Kamis, 07 Januari 2016

PERAWATAN KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG DAN TERAPI OKSIGENASI



PERAWATAN KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG DAN TERAPI OKSIGENASI

A.      Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-13 ini, Anda  diharapkan akan mampu memahami perawatan klien dengan gagal jantung dan terapi oksigenasi di rumah.

B.       Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran ini, Anda  diharapkan akan dapat :
1.         Pengertian Oksigen dan CHF
2.         Etiologi CHF
3.         Patofisiologi
4.         Manifestasi Klinik
5.         Komplikasi
6.         Penanganan (Pemberian Oksigen)

C.      Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar-13 ini adalah:
1.         Pengertian Oksigen dan CHF
2.         Etiologi CHF
3.         Patofisiologi
4.         Manifestasi Klinik
5.         Komplikasi
6.         Penanganan (Pemberian Oksigen)

D.      Uraian Materi Pembelajaran
1.         Pengertian Oksigen dan CHF
Oksigen yaitu suatu zat atau gas yang tidak berwarna, serta tidak ada rasa dan mudah terbakar yang di gunakan dalam metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel dalam tubuh. Adapun Tujuan Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru.
Sedangkan yang dimaksud dengan CHF adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (gagal jantung). Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi  kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolik tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung.
Gagal jantung kongetif adalah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.
Gagal jantung juga mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif pulmonal dan sistemik. Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan geajala yang diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan cukup darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus. Adapun Tujuan Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru . CHf atau gagal jantung merupakan suatu keadaan jantung yang mengalami kelainan yang dapat menyebakan jantung tidak mampu memompakan darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi.
2.         Etiologi CHF
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis  yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta  dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
a.         Kelainan otot jantung.
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.


b.        Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
c.         Hipertensi sistemik atau pulmonal
Hipertensi sistemik atau pulmonal meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
d.        Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
3.         Patofisiologi
CHF terjadi karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang memengaruhi kontraktilitas, after load, preload, atau fungsi lusitropik (fungsi relaksasi) jantung, dan respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan kompensasi sirkulasi. Meskipun konsekuensi hemodinamik gagal jantung berespons terhadap intervensi farmakologis standar, terdapat interaksi neurohormonal kritis yang efek gabungannya memperberat dan memperlama sindrom yang ada.
a.         Proses Perjalanan Penyakit
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Secara konsep curah jantung adalah perkalian dari fungsi frekuensi jantung dan volume sekuncup. Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu : preload, kontraktilitas dan afterload. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot jantung. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasilnya curah jantung berkurang, menyebabkan volume sekuncup tidak dapat melakukan kompensasi yang mengakibatkan gagal jantung.
Gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA), terbagi dalam empat kelas fungsional yaitu :
1)        Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat.
2)        Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang.
3)        Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik ringan.
4)        Timbul gejala sesak pada aktifitas saat istirahat.
b.        Manifestasi Klinik
1)        Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi : dispnea, ortopnea, batuk, mudah lelah, takikardia, insomnia.
a)         Dispnea dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan minimal atau sedang.
b)        Ortopnea kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami ortopnea pada malam hari, hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun diekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya tekanan dalam sirkulasi  paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke alveoli.
c)         Batuk yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah yang banyak, yang kadang disertai bercak darah.
d)        Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas.
e)         Insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
2)        Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia.
a)         Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai, paha dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
b)        Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh darah portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
c)         Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
d)        Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung membaik saat istirahat.
e)         Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan
c.         Komplikasi
Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah. Syok Kardiogenik, merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi bila vetrikel kiri mengalami kerusakan yang sangat luas. Tanda syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
4.         Penanganan (Pemberian Oksigen)
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif.
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam  penanganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.
a.         Pengertian Oksigen dan tujuannya
Oksigen yaitu suatu zat atau gas yang tidak berwarna, serta tidak ada rasa dan mudah terbakar yang di gunakan dalam metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel dalam tubuh. Adapun yang menjadi Tujuan Pemberian Oksigen yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru.
b.        Sistem Pemberian Oksigen
1)        Kanal nasal
2)        Kateter nasal
3)        Sungkup muka sederhana
4)        Sungkup muka dengan rebreathing
5)        Sungkup muka dengan kantong non rebreating


c.         Indikasi Pemberian Oksigen
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1)        Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2  sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. 
2)        Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. 
3)        Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
4)        Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit.
5)        Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6)        Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan  mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7)        Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8)        Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.
9)        Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
d.        Persiapan
1)        Alat:
a)         Tabung oksigen beserta isinya.
b)        Regulator dan flow meter.
c)         Botol pelembab.
d)        Masker atau nasal prong.
e)         Slang penghubung.


2)        Penderita
a)         Penderita diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
b)        Pendrita ditempatkan pada posisi yang sesuai.
e.         Tata Cara Pemberian Oksigen
1)        Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya.
2)        Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
3)        Hubungkan nasal prong atau masker dengan slang oksigen ke botol pelembab.
4)        Pasang ke penderita.
5)        Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan.
6)        Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal prong atau masker dari penderita.
7)        Tabung oksigen ditutup.
8)        Penderita dirapikan kembali.
9)        Peralatan dibereskan
f.         Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Oksigen
1)        Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen.
2)        Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran.
3)        Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol.
4)        Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai.
5)        Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering.
6)        Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran.
7)        Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1-2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan.

E.       Rangkuman
Pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus. Adapun Tujuan Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru . CHf atau gagal jantung merupakan suatu keadaan jantung yang mengalami kelainan yang dapat menyebakan jantung tidak mampu memompakan darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi.

F.       Tes Formatif
a.         Langkah – langkah
Berikut ini diberikan soal formatif, Anda diminta mengerjakan di lembar kertas tersendiri (tidak didalam modul). Apabila semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, Anda dipersilahkan untuk melihat kunci jawaban dan membandingkan jawaban Anda dengan jawaban yang ada dikunci jawaban.
Periksalah hasil pekerjaan Anda.kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar, gunakan rumus yang ada pada bagian pendahuluan. Apabila Anda berhasil menyelesaikan (menjawab) soal formatif dengan 80% benar, maka Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar berikutnya.
b.         Soal Formatif
Tn. J datang ke klinik Home Care Asy Syifa’ dengan keluhan nyeri di dada, nyeri seperti tertindih batu, nyeri tembus sampai ke punggung, disertai dengan sesak nafas, dan sesak nafas semakin meningkat saat Tn. J melakukan aktifitas. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data TD: 140/90 mmHg, N: 108 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 37,4 0C, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, irama nafas irregular, nafas dangkal dan cepat, terdapat pulsus alternans, terdengar suara crackles, dan terdengar suara jantung S3 dan S4. Pada saat periksa, klien menunjukkan bahwa pernah dilakukan pemeriksaan rontgen, dan setelah dibaca didapatkan data bahwa ada pembesaran pada ventrikel sinistra.
1.        Sebagai seorang perawat home care kita harus dapat menyimpulkan permasalahan apa yang terjadi pada pasien. Permasalahan yang paling tepat sesuai dengan kasus diatas adalah………
a.         Gagal jantung
b.         Gagal jantung kanan
c.         Gagal jantung kiri
d.        Tamponade jantung
e.         Infark Miocard Acute
2.        Diagnosa keperawatan utama yang paling tepat sesuai dengan kasus diatas adalah……….
a.         Penurunan curah jantung
b.        Bersihan jalan nafas inefektif
c.         Pola nafas inefektif
d.        Kelebihan volume cairan
e.         Intoleransi aktifitas
3.        Prinsip penatalaksanaan keperawatan yang harus diberikan pada kasus diatas adalah…….
1)        Meningkatkan pertukaran gas & oksigenasi
2)        Meningkatkan afterload
3)        Menurunkan venous return
4)        Meningkatkan volume intravaskular
4.        Salah satu terapi yang diberikan pada Tn. J adalah dengan diberikan terapi oksigenasi, adapun tujuan dari terapi oksigenasi adalah…….
1)        Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2)        Untuk menurunkan kerja paru-paru
3)        Untuk menurunkan kerja jantung
4)        Untuk menurunkan brain work
5.        Pemberian oksigenasi dengan konsentrasi kurang dari 40% sebaiknya menggunakan alat bantu..........
a.         Masker ventury
b.        Ventilator
c.         Nasal kanule
d.        Masker sederhana
e.         Jackson rees

G.      Tugas Mandiri
a.         Jelaskan apa yang harus dilakukan perawat homecare dengan pasien gagal jantung dan terapi oksigenasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar