehamilan , 37 minggu (PPROM, preterm premature rupture of
membrane) adalah 34-44%, sedangkan resiko untuk mengalami PPROM kembali
sekitar 16-32% (Krisnadi, 2009, hlm. 53).
3.
Masalah pada Bayi Prematur
Bersangkutan dengan kurang
sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun fisiologik maka mudah
timbul beberapa kelainan seperti :
a.
Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan
mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat
dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang lelatif
lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi
panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum
cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya;
b.
Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat
pada bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfatan ( rasio
lesitin/ sfingomielin kurang dari dua, pertumbuhan dan pengembangan paru yang
belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah
melengkung (pliable thorax). Penyakit gangguan pernafasan yang sering
diderita bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia.
Di samping itu sering timbul pernafasan periodik (pheriodic breathimh)
dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernafasan di medulla belum matur;
c.
Gangguan alat pencernaan dan masalah nutrisi : distensi
abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang
sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna dan
mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa
mineral tertentu berkurang, kerja dari sfingter kardio-esofagus yang
belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan
mudah terjadi aspirasi;
d.
Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbillirubinemia dan
defisiensi vitamin K;
e.
Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya.
Produksi urin yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi
kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi
edema dan asidosis metabolik;
f.
Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh,
kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, dan faktor Chrismas;
g.
Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma glubolin, bayi prematur
relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baek;
h.
Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi
prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh
karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan
sindroma gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi
dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak akan
lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulas, sereblar pada
bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler
yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar
ventrikel lateralis antara nukleus dan ependim. Luasnya
perdarahan intraventrikuler ini dapat didiagnosis dengan ultrasonografi
atau CT scan (Prawirohardjo, 2006, hlm. 776-777).
4.
Tanda – Tanda Bayi Prematur
Umur kehamilan sama dengan
atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram,
panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cn, kuku panjangnya belum
melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala
sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari
30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau
kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga, tumit mengilap, telapak
kaki halus, alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugue pada skrotum.
Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, tonus otos lemah, sehingga bayi kurang aktif dan batuk masih lemah atau
tidak efektif, dan tangisnya lemah, jaringan kelenjer mamae masih kurang akibat
pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada
atau sedikit (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003 hlm. 33).
5.
Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit
Yang pasti, bayi yang lahir
prematur memerlukan perawatan yang lebih intensif. Karena dia masih membutuhkan
lingkungan yang tidak jauh berbeda dari lingkungannya selama dalam kandungan.
Oleh karena itu, di rumah sakit bayi prematur akan mendapatkan perawatan
sebagai berikut :
a.
Dimasukkan dalam inkubator
Inkubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil.
Akibat sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka
suhunya bisa naik atau turun secara drastis. Ini tentu bisa mambahayakan kondisi kesehatannya. Selain itu, otot-ototnya
pun relatif lebih lemah. Sementara cadangan lemaknya juga lebih sedikit
dibanding bayi yang lahir cukup bulan.
b.
Pencegahan infeksi
Mudahnya bayi prematur terinfeksi menjadikan ini salah satu
fokus perawatan di RS. Pihak RS akan terus mengontrol dan memastikan jangan
sampai terjadi infeksi karena bisa berdampak fatal.
c.
Minum cukup
Bagi bayi, susu adalah sumber nutrisi yang utama. Untuk
itulah selama dirawat, pihak RS harus memastikan si bayi mengkonsumsi susu
sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa mengisap dengan benar, minum susu
dilakukan dengan menggunakan pipet. Pada bayi prematur refleks isap, telan dan
batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan
terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan
tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya.
Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum
dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia
dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan
pengisapan cairan lambung. Hal itu perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esofagus dan mencegah muntah.
d.
Memberikan sentuhan
Selama bayi dibaringkan dalam inkubator bukan berarti hubungan
dengan ibunya harus putus. Justru, ibu sangat disarankan untuk terus memberikan
sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang banyak mendapat sentuhan ibu menurut
penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si
bayi jarang disentuh.
e.
Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RSUD. Dr.
Pirngadi Medan bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Setelah suhunya stabil dan memungkinkan biasanya sudah dibolehkan dibawa
pulang. Namun, ada juga sejumlah RS yang menggunakan patokan berat badan.
Misalnya bayi baru boleh dibawa pulang kalau beratnya Mencapai 2 kg, kendati
sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi
secara umum (Maulana, 2008, hlm. 201-202).
6.
Perawatan Lanjutan Bayi Prematur di Rumah
Untuk merawat bayi prematur
memang dibutuhkan penanganan khusus, dan peran ibu sangat penting. Hal itu
karena organ-organ tubuh bayi belum berkembang secara maksimal dan bayi
prematur ini sangat rentan terhadap infeksi. Sehingga risiko mengalami gangguan
kesehatan sangat tinggi (Hoffman, Rudolph, 2006, hlm. 270).
Langkah-langkah perawatan
lanjutan bayi prematur di rumah di antaranya adalah:
a.
Asupan gizi
Bayi prematur membutuhkan susu berprotein tinggi. Namun
dengan kuasa Tuhan, ibu-ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan
sendirinya akan memperoleh ASI yang proteinnya lebih tinggi dibanding dengan
ibu yang melahirkan bayi yang cukup bulan. Kalaupun ibu mengalami masalah
dengan ASI-nya, ada susu khusus yang diperuntukkan bagi bayi prematur. Yang
harus diingat, karena kapasitas saluran cernanya masih amat terbatas, maka
pemberian susu sebaiknya jangan terlalu banyak. Namun, agar kebutuhannya
tercukupi, tingkatkan frekuensi pemberiannya. Jika bayi tidak dapat menyusu
dengan cukup baik guna mendaptkan volume susu yang banyak ibu hendaknya
memberikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif.
Ibu dapat memberikan makan dengan cangkir, cangkir dan sendok, atau alat lain
yang bersih.
b.
Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu
tubuh yang belum stabil. Oleh karenanya, orang tua harus mengusahakan agar
lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi.
Langkah yang bisa ditempuh dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas
ataupun terlalu dingin, sehingga dapt mempengaruhi suhu tubuhnya.
c.
Pastikan semuanya bersih
Seperti sudah disebutkan diatas, bayi prematur lebih rentan
terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati-hati menjaga
keadaan sikecil supaya tatap bersih sekaligus memanimalisasi kemungkinan
terserang infeksi. Salah satu langkah penting yang disarankan adalah imbauan
bagi siapa saja yang akan memegang bayi supaya mencuci tangan terlebih dahulu.
Kalau ada anggota keluarga yang sakitpun sebaiknya jauh-jauh saja dari si
kecil.
d.
BAK dan BAB
BAK dan BAB bayi prematur masih terhitung wajar, kalau
setelah di susui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak
wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAK atau BAB. Untuk kasus
seperti ini, tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter.
e.
Berikan stimulus yang sesuai
Setelah dipastikan 4 hal tersebut tidak ada masalah, orang
tua tidak perlu khawatir untuk melakukan aktivitas rutin lainnya. Semisal
mengajaknya bermain, menimang, menggendong, dan sebagainya. Untuk merangsang
indra penglihatannya, tunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar-gambar
dan mainan berwarna cerah, serta ekspresi wajah ayah dan ibu. Berikan stimulus
yang sesuai dengan usianya (Maulana, 2009, hlm 203-204).
f.
Metode Kanguru
Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL) adalah kontak kulit
diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan
pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai
segara bayi lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit
di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa di rawat dengan KMC meskipun
belum bisa menyusu. Berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian umum (Depkes, 2003, hlm. 107).
Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi
berat lahir rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, metode
kanguru merupakan perawatan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang, bayi hanya
memakai popok dan topi, dan bayi diletakkan secara vertikal/tegak didada antara
ke dua payudara ibu, di mana ibu dalam keadaan telanjang dada, kemudian
diselimuti (Maryuni & Nurhayati, 2009, hlm. 36).
g.
Pemijatan Bayi
Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur
yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat
badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah dilakukan pemijatan
secara teratur. Pemijatan bayi dengan berat badan lahir rendah bisa dilakukan
setelah bayi dalam keadaan stabil, telah melampaui masa kritis dan dapat
dilakukan tiga kali dalam sehari. Waktu memijat bayi yang terbaik apabila orang
tua dan bayi telah siap memulai, pagi hari sebelum mandi atau sebelum makan,
siang hari sebelum minum, dan sore hari sebelum minum atau sebelum tidur.
Alat-alat yang perlu dipersiapkan sebelum memijat bayi yaitu, lotion atau minyak
minyak yang lembut, selimut/popok/kain bedong, handuk, dan pakaian ganti bayi.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pemijatan bayi
yaitu:
1)
Letakkan bayi dalam posisi telungkup atau telentang;
2)
Lakukan pijatan dengan kekuatan tekanan sedang selama 1 menit
pada bagian kepala dan muka, pundak, punggung, kaki dan tangan;
3)
Lakukan gerakan dari atas kepala, kebawah bagian muka, ke
atas bagian kepala, dan seterusnya;
4)
Lakukan gerakan dari belakang leher, ke bahu, dan seterusnya;
5)
Lakukan gerakan dari atas punggung ke pinggang, kembali ke
punggung, dan seterusnya;
6)
Lakukan dari paha ke bawah, kembali ke paha, kemudian ke
bawah dan lakukan usapan pada kedua kaki;
7)
Lakukan gerakan dari pangkal lengan ke bawah, ke atas pangkal
lengan, ke bawah, dan seterusnya;
8)
Letakkan bayi dalam posisi telentang, lakukan dan rentangkan
tiap-tiap lengan dan kaki setelah dipijat (Maryuni & Nurhayati, 2009, hlm.
41).
7.
Hal – hal yang Harus diwaspadai Orang Tua
Hari
Martono menegaskan mengenai adanya beberapa hal yang tetap harus diwaspadai
orang tua sehubungan dengan perawatan bayi prematur. Yang paling dikhawatirkan
adalah terjadinya infeksi. Adapun tanda-tanda bahaya yang harus diperhatikan
adalah
a.
Perubahan
suhu, perubahan suhu ini bisa tinggi, bisa pula rendah. Pokoknya, kalau suhunya
tidak stabil, segera bawa ke dokter. Pasalnya, perubahan suhu merupakan salah
satu tanda terjadinya infeksi pada bayi;
b.
Rintihan,
bila suara tangisnya menyerupai rintihan, hampir bisa dipastikan ada yang tidak
beres dengan tubuhnya. Rintihan ini bisa menjadi “sinyal” awal terjadinya
infeksi;
c.
Refleks
isap lemah, bila refleks isapnya menjadi lemah. Orang tua bisa mendeteksi
sendiri, biasanya bayi minum susunya seperti apa, sehingga perubahan sedikit
saja dapat segera terdeteksi (Maulana, 2008, hlm. 204-205).
8.
Pencegahan Persalinan Prematur
Prematuritas merupakan masalah multifaktor,
tidak ada faktor pasti yang dapat menyebabkan prematuritas, sehingga pencegahan
melalui satu atau beberapa faktor mungkin tidak akan berhasil memperbaiki
luaran persalinan. Langkah pertama untuk mencegah persalianan prematur adalah
dengan mengurangi faktor risiko yang berhubungan dengan persalinan prematur.
Pencegahan primer dilakukulan dengan mengenal
kelompok ibu yang berisiko tinggi mengalami persalinan prematur, dan melakukan
intervensi obstetrik untuk mengurangi faktor risiko. Pencegahan dapat dilakukan
terhadap faktor karakteristik ibu, faktor lingkungan, faktor risiko, faktor
plasenta, faktor maternal, faktor farmakologi dan faktor fetus.
Pencegahan sekunder adalah deteksi dini gejala
persalinan prematur dan pengobatan dini ancaman persalinan prematur, sedangkan
pencegahan tersier diberikan untuk memperpanjang waktu persalinan pada ibu yang
sudah terdiagnosis persalinan prematur baik dengan istirahat rebah atau dengan
pemberian medikasi (Krisnadi, Effendi & Pribadi, 2009, hlm. 141).
E.
Rangkuman
Bayi
prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu
tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan
berat badan kurang 2500 gram. Bayi yang lahir prematur memerlukan perawatan
yang lebih intensif. Karena dia masih membutuhkan lingkungan yang tidak jauh
berbeda dari lingkungannya selama dalam kandungan. merawat bayi prematur memang
dibutuhkan penanganan khusus, dan peran ibu sangat penting. Hal itu karena
organ-organ tubuh bayi belum berkembang secara maksimal dan bayi prematur ini
sangat rentan terhadap infeksi. Sehingga risiko mengalami gangguan kesehatan
sangat tinggi.
F.
Tes Formatif
a.
Langkah
– langkah
Berikut ini diberikan soal formatif, Anda
diminta mengerjakan di lembar kertas tersendiri (tidak didalam modul). Apabila
semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, Anda dipersilahkan untuk melihat
kunci jawaban dan membandingkan jawaban Anda dengan jawaban yang ada dikunci
jawaban.
Periksalah hasil pekerjaan Anda.kemudian
hitunglah jawaban Anda yang benar, gunakan rumus yang ada pada bagian
pendahuluan. Apabila Anda berhasil menyelesaikan (menjawab) soal formatif
dengan 80% benar, maka Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari
pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar berikutnya.
b.
Soal
Formatif
1.
Seorang ibu 21
tahun, kondisi 2 hari postpartum dengan
persalinan tindakan episiotomy, mengeluh takut bergerak dan beraktivitas,
mencoba menahan buang air kecil supaya tidak nyeri saat terkena urin, kesulitan
saat buang air besar dan ASI belum keluar dengan lancar. Kondisi bayi sehat,
suami selalu mendukung dan membantu pemenuhan kebutuhan personal hygiene dari
ibu. Masalah keperawatan utama dalam
kasus diatas adalah ?
a.
Nyeri b/d agen
injuri fisik, luka episiotomy
b.
Gangguan
mobilitas fisik b/d kelemahan
c.
Intoleransi
aktivitas b/d postpartum
d.
Gangguan personal hygiene b/d kelemahan fisik
e.
gangguan
eliminasi alvi b/d kurangnya pergerakan, kelemahan
2.
Fokus perawatan
di rumah (home care) pada kasus
diatas adalah ?
1)
Perawatan luka
episiotomy dan teknik penurunan rasa nyeri
2)
Pemulihan
kondisi fisik pasca melahirkan dengan latihan ROM, dan senam nifas
3)
Konseling
perawatan ibu postpartum baik secara fisik, psikologis dan social
4)
Orientasi
kebutuhan ibu postpartum dan bayi baru lahir
3.
Bentuk inovasi
yang tepat pada kasus diatas, guna pemulihan secara fisik, meningkatkan
mobilitas dan aktivitas ibu diantaranya adalah ?
a.
Memberikan
bantal khusus (bantal bentuk donat) untuk menurunkan nyeri luka episiotomy
b.
Memberikan
latihan senam nifas yang tepat sesuai kondisi ibu
c.
Melakukan pijat
oksitosin untuk memperlancar ASI ibu
d.
Menciptakan
inovasi makanan yang tepat sesuai kebutuhan ibu postpartum
e.
Pelatihan hipnoterapi untuk menurunkan nyeri dan
stress pada ibu
4.
Ny.A umur 20
tahun kondisi postpartum, mengatakan
belum bisa memandikan bayinya dan belum bisa menggendong bayi dengan benar,
bahkan ASI nya juga belum keluar. Ny.A mengatakan, justru setelah melahirkan
bayinya menghambat aktivitasnya, pekerjaan semakin banyak, dan membuat emosinya
tidak stabil. Pada kasus diatas, Ny.A mengalami penyimpangan pada fase
penyesuaian postpartum yaitu ?
a.
Takin-in
b.
Takin-hold
c.
Letting go
d.
Engrossment
e.
Move on
5.
Fokus perawatan
di rumah (home care) pada kasus diatas adalah ?
a.
Pemulihan
kondisi fisik pasca melahirkan dengan latihan ROM, dan senam nifas
b.
Konseling
perawatan ibu postpartum baik secara fisik, psikologis dan social
c.
Orientasi
kebutuhan ibu postpartum dan bayi baru lahir
d.
Motivasi
dukungan suami dan keluarga
e.
Bantuan
pemenuhan kebutuhan ibu dan bayi
G.
Tugas Mandiri
Jelaskan apa saja yang harus dilakukan perawat
homecare untuk melakukan perawatan bayi BBLR dan premature di rumah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar