PERAWATAN
KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG DAN TERAPI OKSIGENASI
A.
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-13
ini, Anda diharapkan akan mampu memahami perawatan klien
dengan gagal jantung dan terapi oksigenasi di rumah.
B.
Tujuan Pembelajaran
Khusus
Setelah selesai
mempelajari materi
pembelajaran ini, Anda diharapkan akan
dapat :
1.
Pengertian Oksigen dan
CHF
2.
Etiologi CHF
3.
Patofisiologi
4.
Manifestasi Klinik
5.
Komplikasi
6.
Penanganan (Pemberian
Oksigen)
C.
Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan
belajar-13 ini adalah:
1.
Pengertian Oksigen dan
CHF
2.
Etiologi CHF
3.
Patofisiologi
4.
Manifestasi Klinik
5.
Komplikasi
6.
Penanganan (Pemberian
Oksigen)
D.
Uraian Materi
Pembelajaran
1.
Pengertian Oksigen dan
CHF
Oksigen yaitu suatu zat atau gas yang tidak berwarna, serta tidak ada rasa
dan mudah terbakar yang di gunakan dalam metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel dalam tubuh. Adapun Tujuan Pemberian Oksigenasi
yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada
kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru.
Sedangkan yang dimaksud dengan CHF adalah ketidak mampuan jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh (gagal jantung). Gagal Jantung adalah suatu
keadaan patofisiologis berupa kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara
abnormal Ciri-ciri
yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan
metabolik tubuh,
kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium
; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme
kompensatorik sirkulasi dapat
menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi
pompanya.
Istilah
gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi
menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi
jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan dari
sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk
perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung.
Gagal
jantung kongetif adalah keadaan
dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang
lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti
kelebihan beban sirkulasi
akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar
jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.
Gagal jantung juga mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya
kongestif pulmonal dan sistemik. Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan
geajala yang diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan cukup
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas
oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus. Adapun Tujuan
Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan
oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru . CHf
atau gagal jantung merupakan suatu keadaan jantung yang mengalami kelainan yang
dapat menyebakan jantung tidak mampu memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi.
2.
Etiologi CHF
Gagal
jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung
kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis
yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal, beban
akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan
beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban
akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-faktor yang dapat memicu
perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat
berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.
Penanganan yang
efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja
terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit yang mendasarinya,
tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
a.
Kelainan otot jantung.
Gagal jantung paling
sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot
jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi.
b.
Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
c.
Hipertensi sistemik atau
pulmonal
Hipertensi sistemik
atau pulmonal meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung.
d.
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah
faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung.
Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Hipoksia dan anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik)
dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
3.
Patofisiologi
CHF terjadi
karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang memengaruhi kontraktilitas,
after load, preload, atau fungsi lusitropik (fungsi relaksasi) jantung, dan
respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan
kompensasi sirkulasi. Meskipun konsekuensi hemodinamik gagal jantung berespons
terhadap intervensi farmakologis standar, terdapat interaksi neurohormonal
kritis yang efek gabungannya memperberat dan memperlama sindrom yang ada.
a.
Proses Perjalanan
Penyakit
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah
jantung normal. Secara konsep curah jantung adalah perkalian dari fungsi
frekuensi jantung dan volume sekuncup. Frekuensi jantung adalah fungsi sistem
saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama
kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan
curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung
pada tiga faktor yaitu : preload, kontraktilitas dan afterload. Preload adalah
jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot jantung. Kontraktilitas
mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriole.
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut
terganggu, hasilnya curah jantung berkurang, menyebabkan volume sekuncup tidak
dapat melakukan kompensasi yang mengakibatkan gagal jantung.
Gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA), terbagi dalam
empat kelas fungsional yaitu :
1)
Timbul gejala sesak
pada aktifitas fisik berat.
2)
Timbul
gejala sesak pada aktifitas fisik sedang.
3)
Timbul
gejala sesak pada aktifitas fisik ringan.
4)
Timbul
gejala sesak pada aktifitas saat istirahat.
b.
Manifestasi Klinik
1)
Gagal
jantung kiri
Kongesti
paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi : dispnea, ortopnea, batuk,
mudah lelah, takikardia, insomnia.
a)
Dispnea
dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran
gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan oleh
gerakan minimal atau sedang.
b)
Ortopnea
kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami ortopnea
pada malam hari, hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan
posisi kaki dan tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah
beberapa jam cairan yang tertimbun diekstremitas yang sebelumnya berada di
bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak mampu
mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya tekanan dalam
sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke alveoli.
c)
Batuk
yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi
yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa
dalam jumlah yang banyak, yang kadang disertai bercak darah.
d)
Mudah
lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernapas.
e)
Insomnia
yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
2)
Gagal Jantung
Kanan
Bila
ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan
volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah
yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak
dapat meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali,
distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia.
a)
Edema
dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai, paha dan
akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
b)
Hepatomegali
dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena
di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh darah portal
meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang
dinamakan ascites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat
menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
c)
Anoreksia
dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
d)
Nokturia
terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada saat
berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung
membaik saat istirahat.
e)
Kelemahan
yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah
jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang
tidak adekuat dari jaringan
c.
Komplikasi
Trombosis
vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah. Syok
Kardiogenik, merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kongestif, terjadi bila vetrikel kiri mengalami kerusakan yang sangat
luas. Tanda syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah,
hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan
haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
4.
Penanganan (Pemberian
Oksigen)
Gagal jantung ditangani dengan tindakan
umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap
ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun
gabungan dari beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya
dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas
biasa. Rejimen penanganan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik
yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju
gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau
mendapat penanganan yang lebih agresif.
Pembatasan aktivitas
fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat
dalam penanganan gagal jantung.
Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk
menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa kelemahan
otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring
dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian
antikoagulansia mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas
yang ketat untuk mengendalikan gejala.
a.
Pengertian Oksigen dan
tujuannya
Oksigen yaitu suatu zat
atau gas yang tidak berwarna, serta tidak ada rasa dan mudah terbakar yang di
gunakan dalam metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
dalam tubuh. Adapun yang menjadi Tujuan Pemberian Oksigen yaitu Untuk
menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada
jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru.
b.
Sistem Pemberian Oksigen
1)
Kanal nasal
2)
Kateter nasal
3)
Sungkup muka sederhana
4)
Sungkup muka dengan
rebreathing
5)
Sungkup muka dengan
kantong non rebreating
c.
Indikasi Pemberian
Oksigen
Efektif diberikan pada
klien yang mengalami :
1)
Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh
dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di
dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2
sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2)
Gangguan jantung (gagal
jantung)
Ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap nutrien dan oksigen.
3)
Kelumpuhan alat
pernafasan
Suatu keadaan dimana
terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena
kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas O2 dan CO2.
4)
Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan
oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien
asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit
karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas),
bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari
16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih
dari 24x/menit.
5)
Keadaan gawat (misalnya
: koma)
Pada keadaan gawat,
misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang
adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6)
Trauma paru
Paru-paru sebagai alat
penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami gangguan
untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7)
Metabolisme yang
meningkat : luka bakar
Pada luka bakar,
konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat
dari keadaan hipermetabolisme.
8)
Post operasi
Setelah operasi, tubuh
akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi
aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang
cukup.
9)
Keracunan karbon
monoksida
Keberadaan CO di dalam
tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2
yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
d.
Persiapan
1)
Alat:
a)
Tabung oksigen beserta isinya.
b)
Regulator dan flow meter.
c)
Botol pelembab.
d)
Masker atau nasal prong.
e)
Slang penghubung.
2)
Penderita
a)
Penderita diberi penjelasan tentang tindakan
yang akan dilakukan.
b)
Pendrita ditempatkan pada posisi yang sesuai.
e.
Tata Cara Pemberian
Oksigen
1)
Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya.
2)
Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan
tindakan.
3)
Hubungkan nasal prong atau masker dengan slang
oksigen ke botol pelembab.
4)
Pasang ke penderita.
5)
Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan.
6)
Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas
nasal prong atau masker dari penderita.
7)
Tabung oksigen ditutup.
8)
Penderita dirapikan kembali.
9)
Peralatan dibereskan
f.
Hal Yang Perlu
Diperhatikan Dalam Pemberian Oksigen
1)
Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan
sesudah pemberian oksigen.
2)
Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan
misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran.
3)
Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan
isi sesuai batas yang ada pada botol.
4)
Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan
bersih dan kering bila tidak dipakai.
5)
Nasal prong dan masker harus dibersihkan,
didesinfeksi dan disimpan kering.
6)
Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada
penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran.
7)
Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran
1-2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan.
E.
Rangkuman
Pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas
oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus. Adapun Tujuan
Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan
oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru . CHf
atau gagal jantung merupakan suatu keadaan jantung yang mengalami kelainan yang
dapat menyebakan jantung tidak mampu memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi.
F.
Tes Formatif
a.
Langkah
– langkah
Berikut ini diberikan soal formatif, Anda diminta mengerjakan di
lembar kertas tersendiri (tidak didalam modul). Apabila semua soal tugas sudah
selesai Anda kerjakan, Anda dipersilahkan untuk melihat kunci jawaban dan
membandingkan jawaban Anda dengan jawaban yang ada dikunci jawaban.
Periksalah hasil pekerjaan Anda.kemudian hitunglah jawaban Anda
yang benar, gunakan rumus yang ada pada bagian pendahuluan. Apabila Anda
berhasil menyelesaikan (menjawab) soal formatif dengan 80% benar, maka Anda
diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari pembelajaran yang diuraikan pada
kegiatan belajar berikutnya.
b.
Soal
Formatif
Tn. J datang ke klinik Home Care Asy Syifa’
dengan keluhan nyeri di dada, nyeri seperti tertindih batu, nyeri tembus sampai
ke punggung, disertai dengan sesak nafas, dan sesak nafas semakin meningkat
saat Tn. J melakukan aktifitas. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan
data TD: 140/90 mmHg, N: 108 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 37,4 0C,
terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, irama nafas irregular, nafas dangkal
dan cepat, terdapat pulsus alternans, terdengar suara crackles, dan terdengar
suara jantung S3 dan S4. Pada saat periksa, klien menunjukkan bahwa pernah
dilakukan pemeriksaan rontgen, dan setelah dibaca didapatkan data bahwa ada
pembesaran pada ventrikel sinistra.
1.
Sebagai seorang perawat home care kita harus dapat menyimpulkan
permasalahan apa yang terjadi pada pasien. Permasalahan yang paling tepat
sesuai dengan kasus diatas adalah………
a.
Gagal jantung
b.
Gagal jantung kanan
c.
Gagal jantung kiri
d.
Tamponade jantung
e.
Infark Miocard Acute
2.
Diagnosa keperawatan utama yang paling tepat sesuai dengan kasus
diatas adalah……….
a.
Penurunan curah jantung
b.
Bersihan jalan nafas inefektif
c.
Pola nafas inefektif
d.
Kelebihan volume cairan
e.
Intoleransi aktifitas
3.
Prinsip penatalaksanaan keperawatan yang harus diberikan pada kasus
diatas adalah…….
1)
Meningkatkan pertukaran gas &
oksigenasi
2)
Meningkatkan afterload
3)
Menurunkan venous return
4)
Meningkatkan volume intravaskular
4.
Salah satu terapi yang diberikan pada Tn. J adalah dengan diberikan
terapi oksigenasi, adapun tujuan dari terapi oksigenasi adalah…….
1)
Untuk mempertahankan
oksigen yang adekuat pada jaringan
2)
Untuk menurunkan kerja
paru-paru
3)
Untuk menurunkan kerja
jantung
4)
Untuk menurunkan brain
work
5.
Pemberian oksigenasi
dengan konsentrasi kurang dari 40% sebaiknya menggunakan alat bantu..........
a.
Masker ventury
b.
Ventilator
c.
Nasal kanule
d.
Masker sederhana
e.
Jackson rees
G.
Tugas Mandiri
a.
Jelaskan
apa yang harus dilakukan perawat homecare dengan pasien gagal jantung dan
terapi oksigenasi!