Kamis, 07 Januari 2016

PERAWATAN IBU NIFAS DAN POST SC DI RUMAH



PERAWATAN IBU NIFAS DAN POST SC DI RUMAH

A.      Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-10 ini, Anda  diharapkan akan mampu memahami perawatan Ibu nifas dan post SC di rumah.

B.       Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran ini, Anda  diharapkan akan dapat :
1.         Menjelaskan Pengertian perawatan nifas
2.         Menjelaskan Perawatan diri ibu nifas selama masa nifas
3.         Menjelaskan Perawatan Ibu Post SC
4.         Menjelaskan Perawatan bayi baru lahir

C.      Pokok – Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar-10 ini adalah:
1.         Pengertian perawatan nifas
2.         Perawatan diri ibu nifas selama masa nifas
3.         Perawatan Ibu Post SC
4.         Perawatan bayi baru lahir

D.      Uraian Materi Pembelajaran
1.         Pengertian perawatan nifas
Masa nifas adalah periode di mana terjadi proses perbaikan tubuh selama persalinan dan kelahiran. Periode ini juga merupakan waktu untuk mempelajari perawatan diri dan keterampilan perawatan bayi, penyatuan peran baru dan kelanjutan ikatan keluarga serta penilaian terhadap bayi baru lahir (Novax & Broom, 1999).
Masa nifas adalah periode yang dimulai dari akhir persalinan sampai dengan kembalinya organ-organ reproduktif ke keadaan sebelum hamil. Periode ini berlangsung 6 minggu setelah persalinan (Stright, 2005). Masa nifas berlangsung sejak melahirkan sampai ibu berhasil mengeluarkan darah lamanya sekitar 40 hari setelah melahirkan (Nasedul, 2000). Sedangkan masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (Mochtar, 1998). Periode ini berlangsung pada minggu pertama pasca persalinan (Widjanarko, 2009).
Perawatan nifas merupakan perawatan lebih lanjut bagi wanita sesudah melahirkan. Hal ini penting dilakukan karena dapat memulihkan kesehatan umum ibu nifas dengan cara: penyediaan makanan bergizi, pengembalian darah yang kurang untuk menghilangkan anemia, pencegahan terhadap infeksi, pergerakan otot agar tonus otot menjadi lebih baik dan melancarkan peredaran darah. Manfaat yang lain adalah untuk memulihkan kesehatan emosi, mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi, memperlancar pembentukan ASI serta ibu dapat memelihara bayinya dengan baik agar pertumbuhan dan perkembangan bayinya normal (Ibrahim, 1996).
2.         Perawatan diri ibu nifas selama masa nifas
Pasca persalinan biasanya seorang wanita akan banyak mengalami perubahan pada dirinya, baik perubahan fisik maupun psikologis. Karena hal tersebut, pada masa ini pemulihan kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi wanita. Wanita diharapkan mampu melakukan pemenuhan perawatan pada dirinya agar tidak mengalami gangguan kesehatan.
Menurut Potter & Perry (2006) perawatan diri adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memelihara kesehatan. Perawatan diri menjadi sulit, diakibatkan oleh kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya: budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri (Potter dan Perry, 2006).
Tujuan perawatan diri adalah untuk mempertahankan perawatan diri baik secara sendiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan cara memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah dan mempertahankan integritas pada jaringan (Hidayat dan Uliyah, 2006).
a.         Perawatan Vulva atau Perineum.
Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan, bisa juga tidak. Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomi atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh selama 7 hingga 10 hari. Rasa nyeri saja selama masa ini tidak menunjukkan adanya infeksi, kecuali jika nyeri sangat parah (Danuatmaja, 2003).
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun dalam uterus serta penyembuhan luka perineum.
Rasa nyeri dan tidak nyaman di area perineum dapat diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama sesudah melahirkan. Kompres hangat, duduk di dalam air hangat atau menggunakan lampu pemanas selama 20 menit, 3 kali sehari juga dapat digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di area perineum dengan berbaring miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang lama juga bisa membantu mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan latihan Kegel sesudah melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah perineum, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot (Murkoff, 2006).
Infeksi di area perineum juga bisa terjadi jika perineum tidak dirawat dengan baik. Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum atau vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam dan meletakkannya dengan baik sehingga tidak bergeser. Pada saat memasang pembalut haruslah dari muka ke belakang agar tidak terjadi penyebaran bakteri dari anus ke vagina. Setelah ibu selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas area perineum dengan air hangat atau cairan antiseptik, kemudian mengeringkannya dengan kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk tetap dari arah muka ke belakang.
b.        Mobilisasi
Sebagian besar wanita dapat melakukan ambulasi dini setelah efek obat-obatan yang diberikan saat melahirkan telah hilang. Aktivitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi, dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak tergantung.
Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan tubuhnya dari persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat sebelum mereka menjadi keletihan (Hamilton, 1995).
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) (Zietraelmart, 2008). Menurut Imam (2007) mobilisasi haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri.
c.         Diet
Diet harus mendapat perhatian dalam nifas karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, makanan ibu juga sangat mempengaruhi air susu ibu. Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, serta banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan (Mochtar, 1998).
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat hamil. Pedoman umum yang baik adalah empat porsi setiap hari dari empat kelompok makanan dasar yaitu makanan harian, daging dan makanan yang mengandung protein, buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi (Hamilton, 1995).
Menurut Zietraelmart (2008) kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25 % yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.
d.        Eliminasi Urin
Kebanyakan wanita mengalami sulit buang air kecil selama 24 jam pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan agar mengosongkan isinya. Nyeri pada area perineum bisa menyebabkan refleks kejang pada uretra sehingga buang air kecil menjadi sulit. Edema perineum juga bisa mengganggu buang air kecil. Sejumlah faktor psikologis juga dapat menghambat buang air kecil seperti takut nyeri, kurangnya privasi, malu atau tidak nyaman menggunakan pispot rumah sakit atau membutuhkan bantuan ke toilet. Hal ini dapat diatasi dengan memperbanyak minum, bangun dari tempat tidur dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu mengosongkan kandung kemih (Murkoff, 2006).
Tetapi sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya wanita sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Ini terjadi karena cairan tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan (Danuatmaja, 2003). Hal ini dapat diatasi dengan latihan Kegel yang dapat membantu mengembalikan kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih (Murkoff, 2006). Adapun cara melakukan tehnik Kegel yaitu dengan posisi berbaring, otot-otot sekitar kemaluan dikencangkan sambil menguncupkan anus seperti menahan buang air kecil. Ini ditahan selama 2-3 detik , kemudian dilepaskan. Latihan kegel sebaiknya dilakukan sebanyak 10 kali dan dilakukan 2-3 kali sehari (Darti, dkk; 2009).
e.         Defekasi
Menurut Mochtar (1998) pola defekasi atau buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Tapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan.
Hal ini disebabkan karena sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi pristaltik usus. Pengeluaran cairan yang lebih banyak pada waktu persalinan juga mempengaruhi terjadinya konstipasi (Mochtar, 1998).
Fungsi defekasi dapat diatasi dengan mengembalikan fungsi usus besar yaitu dengan memakan makanan yang dapat merangsang gerakan usus besar seperti buah dan sayur-sayuran. Meminum sari buah dapat membantu melunakkan feces. Gerakan usus juga akan aktif dengan melakukan mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-jalan (Murkoff, 2006). Biasanya bila penderita tidak buang air besar sampai dua hari sesudah bersalin dapat ditolong dengan pemberian obat-obatan laxatif per oral atau per rektal (Mochtar, 1998).
f.         Perawatan Payudara
Payudara secara natural akan mengeluarkan ASI ketika ibu melahirkan. Untuk 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan susu pertama untuk bayi. Air susu yang lebih matang akan muncul antara hari kedua sampai kelima. Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri), yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang sering akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu meredakannya (Simkin, 2008).
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting susu merupakan suatu hal amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting maupun ke mulut bayi. Salep atau krim khusus dapat digunakan untuk mencegah pecah-pecah pada puting.
Menurut Hamilton (1995) bila puting menjadi pecah-pecah proses menyusui ditangguhkan sampai puting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan secara manual atau menggunakan pompa ASI elektrik, disimpan dan kemudian diberikan pada bayi, terus menyusui dengan puting pecah-pecah dan perdarahan dapat mengarah pada matitis.
g.        Pemeriksaan Setelah Persalinan
Di Indonesia ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaa panggul yang dilakukan untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga dilakukan pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan, dan sebagainya). Keadaan umum (suhu badan, selera makan, dan sebagainya). Payudara (ASI, puting susu), dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum, serta sekret yang keluar, seperti lokia, fluor albus dan keadaan alat-alat kandungan (Mochtar, 1998).
3.         Perawatan Ibu Post SC
Banyak wanita hamil yang mendambakan melahirkan dengan proses normal. Tetapi karena beberapa kasus, proses normal tidak memungkinkan sehingga persalinan harus dilakukan dengan operasi caesar. Sekarang ini banyak sekali wanita yang lebih memilih untuk melakukan persalinan secara operasi caesar jika dibandingkan dengan melakukan persalinan secara normal. Namun yang perlu anda ketahui terdapat bahaya besar yang dapat mengancam Anda jika Anda tidak mengetahui cara yang baik dan benar untuk merawat luka bekas proses operasi caesar. Meskipun melakukan persalinan dengan cara operasi caesar ini lebih cepat namun tidak dengan rasa sakit yang dirasakan ketika melahirkan secara normal. Proses penyembuhan pasca melakukan operasi caesar ini sangat lama dibandingkan persalinan normal. Waktu normal untuk menyembuhkan luka bekas operasi caesar ini kurang lebih 3 minggu sampai 4 minggu, namun hal ini masih bisa saja lebih. Yang perlu Anda pikirkan ialah bagaimana cara yang baik dan juga benar ketika merawat luka bekas operasi ini, karena jika tidak hal ini dapat mengakibatkan infeksi yang dapat memperpanjang masa penyembuhan.
Ada beberapa tips dan cara untuk merawat luka bekas operasi yang dapat Anda lakukan di rumah sebagai berikut :
a.         Jagalah kebersihan pada luka bekas operasi.
Luka bekas operasi caesar ini pada dasarnya tidak berbeda dengan luka bekas operasi yang lainnya. Yang paling penting pada proses penyembukan luka bekas operasi yang cepat ialah tetap menjaga luka tersebut dari bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
Menjaga kebersihan pada luka bekas operasi ini merupakan cara yang sangat penting. Seperti ketika selesai mandi Anda dapat membersihkan luka bekas operasi tersebut menggunakan cairan antiseptik serta antibiotic yang telah dianjurkan oleh dokter.
Ketika Anda membersihkan luka bekas operasi tersebut, sebaiknya Anda menggunakan cotton bud atau kapas. Sebelumnya pastikan juga kedua tangan Anda tetap bersih. Sebaiknya tidak membungkus luka bekas operasi dengan terlalu ketat, sebab hal ini dapat menyebabkan iritasi.


b.        Gunakan pakaian yang longgar dan juga nyaman.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Anda diharuskan menggunakan perban yang tidak terlalu ketat supaya luka bekas operasi tersebut tidak terkena iritasi. Hal ini juga sangat berlaku ketika Anda memilih pakaian.
Jika Anda telah terbiasa menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya anda menggantinya dengan pakaian yang sedikit longgar untuk beberapa waktu. Jenis pakaian yang sedikit longgar yang harus Anda gunakan diantaranya ialah pakaian dalam, kaos, piyama, celana ataupun rok. Baby doll dan juga daster merupakan pakaian yang cukup longgar yang paling di sarankan.
c.         Lakukan kegiatan olahraga yang ringan.
Olahraga yang ringan seperti halnya jalan santai dapat membantu dalam proses penyembuhan. Olahraga yang ringan juga dapat mencegah konstipasi serta penggumpalan darah. Selain dari itu, hal ini juga dapat membuat sirkulasi darah pada tubuh meningkat.
Olahraga juga bisa membuat sistem imun menjadi meningkat dan membantu untuk mencegah terjadinya pneumonia atau terjadinya gangguan pada kesehatan umun yang di akibatkan operasi caesar. Biasakan untuk berjalan santai mengelilingi kompleks pada pagi hari selama kurang lebih 15 menit.
d.        Perawatan rutin dari dalam menggunakan makanan.
Selain melakukan perawatan luka dari luar sebaiknya Anda juga memperhatikan perawatan luka bekas operasi langsung dari dalam. Seringlah mengkonsumsi makanan sehat yang mengandung banyak gizi serta nutrisi yang seimbang.
Konsumsilah makanan dengan kandungan vitamin A, vitamin C serta gandum utuh yang ada pada sereal maupun roti gandum bagi sarapan pagi.
Untuk menu makan siang Anda dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak protein serta beta karoten. Selain itu makanan wajib untuk di konsumsi oleh wanita yang menjalani penyembuhan ialah protein, mineral, zinc, dan juga vitamin.
4.         Perawatan Bayi Baru Lahir
a.         Memandikan Bayi
Memandikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi. Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga jangan sampai bayi kedinginan serta kemasukkan air ke hidung, mulut, atau telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2008).
Hampir setiap ibu merasa takut memandikan bayinya. Namun yang terpenting saat memandikan bayi adalah berhati-hati dalam memposisikan bayi secara tepat. Jadwal mandi bayi tidak sebanyak orang dewasa jika telah dilakukan pembersihan yang baik di tempat-tempat tertentu saat menggantikan popok atau menyusui, sebenarnya bayi tidak perlu dimandikan setiap hari. Ibu hanya perlu membersihkan wajah, leher, dan bokong dengan handuk atau busa basah. Pada bayi yang belum merangkak atau turun dari tempat tidur, mandi 3 kali seminggu akan membuatnya bersih dan wangi. Jika memungkinkan ibu boleh memandikan bayi setiap hari terutama jika cuaca panas.
Tidak ada waktu yang tepat kapan bayi seharusnya dimandikan. Namun memandikan bayi sebelum tidur dapat membuatnya rileks sehingga memudahkan tidur. Hindari memandikan bayi sebelum atau setelah makan karena perut yang tertekan membuatnya muntah (Danuatmaja, 2003).
Adapun cara memandikan bayi yang benar menurut Darti, dkk (2009), yaitu:
1)        Menyiapkan terlebih dahulu keperluan mandi, yaitu dengan membentangkan handuk mandi dan semua perlengkapan baju bayi serta alat-alat mandi seperti sabun dan sampo yang aman bagi bayi.
2)        Menyiapkan air mandi dalam ember mandi kemudian mengukur suhu air mandi (29-360C) atau dapat menggunakan punggung tangan yaitu air terasa hangat. Tinggi air dari dasar ember mandi sekitar 5 cm dan menyisihkan air mandi satu gayung untuk membilas.
3)        Membuka pakaian bayi seluruhnya dan menghindari bayi terpapar suhu dingin (bayi ditutup dengan kain bedung).
4)        Mengambil kapas dan membasahinya dengan air hangat kemudian membersihkan mata dengan kapas tersebut (dapat dilakukan sebelum pakaian bayi dibuka). Gunakan kapas yang berbeda untuk setiap mata. Kemudian membersihkan hidung dan telinga bayi dengan kapas.
5)        Membersihkan muka bayi dengan waslap basah, kemudian membasahi kepala, leher, dada, tangan, perut, bokong dan genetalia, setelah itu menyabuninya kecuali wajah.
6)        Membersihkan genetalia wanita menggunakan bola kapas yang sudah direndam dengan air, buka labia mayora dengan jari kemudian bersihkan dengan bola kapas dari atas ke bawah. Sedangkan membersihkan genetalia pria yaitu membersihkan area genetalia bagian luar ketika mandi dengan usapan yang lembut, menggunakan sabun yang bertekstur lembut jika perlu.
7)        Bayi dibawa ke ember dengan cara tangan kiri sampai pergelangan tangan ibu pada punggung dan belakang leher atau sampai pada ketiak bayi dengan cara empat jari di ketiak bayi sedangkan ibu jari memegang bahu bayi, tangan kanan memegang bokong bayi melalui kedua paha bayi atau kedua kaki bayi dipegang pada tungkai bawah.
8)        Memasukkan bayi ke dalam ember mandi dengan hati-hati dengan posisi setengah duduk.
9)        Membasuh kepala, muka kemudian seluruh tubuh bayi dengan air dengan menggunakan tangan kanan.
10)    Untuk membersihkan daerah bagian belakang, telungkupkan bayi dengan dada bayi di atas tangan kanan, ibu jari di bahu bayi dan jari-jari lainnya di ketiak bayi.
11)    Membasuh punggung sampai bokong dengan air, siram dengan air bersih. Kembalikan bayi dalam posisi telentang dan siram kembali dengan air bersih.
12)    Mengangkat bayi dari ember mandi.
13)    Meletakkan  bayi  di  atas  handuk  mandi,  kemudian  keringkan  dan menghindari bayi dari suhu dingin.
b.        Merawat Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi (Hidayat, 2008).
Tali pusat merupakan sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dari dalam rahim. Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan berubah warna menjadi hitam.
Bagian ini akan lepas dengan sendirinya antara satu sampai empat minggu. Untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari infeksi, jagalah agar tali pusat tetap kering dan terkena udara. Berikut beberapa hal penting perawatan tali pusat :
1)        Sebelum tali pusat terlepas, jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan jangan membasuh tali pusat sekali pun dengan lap basah.
2)        Cuci tangan bersih-bersih.
3)        Ambil kapas bulat yang telah diolesi alkohol 70%, bersihkan sisa tali pusat terutama pangkalnya (yang menempel pada perut), dan lakukanlah dengan hati-hati terutama jika pusat masih berwarna merah.
4)        Rendam perban atau kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali pusat. Seluruh permukaan hingga pangkal harus tertutup perban.
5)        Lilitan perban jangan terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan.
6)        Kenakan gurita bayi untuk menahan agar bungkusan perban tetap pada tempatnya.
7)        Jika area ini bernanah dan berwarna merah, maka ibu bisa segera menghubungi dokter (Danuatmaja, 2003).
c.         Membersihkan Alat Kelamin
Membersihkan alat kelamin pada bayi laki-laki harus hati-hati. Gunakan sabun dan air lalu gunakan kapas basah untuk membersihkan penis dan lipatan-lipatannya. Jangan memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam penis dengan menyemprotkan anti septik, karena ini sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari glan, ibu bisa menarik dan membersihkan bagian bawahnya. Dengan kapas baru, bersihkan anus dan bagian bokong dari arah anus keluar lalu keringkan dengan tisu lembut. Jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak dan lipatan kulit serta bokong boleh diolesi krim.
Sedangkan untuk membersihkan alat kelamin bayi perempuan gunakan sabun dan air. Lalu gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin. Lakukan dari arah depan ke belakang, tidak perlu membersihkan bagian dalam vagina. Dengan kapas baru bersihkan anus dan bagian bokong dari arah anus keluar. Terakhir keringkan dengan tisu lembut, dan jangan terburu-buru memakai popok tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Danuatmaja, 2003).
d.        Perawatan pada Mata, Hidung dan Telinga Bayi
Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi yang sensitif. Merawat dan membersihkannya perlu perlakuan khusus. Untuk telinga basuhlah bagian luar dengan lap atau kapas, jangan memasukkan benda apapun ke lubang telinga termasuk catton bud atau jari karena akibatnya sangat berbahaya. Telinga mempunyai daya pembersih sendiri. Jika kotoran bayi tampak menumpuk sebaiknya ibu mengkonsultasikannya kepada dokter anak.
Bagian hidung pun mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luar saja. Gunakan catton bud atau tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari pastikan jari ibu benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung bayi atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut.
Untuk membersihkan mata gunakan kapas yang dibasahi air hangat, pilihlah kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Danuatmaja, 2003).
e.         Merawat Kulit dan Kuku
Kulit bayi baru lahir rentan terhadap iritasi dari bahan kimia yang ada dalam pakaian baru, dan sisa sabun atau deterjen yang menempel pada pakaian yang sudah dicuci. Jika kulitnya sangat kering, ibu dapat mengoleskan sedikit losion bayi pada tempat-tempat yang kering.
Perawatan untuk kuku adalah dengan memotongnya. Ibu dapat menggunakan gunting kuku khusus untuk bayi atau gunting kecil berujung tumpul. Waktu yang baik untuk memotong kuku adalah setelah mandi jika bayi berbaring dengan tenang, tetapi akan lebih mudah bila ibu melakukannya ketika bayi sedang tidur. Memotong kuku pada bayi bertujuan agar bayi tidak melukai dirinya sendiri dengan kuku yang panjang. Pada minggu-minggu awal kuku bayi tumbuh dengan cepat sehingga ibu harus memotongnya dua kali seminggu. Tetapi, kuku jari kaki tumbuh jauh lebih lambat sehingga ibu dapat memotongnya sekali atau dua kali sebulan (Shelov, 2005).
f.         Mengganti Popok
Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok hingga terkadang satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok sesering mungkin berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit bayi yang masih peka. Sedikitnya gantilah popok bayi setiap kali bayi selesai buang air.
Jika menggunakan popok sekali pakai atau diapers, basahnya diapers jangan digunakan sebagai ukuran. Diapers bermutu biasanya menginformasikan cara jika tiba saat mengganti, misalnya perubahan warna diapers. Ibu tidak perlu membangunkan bayi yang sedang tidur untuk mengganti popoknya, kecuali jika terlalu basah dan tidak nyaman bagi bayi atau jika bayi buang air besar (Danuatmaja, 2003).
g.        Pemberian Makanan dan Minuman Bayi
Ibu dapat menyusui bayinya sesegera mungkin setelah dilahirkan. Hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar sehingga bayi cukup disusukan 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari 4-5 bayi boleh disusukan selama 10 menit (Soetjiningsih, 1997).
Ada berbagai macam posisi menyusui, yaitu dengan tehnik seperti memegang bola, seperti mengayun, dengan berbaring miring atau di atas pangkuan. Yang biasa dilakukan adalah dengan duduk dan berbaring (Soetjiningsih, 1997). Hendaklah menyusui bayi dilakukan dalam lingkungan yang tenang dan sepi. Lingkungan semacam ini akan mambantu ibu merasa rileks. Untuk menyusui yang pertama kali, ibu biasanya melakukannya dengan seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat terdekat atau kelompok ibu pendukung ASI dan dokter/tenaga kesehatan. Hendaknya saat menyusui ibu dalam posisi yang nyaman yaitu dengan punggung tersangga dengan baik. Gunakan bantal untuk menopang ibu dan bayi (Simkin, 2008).
Menyusui bayi dilakukan dengan cara mendekatkan bayi ke arah ibu dan memalingkan seluruh tubuh bayi sehingga menghadap ke dada ibu. Pastikan bahwa kepala bayi berada dalam satu garis dengan tubuhnya dan tidak berpaling kesatu sisi. Posisikan bayi sehingga bibir atasnya setara dengan ketinggian puting ibu, kemudian ibu dapat merangsang bayi untuk membuka mulutnya dengan mengusapkan puting payudara ke bibir atasnya. Ketika mulutnya membuka lebar, segera, kemudian geser ke payudara ibu. Ibu perlu memperhatikan dan memastikan agar bayi memasukkan sebagian besar payudara ke dalam mulutnya bukan hanya puting saja, sehingga mulut bayi harus membuka dengan lebar (Nolan, 2004).

E.       Rangkuman
Perawatan nifas merupakan perawatan lebih lanjut bagi wanita sesudah melahirkan. Hal ini penting dilakukan karena dapat memulihkan kesehatan umum ibu nifas dengan cara: penyediaan makanan bergizi, pengembalian darah yang kurang untuk menghilangkan anemia, pencegahan terhadap infeksi, pergerakan otot agar tonus otot menjadi lebih baik dan melancarkan peredaran darah. Manfaat yang lain adalah untuk memulihkan kesehatan emosi, mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi, memperlancar pembentukan ASI serta ibu dapat memelihara bayinya dengan baik agar pertumbuhan dan perkembangan bayinya normal

F.       Tes Formatif
a.         Langkah – langkah
Berikut ini diberikan soal formatif, Anda diminta mengerjakan di lembar kertas tersendiri (tidak didalam modul). Apabila semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, Anda dipersilahkan untuk melihat kunci jawaban dan membandingkan jawaban Anda dengan jawaban yang ada dikunci jawaban.
Periksalah hasil pekerjaan Anda.kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar, gunakan rumus yang ada pada bagian pendahuluan. Apabila Anda berhasil menyelesaikan (menjawab) soal formatif dengan 80% benar, maka Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar berikutnya.
b.         Soal Formatif
1.        Seorang ibu 21 tahun, kondisi 2 hari postpartum dengan persalinan tindakan episiotomy, mengeluh takut bergerak dan beraktivitas, mencoba menahan buang air kecil supaya tidak nyeri saat terkena urin, kesulitan saat buang air besar dan ASI belum keluar dengan lancar. Kondisi bayi sehat, suami selalu mendukung dan membantu pemenuhan kebutuhan personal hygiene dari ibu. Masalah keperawatan utama dalam kasus diatas adalah ?
a)        Nyeri b/d agen injuri fisik, luka episiotomy
b)        Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan
c)        Intoleransi aktivitas b/d postpartum
d)       Gangguan personal hygiene b/d kelemahan fisik
e)        Gangguan eliminasi alvi b/d kurangnya pergerakan, kelemahan
2.        Fokus perawatan di rumah (home care) pada kasus diatas adalah ?
1)        Perawatan luka episiotomy dan teknik penurunan rasa nyeri
2)        Pemulihan kondisi fisik pasca melahirkan dengan latihan ROM, dan senam nifas
3)        Konseling perawatan ibu postpartum baik secara fisik, psikologis dan social
4)        Orientasi kebutuhan ibu postpartum dan bayi baru lahir
3.        Bentuk inovasi yang tepat pada kasus diatas, guna pemulihan secara fisik, meningkatkan mobilitas dan aktivitas ibu diantaranya adalah ?
a)        Memberikan bantal khusus (bantal bentuk donat) untuk menurunkan nyeri luka episiotomy
b)        Memberikan latihan senam nifas yang tepat sesuai kondisi ibu
c)        Melakukan pijat oksitosin untuk memperlancar ASI ibu
d)       Menciptakan inovasi makanan yang tepat sesuai kebutuhan ibu postpartum
e)        Pelatihan hipnoterapi untuk menurunkan nyeri dan stress pada ibu
4.        Ny.A umur 20 tahun kondisi postpartum, mengatakan belum bisa memandikan bayinya dan belum bisa menggendong bayi dengan benar, bahkan ASI nya juga belum keluar. Ny.A mengatakan, justru setelah melahirkan bayinya menghambat aktivitasnya, pekerjaan semakin banyak, dan membuat emosinya tidak stabil. Pada kasus diatas, Ny.A mengalami penyimpangan pada fase penyesuaian postpartum yaitu ?
a)        Takin-in
b)        Takin-hold
c)        Letting go
d)        Engrossment
e)        Move on
5.        Fokus perawatan di rumah (home care) pada kasus diatas adalah ?
a)        Pemulihan kondisi fisik pasca melahirkan dengan latihan ROM, dan senam nifas
b)        Konseling perawatan ibu postpartum baik secara fisik, psikologis dan social
c)        Orientasi kebutuhan ibu postpartum dan bayi baru lahir
d)       Motivasi dukungan suami dan keluarga
e)        Bantuan pemenuhan kebutuhan ibu dan bayi

G.      Tugas Mandiri
Jelaskan apa yang harus dilakukan perawat homecare untuk perawatan ibu nifas dan post SC di rumah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar