PERAWATAN IBU NIFAS DAN POST SC DI
RUMAH
A.
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-10
ini, Anda diharapkan akan mampu memahami perawatan Ibu
nifas dan post SC di rumah.
B.
Tujuan Pembelajaran
Khusus
Setelah selesai
mempelajari materi
pembelajaran ini, Anda diharapkan akan
dapat :
1.
Menjelaskan
Pengertian perawatan nifas
2.
Menjelaskan
Perawatan diri ibu nifas selama masa nifas
3.
Menjelaskan
Perawatan Ibu Post SC
4.
Menjelaskan
Perawatan bayi baru lahir
C.
Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan
belajar-10 ini adalah:
1.
Pengertian
perawatan nifas
2.
Perawatan diri
ibu nifas selama masa nifas
3.
Perawatan Ibu
Post SC
4.
Perawatan bayi
baru lahir
D.
Uraian Materi
Pembelajaran
1.
Pengertian
perawatan nifas
Masa nifas adalah periode di mana terjadi proses
perbaikan tubuh selama persalinan dan kelahiran. Periode ini juga merupakan
waktu untuk mempelajari perawatan diri dan keterampilan perawatan bayi,
penyatuan peran baru dan kelanjutan ikatan keluarga serta penilaian terhadap
bayi baru lahir (Novax & Broom, 1999).
Masa nifas adalah periode yang dimulai dari akhir
persalinan sampai dengan kembalinya organ-organ reproduktif ke keadaan sebelum
hamil. Periode ini berlangsung 6 minggu setelah persalinan (Stright, 2005).
Masa nifas berlangsung sejak melahirkan sampai ibu berhasil mengeluarkan darah
lamanya sekitar 40 hari setelah melahirkan (Nasedul, 2000). Sedangkan masa
nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan di mana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (Mochtar, 1998). Periode ini
berlangsung pada minggu pertama pasca persalinan (Widjanarko, 2009).
Perawatan nifas merupakan perawatan lebih lanjut bagi
wanita sesudah melahirkan. Hal ini penting dilakukan karena dapat memulihkan
kesehatan umum ibu nifas dengan cara: penyediaan makanan bergizi, pengembalian
darah yang kurang untuk menghilangkan anemia, pencegahan terhadap infeksi,
pergerakan otot agar tonus otot menjadi lebih baik dan melancarkan peredaran
darah. Manfaat yang lain adalah untuk memulihkan kesehatan emosi, mencegah
terjadinya infeksi dan komplikasi, memperlancar pembentukan ASI serta ibu dapat
memelihara bayinya dengan baik agar pertumbuhan dan perkembangan bayinya normal
(Ibrahim, 1996).
2.
Perawatan diri
ibu nifas selama masa nifas
Pasca persalinan biasanya seorang wanita akan banyak
mengalami perubahan pada dirinya, baik perubahan fisik maupun psikologis.
Karena hal tersebut, pada masa ini pemulihan kesehatan merupakan hal yang
sangat penting bagi wanita. Wanita diharapkan mampu melakukan pemenuhan
perawatan pada dirinya agar tidak mengalami gangguan kesehatan.
Menurut Potter & Perry (2006) perawatan diri adalah
aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memelihara kesehatan. Perawatan
diri menjadi sulit, diakibatkan oleh kondisi fisik atau keadaan emosional
klien.
Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor,
diantaranya: budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga terhadap
perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri (Potter dan Perry,
2006).
Tujuan perawatan diri adalah untuk mempertahankan
perawatan diri baik secara sendiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat
melatih hidup sehat/bersih dengan cara memperbaiki gambaran atau persepsi
terhadap kesehatan dan kebersihan serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan
kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk
menghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi
darah dan mempertahankan integritas pada jaringan (Hidayat dan Uliyah, 2006).
a.
Perawatan
Vulva atau Perineum.
Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami
peregangan, lebam, dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan, bisa juga
tidak. Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika perineum robek atau
disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomi atau luka sayatan
membutuhkan waktu untuk sembuh selama 7 hingga 10 hari. Rasa nyeri saja selama
masa ini tidak menunjukkan adanya infeksi, kecuali jika nyeri sangat parah
(Danuatmaja, 2003).
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk
menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum
maupun dalam uterus serta penyembuhan luka perineum.
Rasa nyeri dan tidak nyaman di area perineum dapat
diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area perineum setiap 2 jam
sekali selama 24 jam pertama sesudah melahirkan. Kompres hangat, duduk di dalam
air hangat atau menggunakan lampu pemanas selama 20 menit, 3 kali sehari juga
dapat digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di area
perineum dengan berbaring miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang
lama juga bisa membantu mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan
latihan Kegel sesudah melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah
perineum, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot (Murkoff,
2006).
Infeksi di area perineum juga bisa terjadi jika
perineum tidak dirawat dengan baik. Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan
perawatan perineum atau vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih
setiap 4-6 jam dan meletakkannya dengan baik sehingga tidak bergeser. Pada saat
memasang pembalut haruslah dari muka ke belakang agar tidak terjadi penyebaran
bakteri dari anus ke vagina. Setelah ibu selesai BAK atau BAB, ibu dapat
mengalirkan atau membilas area perineum dengan air hangat atau cairan
antiseptik, kemudian mengeringkannya dengan kain pembalut atau handuk dengan
cara ditepuk-tepuk tetap dari arah muka ke belakang.
b.
Mobilisasi
Sebagian besar wanita dapat melakukan ambulasi dini
setelah efek obat-obatan yang diberikan saat melahirkan telah hilang. Aktivitas
tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung
kemih, sirkulasi, dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah
pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu
dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak tergantung.
Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan tubuhnya
dari persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan
aktivitas secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk
istirahat sebelum mereka menjadi keletihan (Hamilton, 1995).
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan,
mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan
normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan
vagina (lochea) (Zietraelmart, 2008). Menurut Imam (2007) mobilisasi haruslah
dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri,
lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk di tepi
tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri.
c.
Diet
Diet harus mendapat perhatian dalam nifas karena
makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, makanan ibu juga sangat
mempengaruhi air susu ibu. Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori,
serta banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan
(Mochtar, 1998).
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti
saat hamil. Pedoman umum yang baik adalah empat porsi setiap hari dari empat
kelompok makanan dasar yaitu makanan harian, daging dan makanan yang mengandung
protein, buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu
mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa
diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga
dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi (Hamilton,
1995).
Menurut Zietraelmart (2008) kebutuhan nutrisi pada masa
menyusui meningkat 25 % yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan
yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui
sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk
melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI
serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti
susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin,
pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan
pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber
tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.
d.
Eliminasi
Urin
Kebanyakan wanita mengalami sulit buang air kecil
selama 24 jam pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih
mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh janin
sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan agar mengosongkan
isinya. Nyeri pada area perineum bisa menyebabkan refleks kejang pada uretra
sehingga buang air kecil menjadi sulit. Edema perineum juga bisa mengganggu
buang air kecil. Sejumlah faktor psikologis juga dapat menghambat buang air
kecil seperti takut nyeri, kurangnya privasi, malu atau tidak nyaman
menggunakan pispot rumah sakit atau membutuhkan bantuan ke toilet. Hal ini
dapat diatasi dengan memperbanyak minum, bangun dari tempat tidur dan berjalan
segera setelah melahirkan akan membantu mengosongkan kandung kemih (Murkoff,
2006).
Tetapi sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya
wanita sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Ini terjadi karena cairan
tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan (Danuatmaja, 2003). Hal
ini dapat diatasi dengan latihan Kegel yang dapat membantu mengembalikan
kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih (Murkoff, 2006). Adapun
cara melakukan tehnik Kegel yaitu dengan posisi berbaring, otot-otot sekitar
kemaluan dikencangkan sambil menguncupkan anus seperti menahan buang air kecil.
Ini ditahan selama 2-3 detik , kemudian dilepaskan. Latihan kegel sebaiknya
dilakukan sebanyak 10 kali dan dilakukan 2-3 kali sehari (Darti, dkk; 2009).
e.
Defekasi
Menurut Mochtar (1998) pola defekasi atau buang air
besar harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Tapi hal ini terkadang masih
sulit dilakukan karena kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah
melahirkan.
Hal ini disebabkan karena sewaktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu
mempengaruhi pristaltik usus. Pengeluaran cairan yang lebih banyak pada waktu
persalinan juga mempengaruhi terjadinya konstipasi (Mochtar, 1998).
Fungsi defekasi dapat diatasi dengan mengembalikan
fungsi usus besar yaitu dengan memakan makanan yang dapat merangsang gerakan
usus besar seperti buah dan sayur-sayuran. Meminum sari buah dapat membantu
melunakkan feces. Gerakan usus juga akan aktif dengan melakukan mobilisasi dini
seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-jalan (Murkoff, 2006). Biasanya
bila penderita tidak buang air besar sampai dua hari sesudah bersalin dapat
ditolong dengan pemberian obat-obatan laxatif per oral atau per rektal
(Mochtar, 1998).
f.
Perawatan
Payudara
Payudara secara natural akan mengeluarkan ASI ketika
ibu melahirkan. Untuk 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan
mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan susu
pertama untuk bayi. Air susu yang lebih matang akan muncul antara hari kedua
sampai kelima. Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan
nyeri), yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan
interval waktu yang sering akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau
membantu meredakannya (Simkin, 2008).
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting susu
merupakan suatu hal amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti
setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan
mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi
dan masuknya bakteri baik ke puting maupun ke mulut bayi. Salep atau krim
khusus dapat digunakan untuk mencegah pecah-pecah pada puting.
Menurut Hamilton (1995) bila puting menjadi pecah-pecah
proses menyusui ditangguhkan sampai puting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan
secara manual atau menggunakan pompa ASI elektrik, disimpan dan kemudian
diberikan pada bayi, terus menyusui dengan puting pecah-pecah dan perdarahan
dapat mengarah pada matitis.
g.
Pemeriksaan
Setelah Persalinan
Di Indonesia ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa
wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi
wanita dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali
6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa
harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaa panggul
yang dilakukan untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga dilakukan
pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan, dan sebagainya). Keadaan umum (suhu badan,
selera makan, dan sebagainya). Payudara (ASI, puting susu), dinding perut,
perineum, kandung kemih, rektum, serta sekret yang keluar, seperti lokia, fluor
albus dan keadaan alat-alat kandungan (Mochtar, 1998).
3.
Perawatan
Ibu Post SC
Banyak
wanita hamil yang mendambakan melahirkan dengan proses normal. Tetapi karena
beberapa kasus, proses normal tidak memungkinkan sehingga persalinan harus
dilakukan dengan operasi caesar. Sekarang ini banyak sekali wanita yang lebih
memilih untuk melakukan persalinan secara operasi caesar jika dibandingkan
dengan melakukan persalinan secara normal. Namun yang perlu anda ketahui
terdapat bahaya besar yang dapat mengancam Anda jika Anda tidak mengetahui cara
yang baik dan benar untuk merawat luka bekas proses operasi caesar. Meskipun
melakukan persalinan dengan cara operasi caesar ini lebih cepat namun tidak
dengan rasa sakit yang dirasakan ketika melahirkan secara normal. Proses
penyembuhan pasca melakukan operasi caesar ini sangat lama dibandingkan persalinan
normal. Waktu normal untuk menyembuhkan luka bekas operasi caesar ini kurang
lebih 3 minggu sampai 4 minggu, namun hal ini masih bisa saja lebih. Yang perlu
Anda pikirkan ialah bagaimana cara yang baik dan juga benar ketika merawat luka
bekas operasi ini, karena jika tidak hal ini dapat mengakibatkan infeksi yang
dapat memperpanjang masa penyembuhan.
Ada
beberapa tips dan cara untuk merawat luka bekas operasi yang dapat Anda lakukan
di rumah sebagai berikut :
a.
Jagalah kebersihan pada luka bekas operasi.
Luka
bekas operasi caesar ini pada dasarnya tidak berbeda dengan luka bekas operasi
yang lainnya. Yang paling penting pada proses penyembukan luka bekas operasi
yang cepat ialah tetap menjaga luka tersebut dari bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi.
Menjaga
kebersihan pada luka bekas operasi ini merupakan cara yang sangat penting.
Seperti ketika selesai mandi Anda dapat membersihkan luka bekas operasi
tersebut menggunakan cairan antiseptik serta antibiotic yang telah dianjurkan
oleh dokter.
Ketika Anda
membersihkan luka bekas operasi tersebut, sebaiknya Anda menggunakan cotton bud
atau kapas. Sebelumnya pastikan juga kedua tangan Anda tetap bersih. Sebaiknya
tidak membungkus luka bekas operasi dengan terlalu ketat, sebab hal ini dapat
menyebabkan iritasi.
b.
Gunakan pakaian yang longgar dan juga nyaman.
Seperti
yang telah dikatakan sebelumnya, Anda diharuskan menggunakan perban yang tidak
terlalu ketat supaya luka bekas operasi tersebut tidak terkena iritasi. Hal ini
juga sangat berlaku ketika Anda memilih pakaian.
Jika
Anda telah terbiasa menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya anda menggantinya
dengan pakaian yang sedikit longgar untuk beberapa waktu. Jenis pakaian yang
sedikit longgar yang harus Anda gunakan diantaranya ialah pakaian dalam, kaos, piyama,
celana ataupun rok. Baby doll dan juga daster merupakan pakaian yang cukup
longgar yang paling di sarankan.
c.
Lakukan kegiatan olahraga yang ringan.
Olahraga
yang ringan seperti halnya jalan santai dapat membantu dalam proses
penyembuhan. Olahraga yang ringan juga dapat mencegah konstipasi serta
penggumpalan darah. Selain dari itu, hal ini juga dapat membuat sirkulasi darah
pada tubuh meningkat.
Olahraga
juga bisa membuat sistem imun menjadi meningkat dan membantu untuk mencegah
terjadinya pneumonia atau terjadinya gangguan pada kesehatan umun yang di
akibatkan operasi caesar. Biasakan untuk berjalan santai mengelilingi kompleks
pada pagi hari selama kurang lebih 15 menit.
d.
Perawatan rutin dari dalam menggunakan makanan.
Selain
melakukan perawatan luka dari luar sebaiknya Anda juga memperhatikan perawatan
luka bekas operasi langsung dari dalam. Seringlah mengkonsumsi makanan sehat
yang mengandung banyak gizi serta nutrisi yang seimbang.
Konsumsilah
makanan dengan kandungan vitamin A, vitamin C serta gandum utuh yang ada pada
sereal maupun roti gandum bagi sarapan pagi.
Untuk
menu makan siang Anda dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak protein
serta beta karoten. Selain itu makanan wajib untuk di konsumsi oleh wanita yang
menjalani penyembuhan ialah protein, mineral, zinc, dan juga vitamin.
4.
Perawatan Bayi Baru Lahir
a.
Memandikan
Bayi
Memandikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga
agar tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi.
Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga jangan
sampai bayi kedinginan serta kemasukkan air ke hidung, mulut, atau telinga yang
dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2008).
Hampir setiap ibu merasa takut memandikan bayinya.
Namun yang terpenting saat memandikan bayi adalah berhati-hati dalam
memposisikan bayi secara tepat. Jadwal mandi bayi tidak sebanyak orang dewasa
jika telah dilakukan pembersihan yang baik di tempat-tempat tertentu saat
menggantikan popok atau menyusui, sebenarnya bayi tidak perlu dimandikan setiap
hari. Ibu hanya perlu membersihkan wajah, leher, dan bokong dengan handuk atau
busa basah. Pada bayi yang belum merangkak atau turun dari tempat tidur, mandi
3 kali seminggu akan membuatnya bersih dan wangi. Jika memungkinkan ibu boleh
memandikan bayi setiap hari terutama jika cuaca panas.
Tidak ada waktu yang tepat kapan bayi seharusnya
dimandikan. Namun memandikan bayi sebelum tidur dapat membuatnya rileks
sehingga memudahkan tidur. Hindari memandikan bayi sebelum atau setelah makan
karena perut yang tertekan membuatnya muntah (Danuatmaja, 2003).
Adapun cara memandikan bayi yang benar menurut Darti,
dkk (2009), yaitu:
1)
Menyiapkan
terlebih dahulu keperluan mandi, yaitu dengan membentangkan handuk mandi dan
semua perlengkapan baju bayi serta alat-alat mandi seperti sabun dan sampo yang
aman bagi bayi.
2)
Menyiapkan
air mandi dalam ember mandi kemudian mengukur suhu air mandi (29-360C) atau
dapat menggunakan punggung tangan yaitu air terasa hangat. Tinggi air dari
dasar ember mandi sekitar 5 cm dan menyisihkan air mandi satu gayung untuk
membilas.
3)
Membuka
pakaian bayi seluruhnya dan menghindari bayi terpapar suhu dingin (bayi ditutup
dengan kain bedung).
4)
Mengambil
kapas dan membasahinya dengan air hangat kemudian membersihkan mata dengan
kapas tersebut (dapat dilakukan sebelum pakaian bayi dibuka). Gunakan kapas
yang berbeda untuk setiap mata. Kemudian membersihkan hidung dan telinga bayi
dengan kapas.
5)
Membersihkan
muka bayi dengan waslap basah, kemudian membasahi kepala, leher, dada, tangan,
perut, bokong dan genetalia, setelah itu menyabuninya kecuali wajah.
6)
Membersihkan
genetalia wanita menggunakan bola kapas yang sudah direndam dengan air, buka
labia mayora dengan jari kemudian bersihkan dengan bola kapas dari atas ke
bawah. Sedangkan membersihkan genetalia pria yaitu membersihkan area genetalia
bagian luar ketika mandi dengan usapan yang lembut, menggunakan sabun yang
bertekstur lembut jika perlu.
7)
Bayi
dibawa ke ember dengan cara tangan kiri sampai pergelangan tangan ibu pada
punggung dan belakang leher atau sampai pada ketiak bayi dengan cara empat jari
di ketiak bayi sedangkan ibu jari memegang bahu bayi, tangan kanan memegang
bokong bayi melalui kedua paha bayi atau kedua kaki bayi dipegang pada tungkai
bawah.
8)
Memasukkan
bayi ke dalam ember mandi dengan hati-hati dengan posisi setengah duduk.
9)
Membasuh
kepala, muka kemudian seluruh tubuh bayi dengan air dengan menggunakan tangan
kanan.
10)
Untuk
membersihkan daerah bagian belakang, telungkupkan bayi dengan dada bayi di atas
tangan kanan, ibu jari di bahu bayi dan jari-jari lainnya di ketiak bayi.
11)
Membasuh
punggung sampai bokong dengan air, siram dengan air bersih. Kembalikan bayi
dalam posisi telentang dan siram kembali dengan air bersih.
12)
Mengangkat
bayi dari ember mandi.
13)
Meletakkan bayi
di atas handuk
mandi, kemudian keringkan
dan menghindari bayi dari suhu dingin.
b.
Merawat
Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan
merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah
terjadinya infeksi (Hidayat, 2008).
Tali pusat merupakan sisa terakhir ikatan ibu dengan
bayi dari dalam rahim. Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan berubah warna
menjadi hitam.
Bagian ini akan lepas dengan sendirinya antara satu
sampai empat minggu. Untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari infeksi,
jagalah agar tali pusat tetap kering dan terkena udara. Berikut beberapa hal
penting perawatan tali pusat :
1)
Sebelum
tali pusat terlepas, jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan jangan
membasuh tali pusat sekali pun dengan lap basah.
2)
Cuci
tangan bersih-bersih.
3)
Ambil
kapas bulat yang telah diolesi alkohol 70%, bersihkan sisa tali pusat terutama
pangkalnya (yang menempel pada perut), dan lakukanlah dengan hati-hati terutama
jika pusat masih berwarna merah.
4)
Rendam
perban atau kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali pusat.
Seluruh permukaan hingga pangkal harus tertutup perban.
5)
Lilitan
perban jangan terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan.
6)
Kenakan
gurita bayi untuk menahan agar bungkusan perban tetap pada tempatnya.
7)
Jika
area ini bernanah dan berwarna merah, maka ibu bisa segera menghubungi dokter
(Danuatmaja, 2003).
c.
Membersihkan
Alat Kelamin
Membersihkan alat kelamin pada bayi laki-laki harus
hati-hati. Gunakan sabun dan air lalu gunakan kapas basah untuk membersihkan
penis dan lipatan-lipatannya. Jangan memaksa menarik kulit luar dan
membersihkan bagian dalam penis dengan menyemprotkan anti septik, karena ini
sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari glan, ibu bisa
menarik dan membersihkan bagian bawahnya. Dengan kapas baru, bersihkan anus dan
bagian bokong dari arah anus keluar lalu keringkan dengan tisu lembut. Jangan
buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak dan lipatan kulit
serta bokong boleh diolesi krim.
Sedangkan untuk membersihkan alat kelamin bayi
perempuan gunakan sabun dan air. Lalu gunakan gulungan kapas untuk membersihkan
bagian bawah kelamin. Lakukan dari arah depan ke belakang, tidak perlu
membersihkan bagian dalam vagina. Dengan kapas baru bersihkan anus dan bagian
bokong dari arah anus keluar. Terakhir keringkan dengan tisu lembut, dan jangan
terburu-buru memakai popok tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit
dan bokong boleh diolesi krim (Danuatmaja, 2003).
d.
Perawatan
pada Mata, Hidung dan Telinga Bayi
Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi yang
sensitif. Merawat dan membersihkannya perlu perlakuan khusus. Untuk telinga
basuhlah bagian luar dengan lap atau kapas, jangan memasukkan benda apapun ke
lubang telinga termasuk catton bud atau jari karena akibatnya sangat berbahaya.
Telinga mempunyai daya pembersih sendiri. Jika kotoran bayi tampak menumpuk
sebaiknya ibu mengkonsultasikannya kepada dokter anak.
Bagian hidung pun mempunyai mekanisme membersihkan
sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luar saja.
Gunakan catton bud atau tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari
pastikan jari ibu benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir
sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung bayi atau
letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut.
Untuk membersihkan mata gunakan kapas yang dibasahi air
hangat, pilihlah kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di
mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, pastikan mata bayi bersih dari sisa
kapas (Danuatmaja, 2003).
e.
Merawat
Kulit dan Kuku
Kulit bayi baru lahir rentan terhadap iritasi dari
bahan kimia yang ada dalam pakaian baru, dan sisa sabun atau deterjen yang
menempel pada pakaian yang sudah dicuci. Jika kulitnya sangat kering, ibu dapat
mengoleskan sedikit losion bayi pada tempat-tempat yang kering.
Perawatan untuk kuku adalah dengan memotongnya. Ibu
dapat menggunakan gunting kuku khusus untuk bayi atau gunting kecil berujung
tumpul. Waktu yang baik untuk memotong kuku adalah setelah mandi jika bayi
berbaring dengan tenang, tetapi akan lebih mudah bila ibu melakukannya ketika
bayi sedang tidur. Memotong kuku pada bayi bertujuan agar bayi tidak melukai
dirinya sendiri dengan kuku yang panjang. Pada minggu-minggu awal kuku bayi
tumbuh dengan cepat sehingga ibu harus memotongnya dua kali seminggu. Tetapi,
kuku jari kaki tumbuh jauh lebih lambat sehingga ibu dapat memotongnya sekali
atau dua kali sebulan (Shelov, 2005).
f.
Mengganti
Popok
Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok
hingga terkadang satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok
sesering mungkin berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit
bayi yang masih peka. Sedikitnya gantilah popok bayi setiap kali bayi selesai
buang air.
Jika menggunakan popok sekali pakai atau diapers,
basahnya diapers jangan digunakan sebagai ukuran. Diapers bermutu biasanya
menginformasikan cara jika tiba saat mengganti, misalnya perubahan warna
diapers. Ibu tidak perlu membangunkan bayi yang sedang tidur untuk mengganti
popoknya, kecuali jika terlalu basah dan tidak nyaman bagi bayi atau jika bayi
buang air besar (Danuatmaja, 2003).
g.
Pemberian
Makanan dan Minuman Bayi
Ibu dapat menyusui bayinya sesegera mungkin setelah
dilahirkan. Hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar sehingga bayi cukup
disusukan 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu
dihisap oleh bayi. Setelah hari 4-5 bayi boleh disusukan selama 10 menit
(Soetjiningsih, 1997).
Ada berbagai macam posisi menyusui, yaitu dengan tehnik
seperti memegang bola, seperti mengayun, dengan berbaring miring atau di atas
pangkuan. Yang biasa dilakukan adalah dengan duduk dan berbaring
(Soetjiningsih, 1997). Hendaklah menyusui bayi dilakukan dalam lingkungan yang
tenang dan sepi. Lingkungan semacam ini akan mambantu ibu merasa rileks. Untuk
menyusui yang pertama kali, ibu biasanya melakukannya dengan seseorang yang
dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk menyusui. Orang yang dapat
membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya
atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat terdekat atau kelompok ibu
pendukung ASI dan dokter/tenaga kesehatan. Hendaknya saat menyusui ibu dalam
posisi yang nyaman yaitu dengan punggung tersangga dengan baik. Gunakan bantal
untuk menopang ibu dan bayi (Simkin, 2008).
Menyusui bayi dilakukan dengan cara mendekatkan bayi ke
arah ibu dan memalingkan seluruh tubuh bayi sehingga menghadap ke dada ibu.
Pastikan bahwa kepala bayi berada dalam satu garis dengan tubuhnya dan tidak
berpaling kesatu sisi. Posisikan bayi sehingga bibir atasnya setara dengan
ketinggian puting ibu, kemudian ibu dapat merangsang bayi untuk membuka
mulutnya dengan mengusapkan puting payudara ke bibir atasnya. Ketika mulutnya membuka
lebar, segera, kemudian geser ke payudara ibu. Ibu perlu memperhatikan dan
memastikan agar bayi memasukkan sebagian besar payudara ke dalam mulutnya bukan
hanya puting saja, sehingga mulut bayi harus membuka dengan lebar (Nolan,
2004).
E.
Rangkuman
Perawatan nifas merupakan perawatan lebih lanjut bagi wanita
sesudah melahirkan. Hal ini penting dilakukan karena dapat memulihkan kesehatan
umum ibu nifas dengan cara: penyediaan makanan bergizi, pengembalian darah yang
kurang untuk menghilangkan anemia, pencegahan terhadap infeksi, pergerakan otot
agar tonus otot menjadi lebih baik dan melancarkan peredaran darah. Manfaat
yang lain adalah untuk memulihkan kesehatan emosi, mencegah terjadinya infeksi
dan komplikasi, memperlancar pembentukan ASI serta ibu dapat memelihara bayinya
dengan baik agar pertumbuhan dan perkembangan bayinya normal
F.
Tes Formatif
a.
Langkah
– langkah
Berikut ini diberikan soal formatif, Anda diminta mengerjakan di
lembar kertas tersendiri (tidak didalam modul). Apabila semua soal tugas sudah
selesai Anda kerjakan, Anda dipersilahkan untuk melihat kunci jawaban dan
membandingkan jawaban Anda dengan jawaban yang ada dikunci jawaban.
Periksalah hasil pekerjaan Anda.kemudian hitunglah jawaban Anda
yang benar, gunakan rumus yang ada pada bagian pendahuluan. Apabila Anda
berhasil menyelesaikan (menjawab) soal formatif dengan 80% benar, maka Anda
diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari pembelajaran yang diuraikan pada
kegiatan belajar berikutnya.
b.
Soal
Formatif
1.
Seorang ibu 21
tahun, kondisi 2 hari postpartum dengan persalinan tindakan episiotomy,
mengeluh takut bergerak dan beraktivitas, mencoba menahan buang air kecil
supaya tidak nyeri saat terkena urin, kesulitan saat buang air besar dan ASI
belum keluar dengan lancar. Kondisi bayi sehat, suami selalu mendukung dan
membantu pemenuhan kebutuhan personal hygiene dari ibu. Masalah keperawatan
utama dalam kasus diatas adalah ?
a)
Nyeri b/d agen
injuri fisik, luka episiotomy
b)
Gangguan
mobilitas fisik b/d kelemahan
c)
Intoleransi
aktivitas b/d postpartum
d)
Gangguan
personal hygiene b/d kelemahan fisik
e)
Gangguan
eliminasi alvi b/d kurangnya pergerakan, kelemahan
2.
Fokus perawatan
di rumah (home care) pada kasus diatas adalah ?
1)
Perawatan luka
episiotomy dan teknik penurunan rasa nyeri
2)
Pemulihan
kondisi fisik pasca melahirkan dengan latihan ROM, dan senam nifas
3)
Konseling
perawatan ibu postpartum baik secara fisik, psikologis dan social
4)
Orientasi
kebutuhan ibu postpartum dan bayi baru lahir
3.
Bentuk inovasi
yang tepat pada kasus diatas, guna pemulihan secara fisik, meningkatkan
mobilitas dan aktivitas ibu diantaranya adalah ?
a)
Memberikan
bantal khusus (bantal bentuk donat) untuk menurunkan nyeri luka episiotomy
b)
Memberikan
latihan senam nifas yang tepat sesuai kondisi ibu
c)
Melakukan pijat
oksitosin untuk memperlancar ASI ibu
d)
Menciptakan
inovasi makanan yang tepat sesuai kebutuhan ibu postpartum
e)
Pelatihan
hipnoterapi untuk menurunkan nyeri dan stress pada ibu
4.
Ny.A umur 20
tahun kondisi postpartum, mengatakan belum bisa memandikan bayinya dan belum
bisa menggendong bayi dengan benar, bahkan ASI nya juga belum keluar. Ny.A
mengatakan, justru setelah melahirkan bayinya menghambat aktivitasnya,
pekerjaan semakin banyak, dan membuat emosinya tidak stabil. Pada kasus diatas,
Ny.A mengalami penyimpangan pada fase penyesuaian postpartum yaitu ?
a)
Takin-in
b)
Takin-hold
c)
Letting
go
d)
Engrossment
e)
Move
on
5.
Fokus perawatan
di rumah (home care) pada kasus diatas adalah ?
a)
Pemulihan
kondisi fisik pasca melahirkan dengan latihan ROM, dan senam nifas
b)
Konseling
perawatan ibu postpartum baik secara fisik, psikologis dan social
c)
Orientasi
kebutuhan ibu postpartum dan bayi baru lahir
d)
Motivasi
dukungan suami dan keluarga
e)
Bantuan
pemenuhan kebutuhan ibu dan bayi
G.
Tugas Mandiri
Jelaskan apa yang harus dilakukan perawat
homecare untuk perawatan ibu nifas dan post SC di rumah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar