PERAWATAN KASUS GANGGUAN KESEHATAN KELUARGA DAN MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS
DI RUMAH
A.
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-10
ini, Anda diharapkan akan mampu memahami perawatan kasus gangguan kesehatan keluarga dan masalah
kesehatan komunitas di rumah.
B.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai
mempelajari materi
pembelajaran ini, Anda diharapkan akan
dapat :
1.
Menjelaskan Perkembangan Pelayan Kesehatan
Rumah
2.
Menjelaskan Sasaran atau klien dari keperawatan
kesehatan komunitas
3.
Menjelaskan Karakteristik pelayanan kesehatan
rumah antara lain
4.
Menjelaskan Hubungan Perawat – Klien Dengan
Keluarga
5.
Menjelaskan Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan
Rumah
6.
Menjelaskan Standar Praktik Pelayanan Kesehatan
Rumah
7.
Menjelaskan Pendekatan Interdisiplin Dalam
Pelayanan Kesehatan Rumah
C.
Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan
belajar-10 ini adalah:
1.
Perkembangan Pelayan Kesehatan Rumah
2.
Sasaran atau klien dari keperawatan kesehatan komunitas
3.
Karakteristik pelayanan kesehatan rumah antara lain
4.
Hubungan Perawat – Klien Dengan Keluarga
5.
Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah
6.
Standar Praktik Pelayanan Kesehatan Rumah
7.
Pendekatan Interdisiplin Dalam Pelayanan
Kesehatan Rumah
D.
Uraian Materi
Pembelajaran
Menurut ANA
(1992) pelayanan kesehatan rumah adalah perpaduan perawat kesehatan masyarakat
dan ketrampilan tekhnis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari
kumpulan perawat komunitas, seperti perawat gerontologi, perawat psikiatri,
perawat ibu dan anak, perawat kesehatan masyarakat, dan perawat medikal –
bedah.
Pelayanan
keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tersier yang
berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerja sama dengan keluarga dan
tim kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan rumah adalah sebuah spektrum
kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah
untuk memulihkan ketidak mampuan dan membantu klien menyembuhkan yang menderita
penyakit kronik (NAHC, 1994).
Dari beberapa
definisi di atas komponen utama pada pelayanan kesehatan rumah adala klien,
keluarga, pemberi pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional
(multidisiplin), direncanakan, dikoordinasikan bertujuan membantu klien kembali
ketingkat kesehatan optimum dan mandiri yang dilaksanakan di rumah beradasarkan
kontrak dan merupakan kelanjutan dari pelayanan keperawatan pada tiap tingkat
fasilitas pelayanan kesehatan.
1.
Perkembangan Pelayan Kesehatan Rumah
Bentuk
pelayanan kesehatan masyarakat yang populer dan banyak dikenal masarakat adalah
pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Karena berbagai pertimbangan terpaksa
perawatan dilakukan di rumah. Faktor – faktor yang mendorong perkembanagan
kesehatan rumah adalah:
a.
Kasus – kasus penyakit terminal dianggap tidak
efisien lagi jika dirawat di institusi pelayanan kesehatan, misal klien
mengidap penyakit keganasan (kanker) stadium akhir.
b.
Keterbatasan masyarakat untuk membiayai kasus
penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan relatif lama, misal klien pasca
– stroke yang mengalami kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi dalam
jangka waktu yang cukup lama.
c.
Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada
profit, dengan asumsi bahwa perawatan klien yang lama (> 1 minggu) tinggal
di rumah sakit tidak menguntungkan.
d.
Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih
nyaman bagi sebagian besar klien jika dibandingkan dengan perawatan di rumah
sakit, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.
e.
Pelayanan kesehatan rumah bertujuan:
1)
Meningkatkan kemandirian klien dalam pencegahan
komplikasi penyakit kronik membantu mengurangi efek penyakit dan ketidakmampuan
akibat penyakit.
2)
Biaya kesehatan akan lebih terkendali,
kesinambungan pelayanan yang diberikan akan mencegah terjadinya komplikasi.
3)
Mutu pelayanan akan lebih meningkat, peran
serta keluarga dalam memberikan pelayanan akan memberikan kesempatan kepada
perawat melakukan suatu penelitian pada aspek –aspek yang membutuhkan
pengembangan.
Menurut
Suharyati, (2004) program home care mempunyai dampak yang menguntungkan baik
bagi klien dan keluarganya maupun bagi tenaga yang terlibat dalam pelayanan
home care. Bagi klien dan keluarga dapat membantu secara efisien dalam
mengurangi beben biaya rawat inap
dirumah sakit yang makin mahal dan semakin tidak terjangkau, disamping pula
meningkat kemandiri keluarga dalam perawatan klien dirumah. Sedangkan bagi para
petugas yang terlibat terutama dalam pelayanan langsung dirumah klien program
ini dapat memberikan variasi lingkungan kerja dan mampu menambah pengasilan
bagi para perawat yang bekerja dirumah sakit.
Karakteristik
home care adalah memprioritaskan preventif dan promotif tanpa mengabaikan
kuratif dan rehabilitative, cara pelayanan tidak terkotak-kotak, terpadu dan
berkesinambungan serta pendekatan pelayanan secara menyeluruh, sedangkan
manfaat yang dapat diambil dari pelayanan home care adalah terpernuhinya
kebutuhan dan tuntutan keperawatan dan kesehatan, biaya kesehatan akan lebih
terkendali, mutu pelayanan akan lebih meningkat dan keluarga akan lebih
terlibat secara aktif.
Strategi
penggelolaan home care. Untuk mengelola home care dibutuhkan komitmen dari
berbagai pihak yang terkait baik dari
penggelola, rumah sakit maupun dari para pemberi pelayanan. Karena dalam
pelaksanaannyahome care tidak lepas dari berbagai masalah diantaranya adalah
image masyarakat masih berorientasi pada medis, praktek mandiri belum
tersosialisasi.
Menurut Ficks.
W.J (1993) ada beberapa kendala atau hambatan dalam mencapai sukses dalam
pengelolaan HHC (Home Health Cere) yaitu dilihat dari aspek internal dan aspek
eksternal. Hubungan dari aspek internal terdiri dari product
lifecycle,wage and benefits,administrivia,
dan hospital large-scale mind set. Sedangkan hambatan eksternal menyangkut
system pembayaran yang tidak ancer, meliputi : reimbusment changes, propective payment dan case management yang
tidak hati-hati. Untuk menanggulangi hambatan faktor internal dan eksternal HHC
menurut Lerman and Linne, (1993) diarahkan pada :
a.
Menetapkan strategi MIA (Mission, Innovation,
and Autonomy) untuk mengatasi hambatan internal.
1)
M =
Mission, Antara agen / unit home cere dan rumah sakit harus saling bersinergi dan
mempunyai kesamaan pandangan dalam hal: Meningkatkan kunjungan klien, dimana
bersama-sama berusaha secara aktif dan
proaktif, sehingga akan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan dalam pelayanan program HHc sehingga akan berdampak
pada peningkatan kunjungan kerumah sakit (klien Rawat jalan), penghematan biaya
: HHC didesain untuk memaksimalkan penghematan biaya rumah sakit dengan
menurunkan Length of stay (LOS)
2)
I = Innovation, Agensi atau hospitalisasi –
Bassed Home Care harus dapat mendorong menciptakan inovasi – inovasi terbaru
berkaitan dengan pemasaran dan pelayanan. Dalam konteks ini rumah sakit harus
mendukung kegiatan HHC tersebut dengan memberikan reward yang positif dan
memedai. Ada dua prinsip yang harus dipegang untuk mengembangkan hal tersebut,
yaitu : Jika rumah sakit memiliki program inovasi yang dapat diimplementasikan tanpa mengganggu
operasional HHC, maka sebaiknya unit HHC mengadaptasi program RS tersebut. Dan sebaliknya jika agensi atau unit HHc
memiliki proses dan system inovasi sendiri dan tidak mengganggu system RS, maka
RS sebaiknya mengadaptasi system HHC
tersebut.
3)
A =
Autonomy, Karena dalam mengembangkan program HHC mengandung unsure bisnis
(profit oriented), maka sebaiknya penggelolaan
HHC diberi otonomi dalam mengembangkan teknik-teknik euntrepreneurship
(kewirausahaan), oleh karena itu sebaiknya yang menjadi admistratur HHC adalah
seorang euntrepreuneur. Dengn demikian akan mampu meningkatkan penampilan HHC
yang professional.
b.
Untuk mengatasi hambatan eksternal, direkomendasikan
4 hal yang perlu diperhatikan :
1)
Administrator
harus memastikan semua informasi
yang dibutuhkan oleh staff dan tersedia dengan lengkap, meliputi akunting,
laporan pelayanan, dan monitor produktiftas pelayanan.
2)
Untuk meningkatkan efisiensi operasional HHC,
maka penggelola HHC harus mampu mengembangkan system pembiayaan yang efektif
dan efisien ( dihitung berdasarkan unit cost/ kunjungan).
3)
Program HHC harus mampu menciptakan system
referral (rujukan) sebagai upaya mengembangkan net working yang mendukung
peningkatan kinjungan ke HHC.
4)
Kunci sukses yang paling penting adalah
menciptakan serive atau pelayanan yang
berorientasi pada costume / pelanggan. Oleh karena orientasi kalkulasi bisnis
harus berubah dan keuntungan (profit) = Rev-enue-biaya (cost) menjadi long term
profit ( dari customer yang puas)-biaya= profil plus.
Secara umum
jenis pelayanan yang dapat diberikan dalam pelayanan kesehatan rumah dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
b.
Pelayanan rehabilitasi
c.
Pelayanan informasi dan rujukan
d.
Pelayanan sosial dan upaya menciptakan
lingkungan terapeutik
e.
Pendidikan dan latihan
f.
Higiene dan sanitasi perorangan serta
lingkungan
g.
Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
Langkah –
langkah Home Care menurut Smith (1995) ada empat aktifitas atau fase dalam
melaksanakan keperawatan dirumah, yaitu:
a.
Fase Permulaan
Perawatan merupakan kasus – kasus yang perlu
ditidak lanjuti dirumah, melelui seleksi kasus dipuskesmas sesuai dengan
prioritas. Kemudian menetapkan jadual kunjungan, kontrak waktu kunjungan dengan
membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu kunjungan dan kehadiran
anggota keluarga pengambilan keputusan. Selama fase ini pula perawat dan
keluarga berusaha untuk saling mengenal dan mengetahui bagaimana keluarga menangapi
suatu masalah kesehatan. Selain itu juga perawat menyiapkan perlengkapan
lapangan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kunjungan seperti mempelajari
riwayat penyakit klien (individu atau anggota keluarga) dari rekan kesehatan
anggota keluarga (family folder) dipuskesmas dan pencatatan lain (unit
pelayanan kesehatan) yang ada kaitannya
dengan klien tersebut, membuat catatan singkat tentang masalah klien dan
keluarga tersebut.
b.
Fase implementasi
Fase ini perawat melakukan pengkajian dan
perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga.
Lakukan intervensi sesuai rencana, eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi
keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan
pendidikannya dan sediakan pula informasi tertulis.
c.
Fase terminasi
Perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan
berdasarkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama keluarga.
Menyususn rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang
ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga. Tinggal nama dan
alamat perawat serta nomor telpon yang bisa dihubungan oleh keluarga.
d.
Aktivitas post visit
Fase terakhir adalah pendokumentasian, dimana
perawat melakukan pencatatan secara lengkap tentang hasil kunjungan untuk
disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.
2.
Sasaran atau klien dari keperawatan kesehatan
komunitas
a.
Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi
buruk, ibu hamil resiko tinggi, lansia, penderita penyakit menular
(tuberkulosis paru, kusta, malaria, demam berdarah, diare dan ISPA atau
pneumonia) serta penderita penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus dan
stroke.
b.
Keluarga
Keluarga yang menjadi sasaran prioritas adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau resiko tinggi (high risk group) dengan prioritas sebagai berikut:
Keluarga yang menjadi sasaran prioritas adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau resiko tinggi (high risk group) dengan prioritas sebagai berikut:
1)
Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan
sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai
kartu sehat.
2)
Keluarga miskin yang sudah memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan serta mempunyai masalah kesehatan yang ada hubungannya
dengan tumbuh kembang balita, kesehatan reproduksi, dan penyakit menular.
3)
Keluarga yang tidak termasuk miskin, tidak
mempunyai masalah kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan
c.
Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat
khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan, baik yang terikat
dalam suatu institusi maupun tidak. Contoh kelompok masyarakat khusus yang
terikat dalam suatu institusi misalnya warga sekolah, pesantren, panti asuhan,
panti wreda, rutan dan lapas. Sedangkan kelompok masyarakat khusus yang tidak
terikat dalam institusi khusus misalnya posyandu, kelompok balita, ibu hamil,
lansia, penderita penyakit tertentu dan pekerja informal.
d.
Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang
rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan, seperti:
1)
Masyarakat di suatu wilayah yang (1) jumlah
bayi meninggal lebih tinggi dari wilayah lain, (2) jumlah penderita penyakit
tertentu lebih tinggi dari wilayah lain, (3) cakupan pelayanan kesehatan lebih
rendah dari wilayah lain.
2)
Masyarakat di daerah endemis penyakit menular
3)
Masyarakat di lokasi atau barak pengungsian
akibat bencana alam atau akibat lainnya
4)
Masyarakat di tempat yang kondisi geografisnya
sulit (daerah terpencil)
5)
Masyarakat di daerah pemukiman baru yang sulit
dijangkau transportasi, misalnya di daerah transmigrasi.
3.
Karakteristik pelayanan kesehatan rumah
a.
Pelayanan kesehatan rumah memiliki
karakteristik sebagai bentuk pelayanan kesehatan promotif dan preventif yang
menjadi prioritas utama dengan tidak mengabaikan upaya pengobatan, pencegahan
kecacatan yang dilakukan dalam bentuk kegiatan komunikasi, informasi dan
edukasi.
b.
Tatacara pelayanan tidak diselenggarakan secara
terpisah – pisah, namun dilkukan secara terpadu (interdisiplin) dalam rangka
memenuhi kebutuhan klien.
c.
Pendekatan penyelenggaraan pelayanan secara
menyeluruh.
Agen adalah
pengelola yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan pelayanan
kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan serta mekanisme
pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejak awal berdirinya pelayanan
kesehatan rumah, banyak organisasi yang telah membuat program pelayanan
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan klien.
Berdasarkan
pada administrasi dan struktur organisasi, agen kesehatan rumah dibagi dalam
lima jenis yaitu:
a.
Agen pemerintahan
b.
Agen voluntir/sukarela
c.
Agen kombinasi
d.
Agen rumah sakit
e.
Agen proprietary/swasta
Tiap tipe
berbeda satu dengan yang lain baik dari segi administrasi maupun struktur
organisasi, namun sama dalam kaitan dengan standar yang harus dipenuhi seperti
lisensi (izin), sertifikasi dan akreditasi.
a.
Agen pemerintahan
Baik perawat
maupun profesi lain yang bekerja dibayar oleh pemerintah daerah maupun pemerntah
pusat (departemen kesehatan). Sumber pembiayaan dengan menggunakan dana pajak,
tidak mencari keuntungan. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya melakukan
pelayanan kesehatan rumah secara umum tetapi juga terlibat dalam pelayanan
kesehatan pencegahan seperti program imunisasi, klinik anak sehat dan
pendidikan kesehatan.
b.
Agen sukarela
Tim pelayanan
kesehatan yang bekerja secara sukarela tidak memperoleh bayaran dari klien yang
dilayani. Namun kadang – kadang dibantu oleh charity (donatur). Jasa yang mereka
terima tergantung dari jenis pelayanan yang diberikan mencakup program
rehabilitasi, jenis pelayanan lain yang dilaksanakan apabila mereka bekerja di
agent pemerintahan.
c.
Agen kombinasi
Pada agen jenis
ini petugas merupakan gabungan antara agen pemerintah dan agen sukarelayang
memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat dengan penghasilan di bawah
standar. Pelayanan kesehatan yang diberikan dengan memperhatikan peran seperti
halnya mereka bekerja dengan agen pemerintah.
d.
Agen berbasis rumah sakit
Agen ini
berbeda dan jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan agen pelayanan
kesehatan rumah lainnya. Dewan Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab dan
mengatur pelayanan kepada klien ini. Lebih dari itu klien yang dirawat di Rumah
Sakit telah mempunyai akses ke petugas kesehatan di rumah sakit tersebut apakah
agen pemerintah, voluntir, swasta maupun kombinasi, tergantung dari struktur
rumah sakit terkai.
Kegiatan ini
merupakan salah satu sumber pendapatan bagi rumah sakit, sehigga mereka akan
lebih berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan dan siap bersaing
dengan agen lain yang berbasis komunitas.
e.
Agen swasta
Pendirian agen
jenis ini atas perolehan izin dari pemerintah. Untuk melakukan kegiatan
pelayanan kesehatan rumah mereka harus memiliki lisensi, sertifikat dan
akreditasi. Pemilikan usaha ini bertanggung jawab kepada pemerintah menerima
pembayaran dari pihak ketiga dan klien sebagai individu, jika tidak menjadi
peserta asuransi. Pelayanan yang diberikan harus sesuai standar, tidak hanya
mementingkan unsur keuntungan.
Jika klien
memiliki bukti – bukti pelayanan di bawah standar, klien dapat mengajukan
klaim/komplain. Munculnya berbagai jenis agen yang menyediakan pelayanan
kesehatan rumah di masyarakat dengan perhatian utama ditujukan kepada pelayanan
yang berkwalitas, hal ini merupakan suatu isu emosional terutama orang – orang
yang bekerja pada agen yang bersangkutan. Agar pelayanan yang mereka berikan
tetap berkwalitas, maka pemerintah melakukan pengaturan yang merangsang proses
kompetisi secara sehat, di antara aen yang ada sehingga dapat mengembangkan dan
memelihara program pelayanan kesehatan yang mereka janjikan.
Aspek lain yang
menjadi perhatian pemerintah adalah biaya yang terjangkau oelh individu dan
keluarga. Manajemen dan penampilan di samping administrasi yang rapi merupakan
ukuran lain pada aspek penilaian.
4.
Hubungan Perawat – Klien Dengan Keluarga
Perawat – perawat yang berkunjung ke rumah
memiliki perhatian terhadap seluruh masalah kesehatan yang teridentifikasi dari
keluarga tertentu atau sekelompok keluarga. Perawat tersebut memiliki kemapuan
klinik yang general dan dapat bekerja dengan klien dari seluruh kelompok usia.
Prinsip hubungan perawat – klien dengan
keluarga :
a.
Focus intervensi perawat adalah keluarga
b.
Intervensi yang diberikan dapat berfokus pada
seluruh kebutuhan kesehatan dan meliputi tiga level pencegahan.
c.
Keluarga tetap memiliki otonomi untuk mengambil
keputusan terhadap kesehatan.
d.
Perawat adalah tamu di rumah keluarga
Fase hubungan perawat-klien dengan keluarga
a.
Fase premisiasi atau persiapan
Pada fase pertama, perawat mendapat data
tentang keluarga yang akan di kunjungi dari puskesmas atau ibu kader,perawat
perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Baik perawat
yang sudah berpengalaman fase ini di perpendek jangka waktunya. Sangat penting
untuk dilakukan fase ini adalah kontrak waktu kunjungan dengan keluarga.
b.
Fase inisiasi atau perkenalan
Fase ini mungkin memerlukan berapa kali
kunjungan Selama fase ini, perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal
dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan.
c.
Fase implementasi
Pada fase ini, kerja perawat melakukan
pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki
keluarga bersama-sama dengan keluarga. Lakukan intervensi sesuai perencanaan.
Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya.
Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan tingkat pendidikan dan sediakan pula
informasi tertulis.
d.
Fase terminasi
Difase ini, perawat membuat kesimpulan hasi
kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.
Menyusun rencana tindak lanjut terhada masalah kesehatan yang sedang ditangani
dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga penting dilakukan fase terminasi.
Tinggalkan nama dan nomor telpon.
e.
Fase paska kunjungan
Fase terakhir ini sering terabaikan. Difase ini
hendaknya membuat dokumentasi lengkap tentang hasil kunjunagan untuk di simpan
di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.
5.
Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah
Perawat pelayanan kesehatan, terlibat dalam
perawtan langsung dan perawatan tidak langsung. Dalam melaksakan tugasnya,
perawat pelayanan kesehatan rumah menjalankan beberapa macam peran.
a.
Perawatan Langsung
Perawatan yang diberikan mengacu pada aspek
fisik yang nyata yang diperoleh melalui intraksi perawat – klien. Kegiatan pelayanan secara langsung
yang diberiakan pada klien meliputi pengkajian fisik klien, mengganti balutan
luka, memberikan injeksi, memasang kateter dan atau memberi injeksi ntravena.
Selain itu perawat memberiakn pendidikan kesehatan pada klien dan anggota
kluarga yang memberikan pelayanan kesehatan ( Caregiver), tentang cara cara
melakukan prosedur tertentu.
Perawat dapat membantu klien dan keluatga
mengembangkan sikap yang positif. Kemampuan dan kecakapan tehnis harus
diperhatikan oleh perawat pelayanan kesehatan rumah sehinga dapat menerima
pembayaran jasa yang telah diberikan oleh pihak ke III. Untuk menentukan
tindakan apa saja yang telah dilakukakan leh perawat maka berikut ini terdapat
beberapa hal yang harus dicatat secara ade kuat yaitu :
a.
Apakah pelayan kompleks, diberiakan oleh
perawat yang terekistrasi (RN)
b.
Apakah yang dapat dilakukan perawat yang
terampil sesuai dengan kondisi klien
c.
Dapatkan pelayanan yang diberikan dilakukan
oleh seseorang yang bukan petugas kesehatan
d.
Apakah instruksi yang diberikan dalam merawat
klien melipuyi pengetahuan, instruksi (perawatan) dilakukan oeh seorang perawat
RN
Guna menjawab pertayaan tersebut, perawat
pelayanan kesehatan rumah harus memiliki dasar pengetahuan yang cukup untuk
mengetahui dan menafsirkan / menginterprestasikan kata keterampilan. Klien dan
keluarga mempunyai penafsiran terhadap pelayan yang diberikan data subyektif
atau obyektif. Beberapa contoh dari pelayanan kesehatan berikut ini, akan
membantuk petugas keperawatan untuk menyakinkan mereka tentang objektifitas
pelayanan yang diberikan.
a.
Obsevasi dan evaluasi keadaan fisik dan
emosional.
b.
Meyediakan perawatan langsng seperti aturan dalam
keperawatan, latihan rehabilitasi, pemasangan kateter, irigasi kolostomi dan
petawatan luka
c.
Membantu klien dan keluarga megembangkan
prilaku positif dalam kesehatan
d.
Membantu klien dan keluarga untuk memberikan
pengobatan jika diperlukan
e.
Ajarkan klien dan keluarga untuk menjalakan
diet yang dianjurkan dokter, mempertimbangkan masalah budaya, keungan dan hal
yang terksit dengan privasi.
f.
Lapotkan kedokter jika muncul tanda dan gejala
yang berhubungan dengan status kesehatan klien dan kelanjutan pengobatan yang
sedang dijalani
g.
Membantu klien dan keluarga untuk
mengidentifikasi sumber daya yang akan membantu klien mencapa fungsi kesehatan
optimal.
b.
Perawatan Tidak Langsung
Perawatan tidak langsung dilakukan ketika klien
tidak mempunyai kontak langsung dengan perawat. Perawatan cenderung pada
perawatan tidak langsung lebih kearah kegiatan konsultasi. Perawat pelayanan
kesehatan rumah dihubungi oleh perawat
rumah sakit untuk melanjutkan kegiatan kegiatan yang telah dilakukan klien dan
keluarga misalnya dalam hal merawat ostomi.
Perawat
pelayanan kesehatan rumah berfungsi sebagai tenaga konsultan, nasehat yang diberikan tentang bagaimana cara mengatur klien dengan
masalah tertentu melalui kerja sama dengan anggota lain dalam tim. Pertemuan
tim secara berkala yang memberikan perawatan tidak langsung dipelayanan
kesehatan rumah dilakukan secara teratur. Ini merupahkan waktu yang ideal untuk
meni ngkatkan koordinasi dan kesinambungan pelayanan perawatan klien dan
menggunakan sumber daya secara optimal.
Pengawasan terhadap asisten atau pembantu
perawatan kesehatan rumah dilakukan secara tidak langsung, melalui evaluasi
yang dilakukan terhadap klien, dilakukan dua minggu sekali. Banyak tindakan
keperawatan yang dilakukan di rumah, mungkin tidak secara langsung kelihatan
oleh klien, tetapi dapat dinilai melalui kualitas pelayanan kesehatan rumah.
Sebagai perawatan klinis, pendidik, peneliti,
administrator dan konsultan dapat menerapkan ilmu dan pengalaman mereka sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki. Dikatakan sebagai pendidik karena mereka
mengajarkan klien dan keluarga bagaimana cara “melakukan sesuatu” dan
mengajarkan cara tahapan perawatan diri sendiri secara formal mereka mengajar
topik-topik pendidikan kesehatan kepada kelompok masyarakat. Peran peneliti dapat
diterapkan pada penelitian untuk meningkatkan asuhan keperawatan dimasa
medatang.
6.
Standar Praktik Pelayanan Kesehatan Rumah
Standar praktik merupakan salasatu prangkat
yang diperlukan oleh setiap tenaga profesinal. Standar praktik keperawatan
mengidentifikasi harapan minimal bagi para perawat profesional dalam memberikan
asuhan keperawataan yang aman efektif dan etis. Standar praktik pelayanan
kesehatan rumah yang dikembangkan oleh Amerikan Nurse Association(1986)yang
memperlihatkan hubungan proses keperawatan dengan standar praktik .
a.
Standar I (Organisasi)
Seluruh pelayanan rumah direncanakan,
diorganisir langsung oleh perawat profesional tingkat master yanag telah dipersiapkan untuk memberi
pelayanan kesehatan rumah dan mempunyai pengalaman baik secara organisasi
maupun diorganisasi kesehatan komunitas. Pimpinan dan perawat pelaksana bekerja
bersama-sama, untuk membuat rencana dan program yang sesuai dengan kebutuhan
dengan pelayanan komunitas.
Perawat administrator (pengelola) membuat
misi,filosofi,dan tujuan agen yang akan memutuskan jenis pelayana yang
dibutuhkan klien adan keluarganya di lingkungan mereka. Anggaran kebijakan
perorangan dan metoda evaluasi terhadap program dan personal ditetapkan.
Penetapan cara memantau program kendali mutu untuk memperbaiki dan meningkat
pelayanan yang diberikan.
b.
Standar II-IV (Teori)
Pengumpulan data dan diagnosis kerangka kerja
bermanfaat untuk pengkajian ,intervensi,dan evaluasi berdasarkan pada konsep
teori dari keperawatan,kesehatan masyaraka,fisik,sosial dan ilmu prilaku.
Perawatan pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab untuk mengkaji klien dan
kluarga pada sat kunjungan rumah pertama kali dan kunjungan teratur brikutnya.
Informasi ynga diprileh dari klien dan keluarga di tetapkan menjadi data dasar yang terdiri dari
data objektif dan subjektif. Sebagai contoh:
1)
Data
subjektif : meliputi informasi klien,keluarga,dokter dan perawat dalam
bentuk komuniksai verbal.informasi diperoleh melalui pertanyaan langsung untuk
me\lengkapi data dasar guna mendirikan diagnosis keperawatan yang akurat
meliputi:
a)
Diagnosis
b)
Status kesehatan
c)
Riwayat keluarga
d)
Tinjauan terhadap riwayat kesehatan dan
penyakit yang terkait dengan system kardiopaskuler, paru - paru,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin, neurologi dan
integumen
e)
Kondisi sosial ekonomi,meliputi: sumber
pengahasilan,besarnya penghasilan,agama,sistem pendukung,keamanan lingkungan
dan ketergantungan terhadap pekerjaan.
f)
Pola hidup sehari-hari yang mencakup diet,pola
makan,eliminasi,istirahat dan tidur,latihan,aktivitas,rekreasi dan kebersihan.
2)
Data objektif: diperoleh dari tijaun seluruh
sistem tubuh melalui pengkajian /pemeriksaan fisik secara terampil dari kepala
hingga kaki.dari data lain yang tercatan pada format diklinik pelayanan
rumah,diidentifikasi dan dikembangkan menjadi diagnosis keperawatan. Pada tahap
pengkajian parawt pelayanan kesehatan rumah menentukan profesi lain yangg
dibutuhkan klien seperti ahli terapi okupasi,ahli terapi wicara,pekerja
sosial,dibidangkesehatan.ahli gizi keluargaharus dilibatkan dalam secaraa keseluruhan dalam
proses keperawatan.
c.
Standar
V (Perencanaan)
Rencana keperawatan dikembangkan menjadi tujuan
jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan berfokus pada unsure-unsur promosi dan
pemeliharaan kesehatan, pemulihan dan pencegahan terjadinya komplikasi.
d.
Standar VI (pelaksanaan / intervensi)
Implementasi rencana dilakukan dalam tiga fase
: sebelum, selama dan sesudah kunjungan rumah., bertanggung pada keperluan
perawat pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab membantu klien kembali
ketingkat fungsi optimal dan kesehatannya dan menjamin klien dan keluarga
terlibat. Dan partisipasi dalam pelayanan kesehatan rumah, penyuluhan,
pengawasan terhadap obat-obat dan diet
dan evaluasi terhadap Pengaturan klien dengan diabetes.
e.
Standar VII (evaluasi)
Secara bersama-sama klien , keluarga dan
perawat pelayanan kesehatan rumah melakukan penilaian terhadap status klien dan
kemajuan yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Karena pada
kunjungan rumah yang pertama perawat telah menjelaskan kepada klien dan
keluarga tentang tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang harus
dicapai.
f.
Standar VIII ( keperawatan Berkelanjutan)
Perawat bertanggung jawab untuk menyediakan system keperawatan yang
menyediakansuatu transisi secara
bertahap bag kliendan keluarga, dari rumah sakit kerumah.hal ini dilakukan
melalui koordinasi dengan sumber daya
lainyang ada dimasyarakat sesuai dengan kebutuhan klien.
g.
Standar IX (kerja sama antar di-siplin)
Kerja sama antara disiplin pada area pelayanan
kesehatan rumah cukup penting karena banyak anggota yang terlihat dalam tim
pelayanan kesehatan rumah.agar kerja tim antar disiplin ini sukses maka mereka harus bersama-sama
merencanakan, menerapkan dan melakukan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan.
h.
Standar
X (pengembangan Profesional)
Perawatan kesehatan masyarakat selalu aktif
berusaha (mengambil bagian) dalam menjamin pelayanan yang berkualitas melalui
evaluasi terhadap kelompok, evaluasi diri sendiri yang merupakan bagian dari
tim keehatan.
Perawat pelayanan kesehatan dirumah diberi
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan formal maupun kegiatan ilniah lainnya.
Pengembangan professional adalah suatu area pentiing karena pelayanan kesehatan
rumah sedang berkembang dengan pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam masalah sosisl dan ebutuhan peleyanan kesehatan dirumah.
i.
Standar XI (Riset)
Perawat pelayana kesehatanrumah berpartisifasi
daalam berbagai kesempatan dalam melakukan riset,walau belum pernah mempunyai
pengalaman riset keperawatan terutama dalam riset keperawatan komunitas.namun
jika sumberdaya dan faktor pendukung
dalam penelitian tersebut memadai ,perawat kesehatan rumah dapat dilibatkan.
j.
Standar XII (Etika)
Kode etik yang disun oleh American Nurses Assosiasion
bagi perawat guna membuat pertimbangaan etis dalam haal bertindak sebagai
advokat kilen,melakukan promosi kesehatan,memberikan informed consent dan
melakukan kontrak pertama untuk melihat sumberdaya yang ada dimasyarakat.dilema
dan komflik diselesaikan melalui suatu mekanisme yang di rancang dan
disepakati. Untu kmencapai tujuan tersebut perawat bertanggung jawab untuk
membina hubungan saling percaya dengan keluarga dalam meyakinkan bahwa rumah
adalah tempat yang sesuai untuk pemberian pelayanan kesehatan.
7.
Pendekatan Interdisiplin Dalam Pelayanan
Kesehatan Rumah
Kerja sama antar disiplin di perlukan dalam
pelayanan kesehatan rumah. Tanpa kerja sama yang efektif tidak akan terjadi pelayana yang
berkesinambungan, sehingga akan terjadi kebingungan dan salah pengertian pada
klien dan keluarga. Proses kolaborasi di mulai dari rumah sakit dengan rrencana
pulang, perawat di rumah sakit yang mengidentifikasi akan kebutuhan klien untuk
pelayanan kesehatan rumah yang merencanakan bersama dengan dokter untuk membuat
program di rumah nanti.
Rencana pulang (Discharge planning) yang telah
di buat, kemudian di kordinasikan dengan pelayanan kesehatan rumah dan secara
khusus di minta untuk memberikan pelayanan sesuai dengan permintaan dari
dokter. Jika personal yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan rumah
terdiri atas bebwrapa disiplin maka di rektur dari agen yang memberikan
pelayanan kesehatan rumah tersebut harus maelakukan pengawasan dari proses
kolaborasi.
Dalam pelayanan kesehatan rumah para anggota
profesional stress karena perubahan peran dan tumpang tindi tanggung jawab. Oleh karena itu, setiap
anggota profesi secara hati- hati menganalisis peranannya untuk menghingdari
kerangcungan maupun kebingungan dalam memberikan pelayanan kesehatan rumah pada
klien sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan. Yang bertanggung jawab
terhadap klien adalah dokter yang merawat sebelumnya, harus menjamin pengobatan
untuk klien.
Dalam pelaksanaannya, tiap anggota profesional
yang bekerja di pelayanan kesehatan rumah melakukan evaluasi ulang terhadap
status kesehatan klien dan melaporkannya kepada dokter pengelolah kemudian di
modifikasi rencana pengobatan klien tersebut. Pelayanan telah di berikan,
memerlukan pendokumentasian. Hal ini selain untuk mempertanggung jawabkan apa
yang telah di lakukan dalam menjamin kesinambungan, sebagai bukti suksesnya
kerja sama antar disiplin. Peran dan fungsi profesi antar disiplin bergantung
beberapa faktor, faktor tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap
dengan karakteristik masing-masingv anggota tim harus kompeten sebagai
pelaksana pelayanan kesehatan di bidang mereka.
Pada umumnya tenaga kesehatan yang terlibat
pelayanan kesehatan rumah adalah dokter. Ahli fisioterapi, ahli okupasi, ahli
terapi wicara.
a.
Dokter
Klien sebaiknya berada di bawah pengawasan
dokter langsung. Perawat yang menjalankan rencana program di rumah memerlukan
persetujuan dokter yang merawat klien sebelumnya. Rencana ini harus dievaluasi
sedikitnya setiap 62 hari (kurang lebih 2 bulan) atau jika kondisi klien
berubah, maka waktu kunjung akan ditinjau kembali.
Rencana keperawatan yang dibuat meliputi
diagnosis, status kejiwaan, jenis pelayanan dan peralatan yang dibutuhkan,
frekuensi kunjungan, prognosis, aktivitas yang boleh dilakukan, kebutuhan gizi,
pengobatan dan perawatan, unsur – unsur keselamatan untuk melindungi klien
terhadap terhadap seluruh pelaksanaan rencana program di rumah (NAHC, 1994).
Dokter komunitas juga memberikan konsultasi
kepada agen pelayanan kesehatan rumah baik mengenai prosedur maupun kebijakan,
merencanakan dan menjelaskan tentang manfaat pelayanan kesehatan rumah kepada
masyarakat.
b.
Ahli fisioterapi
Tenaga ahli fisioterapi yang bekerja di
pelayanan kesehatan rumah adalah lulusan S1 dn S2 (Master). Sebagaimana halnya
perawat, ahli fisioterapi dapat bekerja secara langsung maupun tidak langsung.
Pelayanan langsung yang diberikan meliputi memperkuat otot – otot, memulihkan
pergerakan kontrol kekuatan otot, latihan beban (gaya) disertai latihan aktif
dan pasif. Cara perawatan yang digunakan meliputi stimulasi saraf permukaan
secara elektris (TENS), panas, air, cahaya ultrasuara, drainase postural dan
latihan penguatan paru – paru. Ahli fisioterapi bertanggung jawab untuk
mengajar klien dan keluarga cara – cara perawatan mandiri.
Aktivitas tidak langsung dari ahli fisioterapi
disepakati dengan asisten (lulusan Diploma III) untuk melakukan tindakan
latihan sesuai kondisi klien di bawah pengawasan ahli fisioterapi lulusan S1
atau master.
c.
Ahli terapi okupasi
Ahli terapi okupasi membantu klien untuk
mencapai tingkat optimal agar dapat berfungsi, dengan jalan mengajar mereka
untuk mengembangkan dan memelihara kemampuan yang ada guna melakukan aktivitas
sehari – hari di rumah. Tenaga ahli terapi okupasi dengan tingkat pendidikan
sarjana bekerja melatih klien, mengevaluasi tingkat kemampuan otot, mengajarkan
kegiatan mandiri, memodofikasi alat – alat yang digunaka untuk disesuaikan
sehingga klien dapat beradaptasi dengan kondisinya.
d.
Ahli terapi Wicara
Tenaga ahli terapi wicara, di amerika serikat
merupakan lulusan dari Asosiasi Bahasa dan Pendengaran. Ahli terapi wicara
bekerja membantu anggota masyarakat yang bermasalah yang berkaitan dengan
suara, bahasa dan pendengaran. Kebanyakan klien mendapat latihan langsung dari
ahli terapi wicara yang diawali dengan evaluasi suara dam kemampuan bahasa.
Rencana spesifik yang diajarkan kepada klien dan keluarga untuk mengembangkan
kemampuan bahasa ahli terapi wicara dapat mengajarkan perawat maupun keluarga
klien tentang bagaimana cara mendorong mengembangkan metode komunikasi yang
teraik bagi klien.
e.
Pekerja sosial
Pekerja sosial di pelayanan kesehatan rumah
adalah tenaga yang berijazah sarjana dan minimal memiliki satu tahun pengalaman
dalam bidangnya. Tenaga ini bekerja membantu keluarga berkaitan dengan masalah
– masalah sosial, emosional, dan faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan mereka. Pekerja sosial membatu klien secara langsung atau merujuk
klien ke sumber daya yang sesuai.
Masalah yang sering dialami klien, pembayaran,
pengadaan alat maupun intervensi krisis yang sesuai dengan kondisi klien
setelah kembali dari rumah sakit.
f.
Pembantu kesehatan rumah/ibu rumah tangga
Sejak dimulainya pelayanan kesehatan rumah,
tenaga pembantu kesehatan rumah merupakan bagian dari tim pelayanan kesehatan
rumah. Tenaga ini diawasi langsung oleh perawat pelayanan kesehatan rumah atau
tenaga profesi lain seperti ahli terapi wicara.
Peran pembantu kesehatan rumah adalah membantu
klien untuk meningkatkan kemandirian secara bertahap terutama dalam higiene
personal, membersihkan ruangan atau ketrampilan lain yang dapat dilakukan di
rumah. Mereka harus memiliki sertifkat yang diperoleh melalui pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan dan pengalaman tentang pelayanan kesehatan rumah. Dalam
melaksanakan tugasnya mengacu pada rencana pelayanan yang telah ditetapkan oleh
perawat atau profesi lain secara bersama – sama. Pengawasan dilakukan tiap dua
minggu terutama untuk tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan khusus,
pengawasan yang dillakukan setiap 60 hari terhadap asisten ahli fisioterapi dan
lain - lain.
Klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus
diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis
layak untuk dirawat di tempat tinggal mereka atau tidak. Selanjutnya apabila
dokter telah menetapkan bahwa klien layak untuk dirawat di ru mah, dilakukan
pengkajian oelh manajer kasus yang merupakan staf dari Agensi pelayanan
kesehatan rumah ke tempat tinggal rumahnya. Bersama – sama klien dan
keluarganya, akan melakukan perencanaan dan membuat kesepakatan mengenai
pelayanan apa saja yang aka diterima oleh klien. Kesepakatan tersebut juga
mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan dan sistem pembayaran serta jangka
waktu pelayanan.
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari
pelaksana pelayanan kesehatan rumah baik dari pelaksana yang dikontrak atau
pelaksana pelayanan yang direkrut oleh pengelola pelayanan kesehatan rumah.
Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh manajer kasus, setiap tindakan yang
diberikan kepada pasien oleh semua kategori tenaga pelaksana pelayanan, harus
diketahui oleh manajer kasus. Secara periodik manajer kasus melakukan
pemantauan dan evaluasi tentang pelayanan yang diberikan dan dilaksanakan
apakah sudah sesuai dengan kesepakatan atau belum.
E.
Rangkuman
Perawatan
Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep baru dalam sistem pelayanan
kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah
dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool,
England dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di rumah
dengan memberikan pengobatan kepada klien (masyarakat) yang mengalami sakit
terutama terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi,
kebersihan diri dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi
terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan di masyarakat (Smith & Maurer, 2000).
Kunjungan rumah juga dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko penyakit infeksi masyarakat,
serta mencegah terjadinya kekambuhan penyakit, seperti: perawatan nifas pada
ibu paska melahirkan, perawatan anak diare, pemantauan klien dengan
Tuberculosis, hipertensi, kardiovaskuler, penyuluhan kesehatan klien dengan
berbagai penyakit, dll (Stanhope & Lancaster, 2001).
Seiring dengan
perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi ini, berdampak pada
sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini. Tuntutan
masyarakat akan kebutuhan pealayanan kesehatan juga semakin meningkat dan
berubah dari konsep perawatan dan
pengobatan di rumah sakit/klinik menjdai kebutuhan perawatan di rumah,
khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Di samping itu
perawatan di rumah menjadi alternative bagi keluarga dengan usila (usia lanjut)
yang cenderung mengalami penyakit dengan kondisi kronik , yang membutuhkan
perawatan dan pengobatan jangka panjang. Hali ini tentu sangat memberikan
keuntungan bagi klien dan keluarganya, bila mempertimbangkan aspek kenyamanan
dan keamanan klien dan keluarga lebih intens dan interaksi lebih bebas bila
berada di rumah sendiri, dan pembiayaan terapi perawatan di rumah yang relative
lebih murah dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit sehingga di rumah
lebih cost effective.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar