Kamis, 07 Januari 2016

PERAWATAN KASUS GANGGUAN KESEHATAN KELUARGA DAN MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS DI RUMAH



PERAWATAN KASUS GANGGUAN KESEHATAN KELUARGA DAN MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS DI RUMAH

A.      Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-10 ini, Anda  diharapkan akan mampu memahami perawatan kasus gangguan kesehatan keluarga dan masalah kesehatan komunitas di rumah.

B.       Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran ini, Anda  diharapkan akan dapat :
1.         Menjelaskan Perkembangan Pelayan Kesehatan Rumah
2.         Menjelaskan Sasaran atau klien dari keperawatan kesehatan komunitas
3.         Menjelaskan Karakteristik pelayanan kesehatan rumah  antara lain
4.         Menjelaskan Hubungan Perawat – Klien Dengan Keluarga
5.         Menjelaskan Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah
6.         Menjelaskan Standar Praktik Pelayanan Kesehatan Rumah
7.         Menjelaskan Pendekatan Interdisiplin Dalam Pelayanan Kesehatan Rumah

C.      Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar-10 ini adalah:
1.         Perkembangan Pelayan Kesehatan Rumah
2.         Sasaran atau klien dari keperawatan kesehatan komunitas
3.         Karakteristik pelayanan kesehatan rumah  antara lain
4.         Hubungan Perawat – Klien Dengan Keluarga
5.         Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah
6.         Standar Praktik Pelayanan Kesehatan Rumah
7.         Pendekatan Interdisiplin Dalam Pelayanan Kesehatan Rumah

D.      Uraian Materi Pembelajaran
Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah perpaduan perawat kesehatan masyarakat dan ketrampilan tekhnis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari kumpulan perawat komunitas, seperti perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat ibu dan anak, perawat kesehatan masyarakat, dan perawat medikal – bedah.
Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan rumah adalah sebuah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidak mampuan dan membantu klien menyembuhkan yang menderita penyakit kronik (NAHC, 1994).
Dari beberapa definisi di atas komponen utama pada pelayanan kesehatan rumah adala klien, keluarga, pemberi pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional (multidisiplin), direncanakan, dikoordinasikan bertujuan membantu klien kembali ketingkat kesehatan optimum dan mandiri yang dilaksanakan di rumah beradasarkan kontrak dan merupakan kelanjutan dari pelayanan keperawatan pada tiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.
1.         Perkembangan Pelayan Kesehatan Rumah
Bentuk pelayanan kesehatan masyarakat yang populer dan banyak dikenal masarakat adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Karena berbagai pertimbangan terpaksa perawatan dilakukan di rumah. Faktor – faktor yang mendorong perkembanagan kesehatan rumah adalah:
a.         Kasus – kasus penyakit terminal dianggap tidak efisien lagi jika dirawat di institusi pelayanan kesehatan, misal klien mengidap penyakit keganasan (kanker) stadium akhir.
b.        Keterbatasan masyarakat untuk membiayai kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan relatif lama, misal klien pasca – stroke yang mengalami kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi dalam jangka waktu yang cukup lama.
c.         Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, dengan asumsi bahwa perawatan klien yang lama (> 1 minggu) tinggal di rumah sakit tidak menguntungkan.
d.        Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian besar klien jika dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.
e.         Pelayanan kesehatan rumah bertujuan:
1)        Meningkatkan kemandirian klien dalam pencegahan komplikasi penyakit kronik membantu mengurangi efek penyakit dan ketidakmampuan akibat penyakit.
2)        Biaya kesehatan akan lebih terkendali, kesinambungan pelayanan yang diberikan akan mencegah terjadinya komplikasi.
3)        Mutu pelayanan akan lebih meningkat, peran serta keluarga dalam memberikan pelayanan akan memberikan kesempatan kepada perawat melakukan suatu penelitian pada aspek –aspek yang membutuhkan pengembangan.
Menurut Suharyati, (2004) program home care mempunyai dampak yang menguntungkan baik bagi klien dan keluarganya maupun bagi tenaga yang terlibat dalam pelayanan home care. Bagi klien dan keluarga dapat membantu secara efisien dalam mengurangi beben biaya  rawat inap dirumah sakit yang makin mahal dan semakin tidak terjangkau, disamping pula meningkat kemandiri keluarga dalam perawatan klien dirumah. Sedangkan bagi para petugas yang terlibat terutama dalam pelayanan langsung dirumah klien program ini dapat memberikan variasi lingkungan kerja dan mampu menambah pengasilan bagi para perawat yang bekerja dirumah sakit.
Karakteristik home care adalah memprioritaskan preventif dan promotif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative, cara pelayanan tidak terkotak-kotak, terpadu dan berkesinambungan serta pendekatan pelayanan secara menyeluruh, sedangkan manfaat yang dapat diambil dari pelayanan home care adalah terpernuhinya kebutuhan dan tuntutan keperawatan dan kesehatan, biaya kesehatan akan lebih terkendali, mutu pelayanan akan lebih meningkat dan keluarga akan lebih terlibat secara aktif.
Strategi penggelolaan home care. Untuk mengelola home care dibutuhkan komitmen dari berbagai pihak yang terkait  baik dari penggelola, rumah sakit maupun dari para pemberi pelayanan. Karena dalam pelaksanaannyahome care tidak lepas dari berbagai masalah diantaranya adalah image masyarakat masih berorientasi pada medis, praktek mandiri belum tersosialisasi.
Menurut Ficks. W.J (1993) ada beberapa kendala atau hambatan dalam mencapai sukses dalam pengelolaan HHC (Home Health Cere) yaitu dilihat dari aspek internal dan aspek eksternal. Hubungan dari aspek internal terdiri dari  product lifecycle,wage and benefits,administrivia, dan hospital large-scale mind set. Sedangkan hambatan eksternal menyangkut system pembayaran yang tidak ancer, meliputi : reimbusment changes, propective payment dan case management yang tidak hati-hati. Untuk menanggulangi hambatan faktor internal dan eksternal HHC menurut Lerman and Linne, (1993) diarahkan pada :
a.         Menetapkan strategi MIA (Mission, Innovation, and Autonomy) untuk mengatasi hambatan internal.
1)        M    = Mission, Antara agen / unit home cere dan rumah sakit harus saling bersinergi dan mempunyai kesamaan pandangan dalam hal: Meningkatkan kunjungan klien, dimana bersama-sama berusaha secara aktif  dan proaktif, sehingga akan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan dalam  pelayanan program HHc sehingga akan berdampak pada peningkatan kunjungan kerumah sakit (klien Rawat jalan), penghematan biaya : HHC didesain untuk memaksimalkan penghematan biaya rumah sakit dengan menurunkan Length of stay (LOS)
2)        I      =  Innovation, Agensi atau hospitalisasi – Bassed Home Care harus dapat mendorong menciptakan inovasi – inovasi terbaru berkaitan dengan pemasaran dan pelayanan. Dalam konteks ini rumah sakit harus mendukung kegiatan HHC tersebut dengan memberikan reward yang positif dan memedai. Ada dua prinsip yang harus dipegang untuk mengembangkan hal tersebut, yaitu : Jika rumah sakit memiliki program inovasi  yang dapat diimplementasikan tanpa mengganggu operasional HHC, maka sebaiknya unit HHC mengadaptasi program RS tersebut. Dan sebaliknya jika agensi atau unit HHc memiliki proses dan system inovasi sendiri dan tidak mengganggu system RS, maka RS  sebaiknya mengadaptasi system HHC tersebut.
3)        A     = Autonomy, Karena dalam mengembangkan program HHC mengandung unsure bisnis (profit oriented), maka sebaiknya penggelolaan  HHC diberi otonomi dalam mengembangkan teknik-teknik euntrepreneurship (kewirausahaan), oleh karena itu sebaiknya yang menjadi admistratur HHC adalah seorang euntrepreuneur. Dengn demikian akan mampu meningkatkan penampilan HHC yang professional.
b.        Untuk mengatasi hambatan eksternal, direkomendasikan 4 hal yang perlu diperhatikan :
1)        Administrator  harus memastikan  semua informasi yang dibutuhkan oleh staff dan tersedia dengan lengkap, meliputi akunting, laporan pelayanan, dan monitor produktiftas pelayanan.
2)        Untuk meningkatkan efisiensi operasional HHC, maka penggelola HHC harus mampu mengembangkan system pembiayaan yang efektif dan efisien ( dihitung berdasarkan unit cost/ kunjungan).
3)        Program HHC harus mampu menciptakan system referral (rujukan) sebagai upaya mengembangkan net working yang mendukung peningkatan kinjungan ke HHC.
4)        Kunci sukses yang paling penting adalah menciptakan serive atau pelayanan  yang berorientasi pada costume / pelanggan. Oleh karena orientasi kalkulasi bisnis harus berubah dan keuntungan (profit) = Rev-enue-biaya (cost) menjadi long term profit ( dari customer yang puas)-biaya= profil plus.
Secara umum jenis pelayanan yang dapat diberikan dalam pelayanan kesehatan rumah dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.         Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
b.        Pelayanan rehabilitasi
c.         Pelayanan informasi dan rujukan
d.        Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
e.         Pendidikan dan latihan
f.         Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
g.        Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
Langkah – langkah Home Care menurut Smith (1995) ada empat aktifitas atau fase dalam melaksanakan keperawatan dirumah, yaitu:
a.         Fase Permulaan
Perawatan merupakan kasus – kasus yang perlu ditidak lanjuti dirumah, melelui seleksi kasus dipuskesmas sesuai dengan prioritas. Kemudian menetapkan jadual kunjungan, kontrak waktu kunjungan dengan membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu kunjungan dan kehadiran anggota keluarga pengambilan keputusan. Selama fase ini pula perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan mengetahui bagaimana keluarga menangapi suatu masalah kesehatan. Selain itu juga perawat menyiapkan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kunjungan seperti mempelajari riwayat penyakit klien (individu atau anggota keluarga) dari rekan kesehatan anggota keluarga (family folder) dipuskesmas dan pencatatan lain (unit pelayanan kesehatan)  yang ada kaitannya dengan klien tersebut, membuat catatan singkat tentang masalah klien dan keluarga tersebut.
b.        Fase implementasi
Fase ini perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga. Lakukan intervensi sesuai rencana, eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannya dan sediakan pula informasi tertulis.
c.         Fase terminasi
Perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama keluarga. Menyususn rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga. Tinggal nama dan alamat perawat serta nomor telpon yang bisa dihubungan oleh keluarga.
d.        Aktivitas post visit
Fase terakhir adalah pendokumentasian, dimana perawat melakukan pencatatan secara lengkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.
2.         Sasaran atau klien dari keperawatan kesehatan komunitas
a.         Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, lansia, penderita penyakit menular (tuberkulosis paru, kusta, malaria, demam berdarah, diare dan ISPA atau pneumonia) serta penderita penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus dan stroke.
b.        Keluarga
Keluarga yang menjadi sasaran prioritas adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau resiko tinggi (high risk group) dengan prioritas sebagai berikut:
1)        Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
2)        Keluarga miskin yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan serta mempunyai masalah kesehatan yang ada hubungannya dengan tumbuh kembang balita, kesehatan reproduksi, dan penyakit menular.
3)        Keluarga yang tidak termasuk miskin, tidak mempunyai masalah kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
c.         Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan, baik yang terikat dalam suatu institusi maupun tidak. Contoh kelompok masyarakat khusus yang terikat dalam suatu institusi misalnya warga sekolah, pesantren, panti asuhan, panti wreda, rutan dan lapas. Sedangkan kelompok masyarakat khusus yang tidak terikat dalam institusi khusus misalnya posyandu, kelompok balita, ibu hamil, lansia, penderita penyakit tertentu dan pekerja informal.
d.        Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan, seperti:
1)        Masyarakat di suatu wilayah yang (1) jumlah bayi meninggal lebih tinggi dari wilayah lain, (2) jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dari wilayah lain, (3) cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari wilayah lain.
2)        Masyarakat di daerah endemis penyakit menular
3)        Masyarakat di lokasi atau barak pengungsian akibat bencana alam atau akibat lainnya
4)        Masyarakat di tempat yang kondisi geografisnya sulit (daerah terpencil)
5)        Masyarakat di daerah pemukiman baru yang sulit dijangkau transportasi, misalnya di daerah transmigrasi.
3.         Karakteristik pelayanan kesehatan rumah 
a.         Pelayanan kesehatan rumah memiliki karakteristik sebagai bentuk pelayanan kesehatan promotif dan preventif yang menjadi prioritas utama dengan tidak mengabaikan upaya pengobatan, pencegahan kecacatan yang dilakukan dalam bentuk kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi.
b.        Tatacara pelayanan tidak diselenggarakan secara terpisah – pisah, namun dilkukan secara terpadu (interdisiplin) dalam rangka memenuhi kebutuhan klien.
c.         Pendekatan penyelenggaraan pelayanan secara menyeluruh.
Agen adalah pengelola yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejak awal berdirinya pelayanan kesehatan rumah, banyak organisasi yang telah membuat program pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan klien.
Berdasarkan pada administrasi dan struktur organisasi, agen kesehatan rumah dibagi dalam lima jenis yaitu:
a.         Agen pemerintahan
b.        Agen voluntir/sukarela
c.         Agen kombinasi
d.        Agen rumah sakit
e.         Agen proprietary/swasta
Tiap tipe berbeda satu dengan yang lain baik dari segi administrasi maupun struktur organisasi, namun sama dalam kaitan dengan standar yang harus dipenuhi seperti lisensi (izin), sertifikasi dan akreditasi.
a.         Agen pemerintahan
Baik perawat maupun profesi lain yang bekerja dibayar oleh pemerintah daerah maupun pemerntah pusat (departemen kesehatan). Sumber pembiayaan dengan menggunakan dana pajak, tidak mencari keuntungan. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya melakukan pelayanan kesehatan rumah secara umum tetapi juga terlibat dalam pelayanan kesehatan pencegahan seperti program imunisasi, klinik anak sehat dan pendidikan kesehatan.
b.        Agen sukarela
Tim pelayanan kesehatan yang bekerja secara sukarela tidak memperoleh bayaran dari klien yang dilayani. Namun kadang – kadang dibantu oleh charity (donatur). Jasa yang mereka terima tergantung dari jenis pelayanan yang diberikan mencakup program rehabilitasi, jenis pelayanan lain yang dilaksanakan apabila mereka bekerja di agent pemerintahan.
c.         Agen kombinasi
Pada agen jenis ini petugas merupakan gabungan antara agen pemerintah dan agen sukarelayang memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat dengan penghasilan di bawah standar. Pelayanan kesehatan yang diberikan dengan memperhatikan peran seperti halnya mereka bekerja dengan agen pemerintah.
d.        Agen berbasis rumah sakit
Agen ini berbeda dan jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan agen pelayanan kesehatan rumah lainnya. Dewan Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab dan mengatur pelayanan kepada klien ini. Lebih dari itu klien yang dirawat di Rumah Sakit telah mempunyai akses ke petugas kesehatan di rumah sakit tersebut apakah agen pemerintah, voluntir, swasta maupun kombinasi, tergantung dari struktur rumah sakit terkai.
Kegiatan ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi rumah sakit, sehigga mereka akan lebih berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan dan siap bersaing dengan agen lain yang berbasis komunitas.
e.         Agen swasta
Pendirian agen jenis ini atas perolehan izin dari pemerintah. Untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan rumah mereka harus memiliki lisensi, sertifikat dan akreditasi. Pemilikan usaha ini bertanggung jawab kepada pemerintah menerima pembayaran dari pihak ketiga dan klien sebagai individu, jika tidak menjadi peserta asuransi. Pelayanan yang diberikan harus sesuai standar, tidak hanya mementingkan unsur keuntungan.
Jika klien memiliki bukti – bukti pelayanan di bawah standar, klien dapat mengajukan klaim/komplain. Munculnya berbagai jenis agen yang menyediakan pelayanan kesehatan rumah di masyarakat dengan perhatian utama ditujukan kepada pelayanan yang berkwalitas, hal ini merupakan suatu isu emosional terutama orang – orang yang bekerja pada agen yang bersangkutan. Agar pelayanan yang mereka berikan tetap berkwalitas, maka pemerintah melakukan pengaturan yang merangsang proses kompetisi secara sehat, di antara aen yang ada sehingga dapat mengembangkan dan memelihara program pelayanan kesehatan yang mereka janjikan.
Aspek lain yang menjadi perhatian pemerintah adalah biaya yang terjangkau oelh individu dan keluarga. Manajemen dan penampilan di samping administrasi yang rapi merupakan ukuran lain pada aspek penilaian.
4.         Hubungan Perawat – Klien Dengan Keluarga
Perawat – perawat yang berkunjung ke rumah memiliki perhatian terhadap seluruh masalah kesehatan yang teridentifikasi dari keluarga tertentu atau sekelompok keluarga. Perawat tersebut memiliki kemapuan klinik yang general dan dapat bekerja dengan klien dari seluruh kelompok usia.
Prinsip hubungan perawat – klien dengan keluarga :
a.         Focus intervensi perawat  adalah keluarga
b.        Intervensi yang diberikan dapat berfokus pada seluruh kebutuhan kesehatan dan meliputi tiga level pencegahan.
c.         Keluarga tetap memiliki otonomi untuk mengambil keputusan terhadap kesehatan.
d.        Perawat adalah tamu di rumah keluarga
Fase hubungan perawat-klien dengan keluarga
a.         Fase premisiasi atau persiapan
Pada fase pertama, perawat mendapat data tentang keluarga yang akan di kunjungi dari puskesmas atau ibu kader,perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Baik perawat yang sudah berpengalaman fase ini di perpendek jangka waktunya. Sangat penting untuk dilakukan fase ini adalah kontrak waktu kunjungan dengan keluarga.
b.        Fase inisiasi atau perkenalan
Fase ini mungkin memerlukan berapa kali kunjungan Selama fase ini, perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan.
c.         Fase implementasi
Pada fase ini, kerja perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki keluarga bersama-sama dengan keluarga. Lakukan intervensi sesuai perencanaan. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan tingkat pendidikan dan sediakan pula informasi tertulis.
d.        Fase terminasi
Difase ini, perawat membuat kesimpulan hasi kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Menyusun rencana tindak lanjut terhada masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga penting dilakukan fase terminasi. Tinggalkan nama dan nomor telpon.
e.         Fase paska kunjungan
Fase terakhir ini sering terabaikan. Difase ini hendaknya membuat dokumentasi lengkap tentang hasil kunjunagan untuk di simpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.
5.         Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah
Perawat pelayanan kesehatan, terlibat dalam perawtan langsung dan perawatan tidak langsung. Dalam melaksakan tugasnya, perawat pelayanan kesehatan rumah menjalankan beberapa macam peran.
a.         Perawatan Langsung
Perawatan yang diberikan mengacu pada aspek fisik yang nyata yang diperoleh melalui intraksi perawat  – klien. Kegiatan pelayanan secara langsung yang diberiakan pada klien meliputi pengkajian fisik klien, mengganti balutan luka, memberikan injeksi, memasang kateter dan atau memberi injeksi ntravena. Selain itu perawat memberiakn pendidikan kesehatan pada klien dan anggota kluarga yang memberikan pelayanan kesehatan ( Caregiver), tentang cara cara melakukan prosedur tertentu.
Perawat dapat membantu klien dan keluatga mengembangkan sikap yang positif. Kemampuan dan kecakapan tehnis harus diperhatikan oleh perawat pelayanan kesehatan rumah sehinga dapat menerima pembayaran jasa yang telah diberikan oleh pihak ke III. Untuk menentukan tindakan apa saja yang telah dilakukakan leh perawat maka berikut ini terdapat beberapa hal yang harus dicatat secara ade kuat yaitu :
a.         Apakah pelayan kompleks, diberiakan oleh perawat yang terekistrasi (RN)
b.        Apakah yang dapat dilakukan perawat yang terampil sesuai dengan kondisi klien
c.         Dapatkan pelayanan yang diberikan dilakukan oleh seseorang yang bukan petugas kesehatan
d.        Apakah instruksi yang diberikan dalam merawat klien melipuyi pengetahuan, instruksi (perawatan) dilakukan oeh seorang perawat RN
Guna menjawab pertayaan tersebut, perawat pelayanan kesehatan rumah harus memiliki dasar pengetahuan yang cukup untuk mengetahui dan menafsirkan / menginterprestasikan kata keterampilan. Klien dan keluarga mempunyai penafsiran terhadap pelayan yang diberikan data subyektif atau obyektif. Beberapa contoh dari pelayanan kesehatan berikut ini, akan membantuk petugas keperawatan untuk menyakinkan mereka tentang objektifitas pelayanan yang diberikan.
a.         Obsevasi dan evaluasi keadaan fisik dan emosional.
b.        Meyediakan perawatan langsng seperti aturan dalam keperawatan, latihan rehabilitasi, pemasangan kateter, irigasi kolostomi dan petawatan luka
c.         Membantu klien dan keluarga megembangkan prilaku positif dalam kesehatan
d.        Membantu klien dan keluarga untuk memberikan pengobatan jika diperlukan
e.         Ajarkan klien dan keluarga untuk menjalakan diet yang dianjurkan dokter, mempertimbangkan masalah budaya, keungan dan hal yang terksit dengan privasi.
f.         Lapotkan kedokter jika muncul tanda dan gejala yang berhubungan dengan status kesehatan klien dan kelanjutan pengobatan yang sedang dijalani
g.        Membantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi sumber daya yang akan membantu klien mencapa fungsi kesehatan optimal.
b.        Perawatan Tidak Langsung
Perawatan tidak langsung dilakukan ketika klien tidak mempunyai kontak langsung dengan perawat. Perawatan cenderung pada perawatan tidak langsung lebih kearah kegiatan konsultasi. Perawat pelayanan kesehatan rumah dihubungi  oleh perawat rumah sakit untuk melanjutkan kegiatan kegiatan yang telah dilakukan klien dan keluarga misalnya dalam hal merawat ostomi.
Perawat  pelayanan kesehatan rumah berfungsi sebagai  tenaga konsultan, nasehat  yang diberikan  tentang bagaimana cara mengatur klien dengan masalah tertentu melalui kerja sama dengan anggota lain dalam tim. Pertemuan tim secara berkala yang memberikan perawatan tidak langsung dipelayanan kesehatan rumah dilakukan secara teratur. Ini merupahkan waktu yang ideal untuk meni ngkatkan koordinasi dan kesinambungan pelayanan perawatan klien dan menggunakan sumber daya secara optimal.
Pengawasan terhadap asisten atau pembantu perawatan kesehatan rumah dilakukan secara tidak langsung, melalui evaluasi yang dilakukan terhadap klien, dilakukan dua minggu sekali. Banyak tindakan keperawatan yang dilakukan di rumah, mungkin tidak secara langsung kelihatan oleh klien, tetapi dapat dinilai melalui kualitas pelayanan kesehatan rumah.
Sebagai perawatan klinis, pendidik, peneliti, administrator dan konsultan dapat menerapkan ilmu dan pengalaman mereka sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Dikatakan sebagai pendidik karena mereka mengajarkan klien dan keluarga bagaimana cara “melakukan sesuatu” dan mengajarkan cara tahapan perawatan diri sendiri secara formal mereka mengajar topik-topik pendidikan kesehatan kepada kelompok masyarakat. Peran peneliti dapat diterapkan pada penelitian untuk meningkatkan asuhan keperawatan dimasa medatang.
6.         Standar Praktik Pelayanan Kesehatan Rumah
Standar praktik merupakan salasatu prangkat yang diperlukan oleh setiap tenaga profesinal. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi harapan minimal bagi para perawat profesional dalam memberikan asuhan keperawataan yang aman efektif dan etis. Standar praktik pelayanan kesehatan rumah yang dikembangkan oleh Amerikan Nurse Association(1986)yang memperlihatkan hubungan proses keperawatan dengan standar  praktik .
a.         Standar I (Organisasi)
Seluruh pelayanan rumah direncanakan, diorganisir langsung oleh perawat profesional tingkat master  yanag telah dipersiapkan untuk memberi pelayanan kesehatan rumah dan mempunyai pengalaman baik secara organisasi maupun diorganisasi kesehatan komunitas. Pimpinan dan perawat pelaksana bekerja bersama-sama, untuk membuat rencana dan program yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelayanan komunitas.
Perawat administrator (pengelola) membuat misi,filosofi,dan tujuan agen yang akan memutuskan jenis pelayana yang dibutuhkan klien adan keluarganya di lingkungan mereka. Anggaran kebijakan perorangan dan metoda evaluasi terhadap program dan personal ditetapkan. Penetapan cara memantau program kendali mutu untuk memperbaiki dan meningkat pelayanan yang diberikan.
b.        Standar II-IV (Teori)
Pengumpulan data dan diagnosis kerangka kerja bermanfaat untuk pengkajian ,intervensi,dan evaluasi berdasarkan pada konsep teori dari keperawatan,kesehatan masyaraka,fisik,sosial dan ilmu prilaku. Perawatan pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab untuk mengkaji klien dan kluarga pada sat kunjungan rumah pertama kali dan kunjungan teratur brikutnya. Informasi ynga diprileh dari klien dan keluarga di  tetapkan menjadi data dasar yang terdiri dari data objektif dan subjektif. Sebagai contoh:
1)        Data  subjektif : meliputi informasi klien,keluarga,dokter dan perawat dalam bentuk komuniksai verbal.informasi diperoleh melalui pertanyaan langsung untuk me\lengkapi data dasar guna mendirikan diagnosis keperawatan yang akurat meliputi:
a)         Diagnosis
b)        Status kesehatan
c)         Riwayat keluarga
d)        Tinjauan terhadap riwayat kesehatan dan penyakit yang terkait dengan system kardiopaskuler, paru - paru, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin, neurologi dan integumen
e)         Kondisi sosial ekonomi,meliputi: sumber pengahasilan,besarnya penghasilan,agama,sistem pendukung,keamanan lingkungan dan ketergantungan terhadap pekerjaan.
f)         Pola hidup sehari-hari yang mencakup diet,pola makan,eliminasi,istirahat dan tidur,latihan,aktivitas,rekreasi dan kebersihan.
2)        Data objektif: diperoleh dari tijaun seluruh sistem tubuh melalui pengkajian /pemeriksaan fisik secara terampil dari kepala hingga kaki.dari data lain yang tercatan pada format diklinik pelayanan rumah,diidentifikasi dan dikembangkan menjadi diagnosis keperawatan. Pada tahap pengkajian parawt pelayanan kesehatan rumah menentukan profesi lain yangg dibutuhkan klien seperti ahli terapi okupasi,ahli terapi wicara,pekerja sosial,dibidangkesehatan.ahli gizi keluargaharus  dilibatkan dalam secaraa keseluruhan dalam proses keperawatan.
c.         Standar   V (Perencanaan)
Rencana keperawatan dikembangkan menjadi tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan berfokus pada unsure-unsur promosi dan pemeliharaan kesehatan, pemulihan dan pencegahan terjadinya komplikasi.
d.        Standar VI (pelaksanaan / intervensi)
Implementasi rencana dilakukan dalam tiga fase : sebelum, selama dan sesudah kunjungan rumah., bertanggung pada keperluan perawat pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab membantu klien kembali ketingkat fungsi optimal dan kesehatannya dan menjamin klien dan keluarga terlibat. Dan partisipasi dalam pelayanan kesehatan rumah, penyuluhan, pengawasan terhadap obat-obat dan diet  dan evaluasi terhadap Pengaturan klien dengan diabetes.
e.         Standar VII (evaluasi)
Secara bersama-sama klien , keluarga dan perawat pelayanan kesehatan rumah melakukan penilaian terhadap status klien dan kemajuan yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Karena pada kunjungan rumah yang pertama perawat telah menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang harus dicapai.
f.         Standar VIII ( keperawatan Berkelanjutan)
Perawat bertanggung jawab  untuk menyediakan system keperawatan yang menyediakansuatu transisi  secara bertahap bag kliendan keluarga, dari rumah sakit kerumah.hal ini dilakukan melalui  koordinasi dengan sumber daya lainyang ada dimasyarakat sesuai dengan kebutuhan klien.
g.        Standar IX (kerja sama antar di-siplin)
Kerja sama antara disiplin pada area pelayanan kesehatan rumah cukup penting karena banyak anggota yang terlihat dalam tim pelayanan kesehatan rumah.agar kerja tim antar disiplin  ini sukses maka mereka harus bersama-sama merencanakan, menerapkan dan melakukan  evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan.
h.        Standar  X (pengembangan Profesional)
Perawatan kesehatan masyarakat selalu aktif berusaha (mengambil bagian) dalam menjamin pelayanan yang berkualitas melalui evaluasi terhadap kelompok, evaluasi diri sendiri yang merupakan bagian dari tim keehatan.
Perawat pelayanan kesehatan dirumah diberi kesempatan untuk meningkatkan pendidikan formal maupun kegiatan ilniah lainnya. Pengembangan professional adalah suatu area pentiing karena pelayanan kesehatan rumah sedang berkembang dengan pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam masalah sosisl dan ebutuhan peleyanan kesehatan dirumah.
i.          Standar XI (Riset)
Perawat pelayana kesehatanrumah berpartisifasi daalam berbagai kesempatan dalam melakukan riset,walau belum pernah mempunyai pengalaman riset keperawatan terutama dalam riset keperawatan komunitas.namun jika sumberdaya  dan faktor pendukung dalam penelitian tersebut memadai ,perawat kesehatan rumah dapat dilibatkan.
j.          Standar XII (Etika)
Kode etik yang disun oleh American Nurses Assosiasion bagi perawat guna membuat pertimbangaan etis dalam haal bertindak sebagai advokat kilen,melakukan promosi kesehatan,memberikan informed consent dan melakukan kontrak pertama untuk melihat sumberdaya yang ada dimasyarakat.dilema dan komflik diselesaikan melalui suatu mekanisme yang di rancang dan disepakati. Untu kmencapai tujuan tersebut perawat bertanggung jawab untuk membina hubungan saling percaya dengan keluarga dalam meyakinkan bahwa rumah adalah tempat yang sesuai untuk pemberian pelayanan kesehatan.
7.         Pendekatan Interdisiplin Dalam Pelayanan Kesehatan Rumah
Kerja sama antar disiplin di perlukan dalam pelayanan kesehatan rumah. Tanpa kerja sama yang efektif  tidak akan terjadi pelayana yang berkesinambungan, sehingga akan terjadi kebingungan dan salah pengertian pada klien dan keluarga. Proses kolaborasi di mulai dari rumah sakit dengan rrencana pulang, perawat di rumah sakit yang mengidentifikasi akan kebutuhan klien untuk pelayanan kesehatan rumah yang merencanakan bersama dengan dokter untuk membuat program di rumah nanti.
Rencana pulang (Discharge planning) yang telah di buat, kemudian di kordinasikan dengan pelayanan kesehatan rumah dan secara khusus di minta untuk memberikan pelayanan sesuai dengan permintaan dari dokter. Jika personal yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan rumah terdiri atas bebwrapa disiplin maka di rektur dari agen yang memberikan pelayanan kesehatan rumah tersebut harus maelakukan pengawasan dari proses kolaborasi.
Dalam pelayanan kesehatan rumah para anggota profesional stress karena perubahan peran dan tumpang tindi  tanggung jawab. Oleh karena itu, setiap anggota profesi secara hati- hati menganalisis peranannya untuk menghingdari kerangcungan maupun kebingungan dalam memberikan pelayanan kesehatan rumah pada klien sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan. Yang bertanggung jawab terhadap klien adalah dokter yang merawat sebelumnya, harus menjamin pengobatan untuk klien.
Dalam pelaksanaannya, tiap anggota profesional yang bekerja di pelayanan kesehatan rumah melakukan evaluasi ulang terhadap status kesehatan klien dan melaporkannya kepada dokter pengelolah kemudian di modifikasi rencana pengobatan klien tersebut. Pelayanan telah di berikan, memerlukan pendokumentasian. Hal ini selain untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah di lakukan dalam menjamin kesinambungan, sebagai bukti suksesnya kerja sama antar disiplin. Peran dan fungsi profesi antar disiplin bergantung beberapa faktor, faktor tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan karakteristik masing-masingv anggota tim harus kompeten sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di bidang mereka.
Pada umumnya tenaga kesehatan yang terlibat pelayanan kesehatan rumah adalah dokter. Ahli fisioterapi, ahli okupasi, ahli terapi wicara.
a.         Dokter
Klien sebaiknya berada di bawah pengawasan dokter langsung. Perawat yang menjalankan rencana program di rumah memerlukan persetujuan dokter yang merawat klien sebelumnya. Rencana ini harus dievaluasi sedikitnya setiap 62 hari (kurang lebih 2 bulan) atau jika kondisi klien berubah, maka waktu kunjung akan ditinjau kembali.
Rencana keperawatan yang dibuat meliputi diagnosis, status kejiwaan, jenis pelayanan dan peralatan yang dibutuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis, aktivitas yang boleh dilakukan, kebutuhan gizi, pengobatan dan perawatan, unsur – unsur keselamatan untuk melindungi klien terhadap terhadap seluruh pelaksanaan rencana program di rumah (NAHC, 1994).
Dokter komunitas juga memberikan konsultasi kepada agen pelayanan kesehatan rumah baik mengenai prosedur maupun kebijakan, merencanakan dan menjelaskan tentang manfaat pelayanan kesehatan rumah kepada masyarakat.
b.        Ahli fisioterapi
Tenaga ahli fisioterapi yang bekerja di pelayanan kesehatan rumah adalah lulusan S1 dn S2 (Master). Sebagaimana halnya perawat, ahli fisioterapi dapat bekerja secara langsung maupun tidak langsung. Pelayanan langsung yang diberikan meliputi memperkuat otot – otot, memulihkan pergerakan kontrol kekuatan otot, latihan beban (gaya) disertai latihan aktif dan pasif. Cara perawatan yang digunakan meliputi stimulasi saraf permukaan secara elektris (TENS), panas, air, cahaya ultrasuara, drainase postural dan latihan penguatan paru – paru. Ahli fisioterapi bertanggung jawab untuk mengajar klien dan keluarga cara – cara perawatan mandiri.
Aktivitas tidak langsung dari ahli fisioterapi disepakati dengan asisten (lulusan Diploma III) untuk melakukan tindakan latihan sesuai kondisi klien di bawah pengawasan ahli fisioterapi lulusan S1 atau master.
c.         Ahli terapi okupasi
Ahli terapi okupasi membantu klien untuk mencapai tingkat optimal agar dapat berfungsi, dengan jalan mengajar mereka untuk mengembangkan dan memelihara kemampuan yang ada guna melakukan aktivitas sehari – hari di rumah. Tenaga ahli terapi okupasi dengan tingkat pendidikan sarjana bekerja melatih klien, mengevaluasi tingkat kemampuan otot, mengajarkan kegiatan mandiri, memodofikasi alat – alat yang digunaka untuk disesuaikan sehingga klien dapat beradaptasi dengan kondisinya.
d.        Ahli terapi Wicara
Tenaga ahli terapi wicara, di amerika serikat merupakan lulusan dari Asosiasi Bahasa dan Pendengaran. Ahli terapi wicara bekerja membantu anggota masyarakat yang bermasalah yang berkaitan dengan suara, bahasa dan pendengaran. Kebanyakan klien mendapat latihan langsung dari ahli terapi wicara yang diawali dengan evaluasi suara dam kemampuan bahasa. Rencana spesifik yang diajarkan kepada klien dan keluarga untuk mengembangkan kemampuan bahasa ahli terapi wicara dapat mengajarkan perawat maupun keluarga klien tentang bagaimana cara mendorong mengembangkan metode komunikasi yang teraik bagi klien.
e.         Pekerja sosial
Pekerja sosial di pelayanan kesehatan rumah adalah tenaga yang berijazah sarjana dan minimal memiliki satu tahun pengalaman dalam bidangnya. Tenaga ini bekerja membantu keluarga berkaitan dengan masalah – masalah sosial, emosional, dan faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan mereka. Pekerja sosial membatu klien secara langsung atau merujuk klien ke sumber daya yang sesuai.
Masalah yang sering dialami klien, pembayaran, pengadaan alat maupun intervensi krisis yang sesuai dengan kondisi klien setelah kembali dari rumah sakit.
f.         Pembantu kesehatan rumah/ibu rumah tangga
Sejak dimulainya pelayanan kesehatan rumah, tenaga pembantu kesehatan rumah merupakan bagian dari tim pelayanan kesehatan rumah. Tenaga ini diawasi langsung oleh perawat pelayanan kesehatan rumah atau tenaga profesi lain seperti ahli terapi wicara.
Peran pembantu kesehatan rumah adalah membantu klien untuk meningkatkan kemandirian secara bertahap terutama dalam higiene personal, membersihkan ruangan atau ketrampilan lain yang dapat dilakukan di rumah. Mereka harus memiliki sertifkat yang diperoleh melalui pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman tentang pelayanan kesehatan rumah. Dalam melaksanakan tugasnya mengacu pada rencana pelayanan yang telah ditetapkan oleh perawat atau profesi lain secara bersama – sama. Pengawasan dilakukan tiap dua minggu terutama untuk tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan khusus, pengawasan yang dillakukan setiap 60 hari terhadap asisten ahli fisioterapi dan lain  - lain.
Klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk dirawat di tempat tinggal mereka atau tidak. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak untuk dirawat di ru mah, dilakukan pengkajian oelh manajer kasus yang merupakan staf dari Agensi pelayanan kesehatan rumah ke tempat tinggal rumahnya. Bersama – sama klien dan keluarganya, akan melakukan perencanaan dan membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa saja yang aka diterima oleh klien. Kesepakatan tersebut juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan dan sistem pembayaran serta jangka waktu pelayanan.
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan kesehatan rumah baik dari pelaksana yang dikontrak atau pelaksana pelayanan yang direkrut oleh pengelola pelayanan kesehatan rumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh manajer kasus, setiap tindakan yang diberikan kepada pasien oleh semua kategori tenaga pelaksana pelayanan, harus diketahui oleh manajer kasus. Secara periodik manajer kasus melakukan pemantauan dan evaluasi tentang pelayanan yang diberikan dan dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan atau belum.

E.       Rangkuman
Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep baru dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool, England dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan memberikan pengobatan kepada klien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan  di masyarakat (Smith & Maurer, 2000). Kunjungan rumah juga dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko penyakit infeksi masyarakat, serta mencegah terjadinya kekambuhan penyakit, seperti: perawatan nifas pada ibu paska melahirkan, perawatan anak diare, pemantauan klien dengan Tuberculosis, hipertensi, kardiovaskuler, penyuluhan kesehatan klien dengan berbagai penyakit, dll (Stanhope & Lancaster, 2001).
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi ini, berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini. Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pealayanan kesehatan juga semakin meningkat dan berubah dari konsep perawatan  dan pengobatan di rumah sakit/klinik menjdai kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Di samping itu perawatan di rumah menjadi alternative bagi keluarga dengan usila (usia lanjut) yang cenderung mengalami penyakit dengan kondisi kronik , yang membutuhkan perawatan dan pengobatan jangka panjang. Hali ini tentu sangat memberikan keuntungan bagi klien dan keluarganya, bila mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan klien dan keluarga lebih intens dan interaksi lebih bebas bila berada di rumah sendiri, dan pembiayaan terapi perawatan di rumah yang relative lebih murah dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit sehingga di rumah lebih cost effective.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar